10 Maret 2021

Atlet Voli Aprilia Manganang Alami Hipospadia, Kondisi Apa Itu?

Tergabung sebagai atlet voli putri, kini ia resmi ditetapkan sebagai seorang pria
Atlet Voli Aprilia Manganang Alami Hipospadia, Kondisi Apa Itu?

Foto: instagram.com/apriliamanganang_/manganang92

Mantan atlet voli putri Indonesia dan Sersan Dua TNI, Aprilia Manganang, resmi mengalami pergantian status jenis kelamin dari wanita ke pria.

Hal ini disampaikan oleh KSAD TNI AD Jendral Andika Perkasa di Jakarta, Selasa (9/3), seperti yang dikutip dari Kumparan.com.

Lebih lanjut, Andika mengatakan bahwa Manganang terlahir sebagai seorang laki-laki. Namun, dia mengalami kelainan sistem reproduksi yang disebut hipospadia.

"April lahir tumbuh besar diklaim wanita, akte wanita, tapi penampilan tak seperti wanita," kata Andika.

Kelainan yang dialami Aprilia baru diketahui baru-baru ini oleh Pangdam Manado. Akhirnya pada 3 Februari 2021, Andika dan jajarannya memanggil Manganang untuk menjalani pemeriksaan medis di RSPAD.

Setelah melakukan pemeriksaan dan mendapatkan hasil rekam medis, diketahui hormon testosteron Manganang lebih tinggi. Tak hanya itu, pada tubuhnya pun ia tak memiliki organ kelamin yang mestinya dimiliki wanita.

Setelah hasil rekam medis keluar dan dijelaskan secara rinci kepada Manganang, Andika mengaku menawarkannya untuk menjalani operasi correction surgery di RSPAD Jakarta.

Lahir dan besar sebagai atlet voli, pada 11 September 2020 lalu ia memutuskan untuk pensiun dari dunia olahraga yang melambungkan namanya.

Hipospadia mungkin merupakan istilah yang masih asing di telinga. Lalu, kondisi apa itu? Simak penjelasannya lebih lanjut berikut ini.

Baca Juga: 3 Jenis Spina Bifida, Cacat Lahir pada Tulang Belakang

Pengertian Hipospadia

hipospadia-pengertian
Foto: hipospadia-pengertian

Foto: Orami Photo Stock

Mengutip Mayo Clinic, hipospadia adalah cacat lahir yang merupakan kondisi bawaan, di mana lubang uretra (saluran kencing) berada di bagian bawah penis, bukan di ujung.

Tergantung tingkat keparahannya, lubang kencing bisa terletak di bagian kepala atau dasar penis, di tengah batang penis, atau bahkan di bawah testis:

  • Subcoronal: Dekat kepala penis.
  • Poros tengah: Sepanjang batang penis.
  • Penoscrotal: Tempat pertemuan penis dan skrotum.

Pembedahan biasanya bisa dilakukan untuk mengembalikan tampilan normal penis pada anak. Dengan pengobatan hipospadia yang berhasil, kebanyakan pria dapat buang air kecil dan reproduksi normal.

Baca Juga: Aktris Lee Ji Eun Meninggal Dunia, Berikut Faktanya

Penyebab Hipospadia

hipospadia-penyebab
Foto: hipospadia-penyebab

Foto: Orami Photo Stock

Dalam Cleveland Clinic, disebutkan bahwa hingga kini peneliti tidak tahu persis apa yang menyebabkan hipospadia.

Namun, hal itu tampaknya berhubungan dengan kondisi turunan/bawaan. Anak-anak dengan hipospadia kemungkinan karena memiliki ayah dan saudara laki-laki yang juga memilikinya.

Masalahnya bisa terjadi selama kehamilan. Penis mulai berkembang sekitar minggu kedelapan kehamilan. Cacat uretra terjadi antara minggu ke-9 dan 12.

Faktor tertentu pada ibu dapat meningkatkan risiko bayi mengalami hipospadia, termasuk ibu yang:

  • Obesitas.
  • Berusia di atas 35 tahun.
  • Menggunakan perawatan kesuburan untuk hamil (mungkin karena terpapar progesteron, hormon yang digunakan selama pembuahan).
  • Menggunakan hormon lain sebelum atau selama kehamilan.
  • Pernah terpapar pestisida.
  • Merokok.

Baca Juga: Fakta Julie Estelle Menikah dengan David Tjiptobiantoro, Sudah Setahun Direncanakan!

Operasi Sebagai Solusinya

operasi hipospadia
Foto: operasi hipospadia (Orami Photo Stocks)

Foto: Orami Photo Stock

Untuk mengatasi kondisi ini, tindakan operasi merupakan cara terbaik dan satu-satunya untuk menyelesaikan kesulitan buang air kecil pada bayi laki-laki yang lahir dengan hipospadia.

Operasi dilakukan untuk meluruskan dan memperbaiki penis bayi sehingga akan terlihat lebih normal.

Selain itu, operasi juga membantu memastikan bahwa penis bayi akan memiliki fungsi seksual normal saat mereka dewasa nanti.

Beberapa dampak dari hipospadia yang tidak diobati, menurut Journal of Pediatric Urology adalah kelengkungan ventral penis, sulit berhubungan, ketidakpuasan saat seks, penis bengkok, dan lebih banyak duduk untuk buang air kecil.

Pria dengan hipospadia yang tidak diobati melaporkan lebih sering terjadi mengalami masalah di atas, dibandingkan dengan pria non-hipospadiak.

Hipospadia ringan yang tidak diobati memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan hipospadia berat.

Penelitian diperlukan untuk menentukan apakah pengobatan hipospadia masa kanak-kanak meningkatkan hasil pada orang dewasa, terutama untuk hipospadia ringan.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb