13 Maret 2023

Mengenal Kondisi Koma, Apakah Pasien Bisa Mendengar?

Suara atau sentuhan orang yang dikenal ternyata bisa membantu pemulihan pasien koma
Mengenal Kondisi Koma, Apakah Pasien Bisa Mendengar?

Banyak orang yang penasaran tentang orang yang mengalami koma.

Pasalnya, apakah mereka benar-benar tidak bisa merasakan hingga mendengar sesuatu saat koma?

Lantas, bagaimana penjelasan ilmiahnya mengenai hal tersebut?

Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, simak penjelasannya di bawah ini.

Baca Juga: 9 Cara Membuat Wajah Glowing Alami dengan Mudah, Yuk Coba!

Apa Itu Koma?

Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock) (Freepik.com/dcstudio)

Koma adalah kondisi di mana seseorang tidak sadar dan tidak memberi respons terhadap suara maupun nyeri atau sakit.

Kondisi ini terjadi karena menurunnya aktivitas di dalam otak sebagai akibat dari berbagai hal.

Misalnya karena cedera pada otak atau infeksi otak.

Sebagian orang yang mengalami kondisi ini dapat berujung pada kesembuhan total tanpa ada keluhan yang mengganggu.

Sedangkan sebagian lainnya, berujung pada kematian atau tetap hidup namun tidak dapat melakukan aktivitas ringan seperti membuka mata atau berkomunikasi dengan orang lain.

Tingkat kesadaran orang yang mengalami kondisi ini sangat bergantung pada bagian otak yang masih berfungsi.

Hal ini dapat mengalami perubahan sesuai dengan kondisi orang tersebut.

Mereka yang hidupnya tidak sadar penuh dan tidak bisa memberikan respons cukup pada lingkungannya disebut berada pada fase vegetative state.

Artinya, orang tersebut masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya meskipun tidak dapat memberi respons baik dalam bentuk komunikasi maupun gerakan tubuh.

Baca Juga: 15+ Manfaat Biji Nangka yang Ampuh untuk Kesehatan Tubuh

Penyebab Koma

Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stocks)

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab umum koma. Berikut penjelasannya.

1. Cedera Kepala dan Tumor

Selain karena trauma cedera kepala seperti akibat kecelakaan atau benturan, tumor di otak juga memicu terjadinya kondisi ini.

Dengan adanya benturan itu, fungsi otak otomatis terganggu dan kemungkinan terkenanya koma jadi lebih besar.

2. Diabetes, Gagal Ginjal, atau Gagal Hati

Penyakit metabolik seperti diabetes, gagal hati, atau gagal ginjal dapat menyebabkan terjadinya kondisi ini.

Misalnya kelebihan atau kekurangan gula yang terjadi secara tiba-tiba. 

3. Alkohol dan Obat-obatan

Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras atau alkohol serta obat-obatan dalam jangka waktu yang dekat patut dihindari lho karena bisa menyebabkan terjadinya kondisi ini.

Seperti yang telah diketahui, keduanya mudah untuk merusak fungsi otak secara perlahan.

Baca Juga: 7 Vitamin untuk Anak Stunting, Yuk Penuhi Kebutuhannya!

4. Stroke

Melansir World Journal of Emergency Medicine, tipe stroke iskemik dan hemoragik adalah stroke yang menyerang pembuluh darah di otak.

Sehingga, stroke pun mampu menimbulkan koma sebab adanya gangguan tersebut.

Oleh karena itu harus memahami betul tentang gelaja stroke.

5. Keracunan

Misalnya, keracunan zat monoksida.

Hal itu dapat memicu terjadinya kondisi ini karena adanya kerusakan pada otak yang kemungkinan besar timbul dari menghirup zat tersebut.

6. Kurang Oksigen

Otak membutuhkan oksigen dan jika kadar oksigen yang diserap gak tercukupi, maka kondisi ini akan muncul.

Contohnya kekurangan oksigen karena serangan jantung atau kurangnya makan makanan yang memberi nutrisi tinggi.

Baca Juga: Perlukah Pakai Korset Hamil? Simak Penjelasannya di Sini!

Suara Bantu Pemulihan Pasien Koma

Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock) (Pexels)

Suara yang akrab didengar pasien sebelum koma dapat membantu pemulihan kondisinya.

Sebuah studi dalam US National Library of Medicine, menemukan bahwa mendengar suara yang akrab dapat membantu memulihkan kesadaran pasien koma.

Seseorang yang sedang mengalami kondisi ini akan lebih cepat merespons percakapan tersebut.

Ketua penelitian, Theresa Pape dan rekan-rekannya lantas mengumpulkan data untuk Pelatihan Sensori Auditori Akrab Familiar (FAST) dengan melibatkan 15 pasien cedera kepala tertutup traumatis karena kecelakaan sepeda motor atau mobil, trauma bom dan serangan.

Lalu peserta 12 pria dan 3 wanita yang rata-rata usia 35 tahun berada dalam kondisi vegetatif atau sadar minimal.

Para peneliti lantas memulai pengobatan cepat 70 hari setelah cedera pasien, termasuk pengujian awal yang menguji respons setiap pasien terhadap informasi sensorik.

Para peneliti membuat rekaman audio anggota keluarga yang menceritakan sebuah kisah.

Kemudian peneliti membuat para pasien mendengar rekaman tersebut 4 kali seminggu selama 6 minggu melalui handphone.

Para peneliti lantas mengukur kadar oksigen darah di otak pasien koma saat mendengarkan rekaman suara yang mereka kenal sebelum terkena kondisi ini.

"Kami percaya mendengarkan suara orang yang dikenal melatih sirkuit di otak yang bertanggung jawab atas ingatan jangka panjang. Stimulasi itu membantu memicu secercah kesadaran pertama," jelas Pape.

Pada akhir minggu pemindaian MRI, hasilnya mengungkapkan otak pasien koma meningkat dalam aktivitas saraf ketika mereka mendengarkan suara orang yang dikenal atau disayangi selama 6 minggu.

Baca Juga: Anak Susah Tidur? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya

Penderita Koma Dapat Mendengar

Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock) (Pexels)

Sebenarnya ada banyak bukti bahwa orang dapat mendengar dan memahami instruksi lisan selama koma.

Pada 2011, ahli saraf dilansir dari Medical News Today menggunakan teknologi pemindaian fMRI mengamati aktivitas otak seorang pria yang mengalami koma selama 12 tahun setelah kecelakaan.

Mereka meminta pria itu membayangkan dirinya sendiri bermain tenis atau berjalan di sekitar rumahnya.

Aktivitas otaknya mencerminkan bahwa ia berpikir untuk melakukan hal-hal tersebut.

Para ilmuwan sekarang percaya bahwa 15 hingga 20 persen orang dalam kondisi vegetatif mungkin sepenuhnya sadar. Kemajuan teknologi berarti bahwa kita lebih mampu memahami apa yang orang alami selama koma.

Jika seseorang yang mengunjungi teman atau anggota keluarga dalam kondisi ini dapat mengajaknya berbicara seperti biasa.

Misalnya, menceritakan orang yang sedang koma aktivitas sehari-hari atau sesuatu yang sedang terjadi dalam kala itu.

Apabila pasien dalam kondisi ini termasuk orang yang suka mendengarkan musik, Moms juga bisa memutarkan musik yang mereka sukai.

Meskipun belum jelas seberapa besar pasien koma dapat merespons, tetapi ada kemungkinan pasien bisa mendengar dan memahaminya.

Baca Juga: Kenali Trikomoniasis: Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya

Cara Mengobati Pasien Koma

Tindakan Operasi (Orami Photo Stock)
Foto: Tindakan Operasi (Orami Photo Stock) (Healthline.com)

Cara mengobati pasien koma dilakukan berdasarkan penyakit yang melatarbelakanginya.

Pada beberapa kasus, dibutuhkan tindakan operasi otak.

Misalnya pada kasus trauma, stroke atau tumor.

Sedangkan pada kasus kondisi ini akibat penyakit metabolik, seperti diabetes atau gagal ginjal, penyakit yang mendasarinya harus terlebih dahulu diatasi.

Hal yang tidak kalah penting dalam penanganan orang yang mengalami koma adalah nutrisi.

Pemberian nutrisi seseorang yang tidak sadar bisa dilakukan melalui selang yang menghubungkan hidung dengan lambung.

Orang yang sedang koma tidak boleh diberikan makanan atau minuman melalui mulut karena berisiko tinggi tersedak.

Baca Juga: 32 Nama Bayi Laki-laki Belanda, Ada Sander dan Isaak, Unik!

Cara Membantu Pasien Koma

Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Koma (Orami Photo Stock) (Pexels)

Menurut Medical News Today, koma merupakan keadaan tidak sadar yang dialami oleh orang-orang sebagai akibat dari kecelakaan, benturan di kepala, atau kondisi medis lainnya.

Selama mengalami kondisi ini, pasien tidak akan bereaksi pada rangsangan eksternal di sekitarnya.

Secara medis, pasien dalam kondisi koma tentu akan mendapat perawatan khusus untuk mempercepat proses pemulihan dan kembali sadar.

Dokter akan memeriksa kondisi pernapasan dan sirkulasi oksigen menuju otak.

Biasanya dokter juga dapat memberikan glukosa atau antibiotik jika pasien mengalami diabetes atau infeksi otak.

Pengobatan pasien koma tentu tergantung pada penyebab kondisi ini, misalnya gagal ginjal, penyakit hati, diabetes, keracunan, atau kecelakaan.

Dilansir dari Headway, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mempercepat pemulihan pasien koma.

Berikut penjelasannya Moms.

  • Kunjungi pasien koma secara teratur, namun jangan datang dalam jumlah banyak. Kunjungi pasien dalam kelompok kecil, bisa terdiri atas beberapa teman atau keluarga.
  • Bantu berikan rangsangan dari luar, misalnya menyentuh tangan atau menyeka wajahnya. Namun, hindari area tertentu jika pasien karena kecelakaan fisik.
  • Ajak pasien untuk ngobrol Moms. Cobalah ceritakan beberapa hal, misalnya tentang hal-hal lucu, kejadian-kejadian masa lalu, maupun hal-hal yang disukai pasien.
  • Jika diperbolehkan, Moms bisa mencoba memutar lagu kesukaan pasien dan mendengarkannya menggunakan headphone.
  • Berikan beberapa benda di telapak tangan pasien. Pilihlah benda yang ringan dan bisa memberikan sensasi sentuhan, misalnya boneka squishy.
  • Berikan bunga di kamar pasien, Moms juga bisa menyemprotkan sedikit parfum kesukaannya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa menstimulasi indera sentuhan, penciuman, suara dan penglihatan dapat membantu orang koma pulih.

Baca Juga: 15+ Obat Keputihan Alami yang Aman dan Ampuh, Sudah Coba?

Itulah beberapa penjelasan medis mengenai kondisi koma.

Ternyata, rangsangan dari luar seperti suara dan sentuhan bisa membantu pemulihan pasien koma Moms.

Sumber

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25613986
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5263033/
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/173655#research
  • https://www.headway.org.uk/media/7913/coma-stimulation-activities-factsheet-2019.pdf

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb