10 Maret 2020

3 Tahapan Proses Persalinan, Benarkan Menyakitkan?

Tahu prosesnya diharapkan dapat sedikit membantu mengatasi ketakutan yang ada
3 Tahapan Proses Persalinan, Benarkan Menyakitkan?

Ada saatnya dalam setiap kehamilan ketika semua yang tersisa untuk dilakukan hanyalah menunggu proses melahirkan. Segala informasi telah dibaca, baju-baju sudah dibeli, dan tempat tidur bayi sudah terpasang di kamar.

Hamil hingga proses melahirkan setiap wanita akan menjadi hal yang unik, bahkan dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya.

Ketika sudah mendekati harinya, proses melahirkan bisa berakhir dalam hitungan jam bagi beberapa orang. Namun pada beberapa kasus lain, proses melahirkan khususnya persalinan normal akan menguji stamina fisik dan emosional ibu.

Tentu saja tidak seperti di film-film, karena Moms tidak akan pernah tahu persis kapan dan apa pemicu dari persalinan yang akan terjadi hingga waktunya tiba.

Susan Cooter, RN, Direktur Prepared Childbirth Educators, organisasi yang berbasis di Hatboro, Amerika Serikat, mengatakan begitu Moms mencapai usia kehamilan 37 minggu kehamilan, maka bayi di dalam perut bisa lahir kapan saja.

Tetapi meskipun sebagian besar ibu melahirkan antara usia 37 dan 42 minggu, ini merupakan rentang yang cukup panjang sehingga tidak ada cara untuk menentukan kapan proses melahirkan akan dimulai.

"Tidak mengetahui kapan waktu yang jelas, membuat beberapa wanita sangat cemas," kata Cooter, yang juga seorang doula bersertifikat.

Baca Juga: Merasa Sedih Pasca Melahirkan, Cek 7 Tips Mencegah Baby Blues

Tahapan Proses Persalinan

Hal baiknya adalah Moms dapat mempersiapkan diri dengan memahami urutan kejadian atau tahapan yang biasa terjadi pada proses melahirkan.

1. Tahap Pertama: Dilatasi dan Efektivitas Serviks

Dilatasi Serviks
Foto: Dilatasi Serviks (https://www.madeformums.com/pregnancy/cervical-dilation-everything-you-need-to-know/)

Foto: madeformums.com

Mengutip American Pregnancy Association, tahap pertama proses melahirkan, berlangsung dari saat Moms mulai mengalami kontraksi hingga saat serviks sepenuhnya melebar atau terbuka. Dalam minggu-minggu menjelang persalinan, serviks mulai melunak.

Kontraksi terjadi dan membuka serviks cukup lebar sehingga bayi bisa lewat. Namun, terkadang tanda-tanda dari setiap fase pada tahapan ini juga mungkin akan terlihat tumpang tindih.

Fase Awal: Serviks Terbuka Hingga 3 cm

Fase awal tahap pertama ini juga disebut fase laten dan dapat bertahan hingga 20 jam. Proses melahirkan biasanya dimulai dengan kontraksi yang datang setiap 5-20 menit dan masing-masing berlangsung 30 hingga 60 detik.

Namun, setiap tanda persalinan masing-masing orang akan berbeda dan beberapa wanita mungkin tidak menyadari bahwa mereka sudah dekat dengan waktu persalinan sampai kontraksi relatif berdekatan atau hanya berjarak sekitar lima menit.

Kontraksi akan menjadi lebih kuat, lebih lama, lebih sering, dan terkoordinasi dengan lebih baik. Selama fase awal, serviks Moms akan terbuka sekitar 3 cm (1 inci).

Rasa sakit yang mungkin Moms alami selama fase awal tahap satu ini akan mirip dengan kram menstruasi, menyebar di sekitar perut seperti ada sesuatu yang ketat. Selama kontraksi, ada gelombang rasa sakit di perut.

Rahim mengeras dan mengencang secara intens dan beberapa perempuan mungkin merasakan sakitnya di sekitar area punggung. Rasa sakit kontraksi pada fase awal umumnya tidak separah pada fase aktif atau fase selanjutnya.

"Lakukan apapun yang bisa membuat nyaman seperti beristirahat, mandi, makan makanan kecil, berjalan-jalan, dan berlatih pernapasan yang halus," ujar Cooper menjelaskan.

Selaput janin atau ketuban kadang pecah pada tahap pertama proses melahirkan. Ini sering disebut sebagai pecah ketuban dan cenderung tidak menyakitkan meskipun cairan ketuban akan bocor atau menyembur keluar.

Kadang-kadang, jika proses persalinan berjalan lambat dan selaput janin belum pecah, dokter dapat membuat robekan kecil di selaput dengan alat yang terlihat seperti pengait rajutan kecil.

Ini disebut pecah ketuban buatan dan itu akan membuat kontraksi menjadi lebih kuat agar proses persalinan khususnya persalinan normal dapat lebih cepat selesai.

Namun, jika ketuban Moms pecah sebelum timbulnya nyeri persalinan atau dikenal pecah ketuban dini, Moms mungkin perlu diinduksi. Segera ke dokter atau rumah sakit terdekat agar mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.

Fase Aktif: Serviks Membesar Menjadi 7 cm

Fase ini adalah ketika persiapan proses melahirkan dimulai dan harus lebih serius karena sebagian besar perempuan akan mulai bekerja lebih intens. Selama fase aktif, kontraksi biasanya datang dengan mantap, secara bertahap meningkatkan intensitas dan frekuensi, serta berjarak 3 - 5 menit.

Tidak ada yang bisa menyangkal rasa sakit pada fase ini. Pada fase aktif, serviks Moms akan terus terbuka, sekitar 8 cm (3 inci) dan kepala bayi akan turun semakin jauh ke pelvis.

Rasa sakit mungkin terpusat di punggung bawah, perut atau paha dan mungkin cukup kuat sehingga membuat Moms sulit berbicara. Moms juga mungkin mengalami peningkatan jumlah keputihan atau kecoklatan atau terkadang disebut 'flek darah'.

Dikutip dari parents.com, fase ini terjadi 3 - 6 jam untuk Moms yang baru pertama kali melahirkan dan 1-3 jam untuk yang sudah berpengalaman melahirkan.

Pada kondisi ini Moms harus sudah di rumah sakit dan berada di bawah pengawasan tenaga ahli kesehatan. Jika Moms bisa bangun dari tempat tidur, cobalah berjalan naik dan turun tangga selama beberapa menit pada suatu waktu (jika kebijakan rumah sakit mengizinkannya) atau mencoba jalan ditempat.

"Gerakan ini mendorong serviks untuk lebih terbuka dan membantu bayi berputar ke posisi kelahiran," kata Cooter.

Fase Transisi: Serviks Terbuka Hingga 10 cm

Pada fase transisi, serviks akan terbuka dari 8 cm menjadi 10 cm. Ini merupakan ukuran diameter yang diperlukan kepala bayi untuk melewati jalan lahir.

Pada titik proses melahirkan ini, kontraksi akan sangat kuat, terjadi setiap dua hingga tiga menit. Setiap kontraksi dapat berlangsung 60 detik atau lebih. Moms mungkin merasa gemetar atau mual pada saat ini.

Kepala bayi terus turun ke panggul selama fase transisi. Pada akhir fase ini, saluran lahir akan terbentuk. Ini adalah kesatuan dari leher rahim dan vagina yang terbuka untuk dilewati oleh Si Kecil.

2. Tahap Kedua: Mendorong Si Kecil Keluar dari Rahim

push-the-baby.jpg
Foto: push-the-baby.jpg (https://americanpregnancy.org/labor-and-birth/first-stage-of-labor/)

Foto: americanpregnancy.org

Tahap kedua pada proses melahirkan adalah tahap 'mendorong' di mana bayi benar-benar akan lahir ke dunia. Tahap kedua proses melahirkan akan sangat menegangkan sekaligus penuh semangat dan biasanya berlangsung dari 20 menit hingga 2 jam.

Bagi sebagian perempuan, tahap kedua ini mungkin hanya berlangsung lima menit. Tetapi bagi yang lain, proses melahirkan pada titik ini bisa bertahan hingga 3 jam.

Selama tahap ini, Moms masih akan mengalami kontraksi yang kuat dan teratur, setiap satu hingga tiga menit. Setiap kontraksi akan membantu untuk memindahkan kepala bayi lebih jauh ke pelvis atau sepanjang jalan lahir.

Beberapa wanita merasa rasa sakit proses melahirkan tahap kedua ini lebih mudah dikelola daripada fase aktif di tahap pertama. Mereka cenderung dapat menahannya, sehingga sedikit ada kelegaan bagi rasa sakit.

Ketika Moms merasakan dorongan tak tertahankan untuk menahannya, tahan napas dan dorong seolah Moms sedang buang air besar. Lakukan secara alami pada setiap kontraksi dan ikuti apa yang diminta tubuh.

Baca Juga: 7 Penyebab Persalinan Normal Tidak Bisa Dilakukan

Dengan setiap kontraksi dan dorongan, otot-otot perut akan menekan bayi untuk bergerak melalui jalan lahir. Ketika kontraksi selesai, rahim rileks dan kepala bayi sedikit surut. Setelah beberapa saat, area antara vagina dan anus yang disebut perineum, akan mulai membesar dan kulit kepala bayi akan terlihat.

Bagian atas kepala bayi akan muncul di akhir tahap dua dan ini disebut 'penobatan'. Pada titik tertentu, Moms mungkin diminta untuk berhenti mendorong, bahkan jika Moms memiliki keinginan besar untuk melakukannya.

Ini memungkinkan kepala bayi bekerja dengan kecepatannya sendiri untuk merentangkan vagina dan perineum. Jika Moms dapat menahan keinginan untuk mendorong pada titik ini, maka hal tersebut dapat membantu mencegah robeknya area perineum.

Dokter atau bidan akan dengan lembut membimbing kepala bayi melalui jalan lahir, diikuti oleh satu bahu dan kemudian bahu lainnya. Sisa tubuh mengikuti dengan mudah dan mungkin ada semburan air. Jika diperlukan, dokter akan menyedot hidung dan mulut bayi karena dia akan mengambil napas pertama di dunia.

Tali pusat akan dijepit dan suami Moms dapat ditawari kesempatan untuk memotong tali pusat. Jika tidak ada komplikasi, bayi akan cepat dibersihkan dan diletakkan di dada Moms sehingga dapat menghangatkannya serta meningkatkan bonding antara Moms dan Si Kecil.

3. Tahap Ketiga: Mengeluarkan Plasenta

newborn-baby.jpg
Foto: newborn-baby.jpg (https://www.pregoguide.com/prepare-for-your-babys-arrival/)

Foto: pregoguide.com

Menurut American Pregnancy Association, tahap ketiga dari proses melahirkan adalah tahap yang pendek, yaitu 10 menit hingga 1 jam untuk mengeluarkan plasenta. Sekarang setelah bayi Moms lahir dan berada dalam gendongan, Moms mungkin bahkan tidak melihat plasenta yang keluar.

Plasenta biasanya dikeluarkan dengan beberapa kontraksi tanpa rasa sakit. Tetapi, Moms mungkin diminta untuk mendorong sebentar pada titik ini.

Jika Moms harus dijahit karena mengalami robekan atau episiotomi, Moms akan diberikan bius lokal sehingga dokter dapat melakukan penjahitan.

Baca Juga: Ikuti 8 Tips Sukses Melahirkan Normal Ini

Nah, itulah tahapan proses melahirkan yang perlu Moms ketahui. Dengan mengetahui tahapannya, Moms bisa lebih tenang dan siap menghadapi proses melahirkan.

(RIE/ERN)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb