04 Mei 2020

Ketahui Cara Membaca Grafik Tumbuh Kembang Anak dari Kemenkes

Tetap perlu berkonsultasi dengan dokter ya, Moms
Ketahui Cara Membaca Grafik Tumbuh Kembang Anak dari Kemenkes

Sebagai orang tua, Moms tentu perlu untuk rutin memantau tumbuh kembang anak dengan memerhatikan panjang/tinggi badan, berat badan, dan juga lingkar kepala.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan grafik tumbuh kembang anak, yang kemudian digunakan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam buku "Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2015."

Tetapi, grafik tumbuh kembang ini cukup rumit untuk dibaca oleh orang awam. Moms bisa mencoba cara membaca grafik tumbuh kembang berikut ini dengan menggunakan tiga kasus berikut ini.

Klasifikasi Kurva Tumbuh Kembang

cara membaca grafik tumbuh kembang-1
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-1 (Parenting.firstcry.com)

Foto: Orami Photo Stock

Pada kurva tumbuh kembang, Moms akan menemukan dua kelompok usia, yaitu tumbuh kembang untuk 0-2 tahun, dan 2-5 tahun.

"Untuk anak usia di bawah 2 tahun, pengukuran panjang badan dilakukan dengan posisi tidur, menggunakan papan pengukur. Sementara, anak di atas 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan posisi berdiri," jelas dr. Caessar Pronocitro, Sp. A, M.Sc - Dokter Spesialis Anak.

Selain itu, klasifikasi kurva ini juga dibedakan berdasarkan jenis kelamin yaitu pengukuran untuk bayi/balita laki-laki, dan bayi/balita perempuan. Perbedaannya karena berkaitan dengan faktor genetik.

"Pertumbuhan pada anak menunjukkan perbedaan berdasarkan jenis kelamin. Hal ini terkait dengan faktor genetik. Maka, kurva pertumbuhannya pun berbeda," lanjut dr. Caessar.

Sementara itu, pada anak usia di atas 5 tahun, bila menggunakan kurva standar pertumbuhan WHO, maka mulai digunakan kurva Indeks Massa Tubuh.

Setelah mengetahui klasifikasi dari kurva tumbuh kembang, berikut ini ada tiga contoh kasus bayi dan balita serta penjelasannya.

Baca Juga: Salah Kaprah Menu Tunggal MPASI, Cegah Stunting pada Anak dengan Nutrisi Ini

1. Kasus Pertama

  • Nama bayi: Rina
  • Jenis kelamin: Perempuan
  • Usia: 1 tahun 8 bulan
  • Berat Badan (BB): 7 kg
  • Panjang Badan (PB): 70 cm
  • Lingkar kepala: 46 cm

Berat Badan: Normal

cara membaca grafik tumbuh kembang-3
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-3 (Kemenkes RI)

Mengacu pada Grafik BB Perempuan menurut PB Usia 0-2 tahun dari WHO, diketahui BB Rina 7 kg, dan PB 70 cm, maka disimpulkan berada di antara skala garis -1 SD dan -2 SD, sehingga masuk kategori berat badan "normal".

Panjang Badan: Risiko Stunting

cara membaca grafik tumbuh kembang-4
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-4

Mengacu pada Grafik PB Perempuan Usia 0-2 tahun dari WHO, diketahui PB Rina (usia 1 tahun 8 bulan) adalah 70 cm, dan tampak di kurva bahwa panjang badannya ada di bawah garis -3 SD sehingga masuk kategori "sangat pendek" atau risiko stunting.

Lingkar Kepala: Normal

cara membaca grafik tumbuh kembang-5
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-5 (Kemenkes RI)

Sementara untuk lingkar kepala Rina, 46 cm, masih termasuk dalam kelompok mean (antara +2 SD dan -2 SD), sehingga termasuk kategori lingkar kepala yang normal.

Penjelasan:

Dari data di atas, diketahui bahwa Rina memiliki risiko stunting, mengingat panjang badan yang di bawah -3. Tetapi, untuk bisa menegakkan diagnosis stunting ini, perlu memerhatikan dari ukuran PB dan BB sebelumnya.

Pengertian stunting ini terbagi menjadi dua:

  1. Kategori yang diberikan untuk anak dengan panjang/tinggi badan berdasarkan usia berada di bawah garis -2.
  2. Kategori dengan kondisi kekurangan nutrisi kronis, sehingga bukan hanya berat badan yang terpengaruh tetapi juga panjang/tinggi badan.

"Kita tidak bisa melihat hanya dari pengukuran sewaktu, tetapi dari tren pengukuran-pengukuran sebelumnya," terang dr. Caessar.

"Apabila sebelumnya PB berdasarkan usia awalnya normal tetapi semakin lama semakin menurun hingga di bawah garis -2, maka benar ini adalah stunting seperti definisi kedua. Namun, bila sejak awal memang berada di bawah garis -2 maka bisa jadi ini bukan stunting dalam definisi kurang gizi, tetapi bisa disebabkan kelainan hormonal atau genetik," jelasnya lagi.

Baca Juga: ASI Eksklusif Dapat Cegah Stunting, Benarkah?

2. Kasus Kedua

  • Nama bayi: Anton
  • Jenis kelamin: Laki-laki
  • Usia: 3 tahun 2 bulan
  • Berat Badan (BB): 24 kg
  • Tinggi Badan (TB): 110 cm
  • Lingkar kepala: 48 cm

Berat Badan: Risiko Gemuk

cara membaca grafik tumbuh kembang-6
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-6 (Kemenkes RI)

Mengacu pada Grafik BB Laki-laki menurut TB Usia 2-5 tahun dari WHO, diketahui bahwa BB Anton 24 kg dan TB 110 cm, disimpulkan berada di antara skala garis 2 SD dan 3 SD, sehingga masuk kategori berat badan "gemuk".

Tinggi Badan: Tinggi

cara membaca grafik tumbuh kembang-7
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-7 (Kemenkes RI)

Mengacu pada Grafik TB Laki-laki Usia 2-5 tahun dari WHO, diketahui TB Anton (usia 3 tahun 2 bulan) adalah 110 cm, dan tampak pada kurva bahwa panjang badannya ada di atas garis 3 SD sehingga masuk kategori "tinggi".

Lingkar Kepala: Normal

cara membaca grafik tumbuh kembang-9
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-9 (Kemenkes RI)

Sementara untuk lingkar kepala Anton, 48 cm, masih termasuk dalam kelompok mean (antara +2 SD dan -2 SD), sehingga termasuk kategori lingkar kepala yang normal.

Penjelasan:

Pada kasus 2, memang tampak bahwa berat badan berdasarkan tinggi badan berada di atas garis +2, sehingga dikategorikan sebagai "gemuk" atau gizi lebih.

"Namun, untuk dapat mendiagnosis bila anak tersebut obesitas, dokter spesialis anak akan menggunakan kurva yang berbeda tergantung usia," terang dr. Caessar.

Untuk anak di bawah usia 2 tahun, digunakan kurva IMT (indeks massa tubuh) berdasarkan usia menurut WHO 2006, sementara anak usia 2 - 18 tahun menggunakan grafik IMT CDC (Centers for Disease Control and Prevention) tahun 2000.

"Apabila terdapat hasil seperti pada contoh, maka dokter spesialis anak akan melihat posisi berat, tinggi, indeks massa tubuh pada kurva-kurva tersebut," terangnya lagi.

Baca Juga: Ini Dia Alasan Tumbuh Kembang Anak Harus Diperhatikan Sejak Kehamilan

3. Kasus Ketiga

  • Nama bayi: Bimo
  • Jenis kelamin: Laki-laki
  • Usia: 4 tahun
  • Berat Badan (BB): 16 kg
  • Tinggi Badan (TB): 103 cm
  • Lingkar kepala: 50 cm

Berat Badan: Normal

cara membaca grafik tumbuh kembang-9
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-9 (Kemenkes RI)

Mengacu pada Grafik BB Laki-laki menurut TB Usia 2-5 tahun dari WHO, diketahui bahwa BB Bimo 16 kg dan TB 103 cm, disimpulkan berada di skala garis 0 SD, sehingga masuk kategori berat badan "normal".

Tinggi Badan: Normal

cara membaca grafik tumbuh kembang-8
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-8 (Kemenkes RI)

Mengacu pada Grafik TB Laki-laki Usia 2-5 tahun dari WHO, diketahui TB Bimo (usia 4 tahun) adalah 103 cm, dan tampak pada kurva bahwa panjang badannya ada di antara garis 0 SD dan -2 SD sehingga masuk kategori "normal".

Lingkar Kepala: Normal

cara membaca grafik tumbuh kembang-10
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-10 (Kemenkes RI)

Sementara untuk lingkar kepala Bimo yaitu 50 cm, masih termasuk dalam kelompok mean (antara +2 SD dan -2 SD), sehingga termasuk kategori lingkar kepala yang normal.

Penjelasan:

Sesuai dengan deskripsi di atas, diketahui bahwa ketiga pengukuran TB, BB, dan lingkar kepala Bimo yang berusia 4 tahun semuanya berada dalam skala yang normal.

Baca Juga: 4 Tips Meningkatkan Kualitas ASI untuk Tumbuh Kembang Si Kecil

Kesimpulan Cara Membaca Grafik Tumbuh Kembang

cara membaca grafik tumbuh kembang-2
Foto: cara membaca grafik tumbuh kembang-2 (Mumsgrapevine.com.au)

Foto: Orami Photo Stock

Dari ketiga kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kurva-kurva yang ada di KMS (Kartu Menuju Sehat), ataupun buku kesehatan anak dapat digunakan oleh orang tua untuk memantau pertumbuhan anak.

Namun, dr. Caessar memberikan dua poin penting yang harus diingat oleh orang tua dalam membaca grafik tumbuh kembang ini:

1. Pengukuran Bukan dalam Sewaktu Saja

"Pemantauan pertumbuhan bukanlah pengukuran sewaktu, melainkan hal yang harus dilakukan secara berkala, minimal setiap bulan, sehingga tampak tren atau perubahannya dari waktu ke waktu," jelas dr. Caessar.

Hal ini sangat penting, karena diagnosis kondisi nutrisi seorang anak tidak hanya ditentukan oleh pengukuran di satu waktu, tetapi melihat pengukuran-pengukuran sebelumnya.

2. Jangan Langsung Ambil Kesimpulan

Bila Moms mendapati hal yang tidak wajar, misalnya Si Kecil memiliki berat badan yang berlebih atau tinggi badan yang pendek, maka sebaiknya jangan langsung mengambil kesimpulan seperti stunting, anak obesitas, gizi buruk, dll.

"Untuk bisa menegakkan diagnosis-diagnosis tersebut, dokter spesialis anak perlu pemeriksaan yang lebih menyeluruh dan melihat juga kurva-kurva terstandar yang lain," kata dr. Caessar.

Jika didapati garis kurva tidak berada dalam klasifikasi yang normal (di bawah -3 SD atau di atas 3 SD), ada baiknya langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis anak agar dapat memastikan kondisi nutrisi anak.

Baca Juga: Rekomendasi 7 Klinik Tumbuh Kembang Anak di Jakarta dan Layanan Terapi yang Dimiliki

Mengetahui cara membaca grafik tumbuh kembang memang tidak mudah, dan dokter spesialis anak butuh waktu selama kuliah spesialis untuk menggunakannya dengan baik.

Karena itu, hal yang perlu orang tua pantau adalah pertambahan berat badan, panjang/tinggi badan, dan lingkar kepala bayi dan anak dari bulan ke bulan, sehingga saat berkonsultasi, dokter akan membantu untuk menjelaskannya.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb