10 November 2020

Diare pada Anak, Berikut Pencegahan dan Cara Mengatasinya

Bagaimana cara mengatasinya?
Diare pada Anak, Berikut Pencegahan dan Cara Mengatasinya

Diare adalah cara tubuh kita membersihkan diri dari kuman, dan keadaan ini umumnya bisa berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu lamanya.

Bukan hanya orang dewasa saja, tetapi Si Kecil juga bisa mengalami diare pada anak. Kondisi satu ini seringkali disertai dengan demam, mual, muntah, kram, dan dehidrasi.

Tahukah Moms jika diare merupakan salah satu penyakit yang sering menjadi penyebab kematian pada anak? Hal ini dituturkan oleh dr. Wiendra Waworuntu yang merupakan Direktur Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2PML) pada tahun 2016.

Ia menyatakan bahwa diare berada di urutan ketiga yang menyebabkan kematian pada anak setelah tuberkulosis dan penyakit hati.

Tentunya, kita sekarang lebih sadar bahwa diare pada anak bukanlah masalah yang sepele. Diare sebenarnya merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan bakteri-bakteri dari dalam tubuh yang menyebabkan feses menjadi cair (mencret).

Baca Juga: 5 MPASI yang Baik Dikonsumsi Saat Bayi Diare

Penyebab Diare pada Anak

penyebab diare pada anak
Foto: penyebab diare pada anak (https://www.todaysparent.com/wp-content/uploads/2017/04/is-your-kid-afraid-to-poop1280x960.jpg)

Foto: Orami Photo Stock

Menurut John's Hopkins Medicine, secara umum, penyebab diare pada anak adalah karena infeksi virus atau bakteri, seperti rotavirus dan bakteri salmonella. Dalam kasus yang jarang, diare yang dialami Si Kecil bisa disebabkan oleh parasit, seperti giardia.

Diare pada anak biasanya juga diikuti dengan demam, muntah, sakit perut, sakit kepala, dan dehidrasi.

Penyebab lain diare misalnya tidak dapat mencerna makanan tertentu (intoleransi makanan), alergi makanan tertentu, reaksi obat-obatan tertentu, penyakit saluran pencernaan, keracunan makanan, masalah di cara kerja saluran pencernaan, dan operasi perut atau kantong empedu

Anak-anak yang mengunjungi beberapa negara asing berisiko mengalami diare saat bepergian. Ini disebabkan karena makanan atau air yang tidak aman karena bakteri, virus, atau parasit.

Diare pada anak biasa diikuti dengan berbagai gejala yang berbeda. Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyebab diare pada anak bisa disebabkan karena banyak hal.

1. Infeksi Bakteri

Diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh sejumlah bakteri, virus dan organisme parasit, yang sebagian besar disebarkan oleh air yang terkontaminasi tinja.

Infeksi lebih sering terjadi ketika ada kekurangan sanitasi dan kebersihan yang memadai dan air yang aman untuk minum, memasak dan membersihkan.

Rotavirus dan Escherichia coli, adalah dua agen yang paling umum dari diare sedang sampai parah di negara-negara berkembang. Patogen lain seperti cryptosporidium dan spesies shigella juga penting. Pola etiologi spesifik lokasi juga perlu dipertimbangkan.

2. Malnutrisi

Anak-anak yang meninggal karena diare sering menderita kekurangan gizi, yang membuat mereka lebih rentan terhadap diare.

Setiap diare yang terjadi, membuat kekurangan gizi mereka semakin buruk. Diare adalah penyebab utama malnutrisi pada anak di bawah lima tahun.

3. Sumber Daya yang Terkontaminasi

Sumber lain seperti air yang terkontaminasi oleh kotoran manusia, misalnya, dari air limbah, septic tank dan kakus, menjadi perhatian khusus sebagai penyebab diare pada anak. Kotoran hewan juga mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare.

4. Penyebab Lain

Penyakit diare juga dapat menyebar dari orang ke orang, diperburuk oleh kebersihan pribadi yang buruk. Makanan adalah penyebab utama diare lainnya ketika disiapkan atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis.

Penyimpanan dan penanganan air domestik yang tidak aman juga merupakan faktor risiko penting. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar juga dapat menyebabkan penyakit diare pada anak lho, Moms.

Baca Juga: Ibu Menyusui Minum Antibiotik Dapat Menyebabkan Bayi Diare?

Jenis Diare pada Anak

jenis diare pada bayi
Foto: jenis diare pada bayi

Foto: Orami Photo Stock

Mengutip American College of Gastroenterology, diare pada anak bisa terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Jangka Pendek (Akut)

Diare pada anak yang akut ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit.

Jenis diare ini mungkin disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi bakteri (infeksi bakteri). Atau itu bisa terjadi jika anak sakit karena virus.

Meskipun kasus diare akibat infeksi biasanya ringan dan hilang dengan sendirinya dan berlangsung selama 1-2 hari, penting untuk menghindari dehidrasi akibat kehilangan cairan tubuh dalam tinja diare.

2. Jangka Panjang (Kronis)

Diare pada anak ini berlangsung selama beberapa minggu. Mungkin disebabkan oleh masalah kesehatan lain seperti sindrom iritasi usus. Ini juga bisa disebabkan oleh penyakit usus.

Ada banyak penyebab diare kronis, dan biasanya disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan radang usus dan/atau malabsorpsi nutrisi. Ini termasuk kolitis ulserativa, penyakit Crohn, atau penyakit celiac. Giardia juga dapat menyebabkan diare kronis.

Dalam jurnal Chronic Diarrhea in Children, diare kronis pada anak bisa dapat menyebabkan malabsorpsi dan dapat menyebabkan dehidrasi.

Baca Juga: Bayi Diare, Bolehkah Diberikan Larutan Gula Garam?

Gejala-Gejala Diare pada Anak

gejala diare pada anak
Foto: gejala diare pada anak

Foto: Orami Photo Stock

Selain karakteristik feses yang terlalu cair, terdapat beberapa gejala yang dapat muncul saat terjadi diare pada anak. Beberapa gejala yang dapat dialami adalah demam, menggigil, feses yang mengandung darah, rasa sakit di perut, mual atau muntah.

Bisa juga disertai dengan buang air besar yang tidak dapat dikontrol, rasakembung di perut, dan dehidrasi.

Jika anak merasa terganggu dengan diare yang dialami atau gejala-gejala diare pada anak semakin memburuk, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Baca Juga: 9 Tips Memberikan Makanan untuk Anak Diare, Simak di Sini

Diagnosis Diare pada Anak

diare pada anak-diagnosis
Foto: diare pada anak-diagnosis (https://www.thehealthy.com/wp-content/uploads/2016/09/04_tricks_relieve_childs_constipation_every_parent_sleeve_establish_bathroom_routine_EvgeniiAnd.jpg)

Foto: Orami Photo Stock

Untuk memberikan diagnosis diare pada anak, dokter anak akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan Si Kecil.

Selain itu, dokter juga akan memberi anak pemeriksaan fisik, sehingga Si Kecil mungkin akan menjalani tes laboratorium untuk memeriksa darah dan urin.

Tes diagnosis diare pada anak lain yang mungkin dilakukan termasuk:

  • Kultur tinja untuk memeriksa bakteri atau parasit abnormal di saluran pencernaan anak. Sampel feses kecil diambil dan dikirim ke laboratorium.
  • Evaluasi feses untuk memeriksa tinja dari darah atau lemak
  • Tes darah untuk menyingkirkan penyakit tertentu
  • Tes pencitraan untuk menyingkirkan masalah struktural
  • Tes untuk memeriksa intoleransi atau alergi makanan
  • Melakukan sigmoidoskopi

Pada sigmoidoskopi, tes ini memungkinkan penyedia layanan kesehatan memeriksa bagian dalam dari usus besar anak. Tes ini membantu untuk mengetahui penyebab diare, sakit perut, sembelit, pertumbuhan abnormal, dan pendarahan.

Prosedur sigmoidoskopi dilakukan dengan menggunakan tabung pendek, fleksibel, dan menyala (sigmoidoscope). Tabung tersebur lalu dimasukkan ke usus anak melalui rektum.

Selanjutnya, tabung ini menghembuskan udara ke dalam usus untuk membuatnya membengkak. Ini membuatnya lebih mudah untuk melihat ke dalam.

Baca Juga: Diare pada Bayi, Bagaimana Cirinya dan Cara Mengatasinya?

Penanganan Diare pada Anak

diare pada anak
Foto: diare pada anak

Informasi di atas mungkin sempat membuat Moms khawatir, tetapi kita dapat melakukan beberapa hal untuk mengatasi gejala diare pada anak dengan melakukan empat prinsip berikut ini:

1. Konsumsi Banyak Cairan

Dehidrasi merupakan salah satu permasalahan utama dari diare pada anak dan pemberian larutan elektrolit-glukosa dapat mengatasi dehidrasi pada anak.

Sebagai cara mengatasi diare pada anak, penting melakukan hidrasi ringan yang dapat dilakukan di rumah dengan larutan rehidrasi oral khusus (ORS) yang dapat dibeli di apotek atau toko bahan makanan

Solusi rehidrasi oral adalah cara terbaik untuk merehidrasi anak yang sudah bisa minum dan tidak muntah. Meskipun minuman lain seperti jus, cola, dan minuman olahraga sering digunakan, minuman ini bukan pengganti oralit yang baik, dan justru dapat memperburuk diare.

Pasien dengan diare yang lebih parah, muntah dan dehidrasi mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang diberikan melalui pembuluh darah di lengan) di rumah sakit.

2. Perhatikan Pola Makan

Pada anak yang keadaannya sehat, sangat penting untuk mulai memberi mereka makanan yang biasa mereka makan sesegera mungkin. Bayi yang diberi ASI harus dirawat secara normal selama episode gastroenteritis akut.

Bayi yang diberi susu formula dapat melanjutkan pola makan biasa mereka dan anak yang lebih besar harus diperkenalkan kembali ke pola makan biasa mereka sesegera mungkin.

Anak-anak yang lebih besar mungkin pada awalnya menghindari produk susu dan mencoba diet hambar yang terdiri dari pisang, saus apel, nasi, dan roti panggang.

3. Berikan Pengobatan Bila Diperlukan

Pemberian antibiotik dapat diresepkan oleh dokter untuk anak-anak dengan diare pada anak yang disebabkan bakteri atau parasit tertentu, meskipun dalam banyak kasus antibiotik tidak mengubah berapa lama diare berlangsung atau tingkat keparahannya.

Probiotik (tablet atau kapsul yang diproduksi secara komersial yang mengandung "bakteri baik") mungkin berguna dalam mengurangi keparahan gejala dengan adanya ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat di usus.

Obat-obatan yang memperlambat pergerakan usus tidak dianjurkan pada anak-anak dengan diare akut meskipun kadang-kadang berperan pada anak-anak dengan diare kronis.

4. Berikan Perawatan Suportif

Untuk mencegah diare pada anak nantinya, penting untuk selalu mencuci tangan dengan hati-hati yang harus dilakukan oleh semua anggota keluarga terutama setelah mengganti popok.

Jika diare pada anak disebabkan oleh infeksi, tetap sesuai dengan anjuran dokter.

Berikan zinc untuk mengembalikan gizi yang hilang pada anak dan melindunginya dari diare. Menurut dr. Wiendra Waworuntu, zinc dapat menurunkan risiko munculnya diare kembali sebesar 20 persen.

Baca Juga: Moms, Lakukan 5 Hal Ini untuk Mencegah Balita Terkena Diare

Pencegahan Diare pada Anak

pencegahan diare pada anak
Foto: pencegahan diare pada anak (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Mengutip US Food and Drug Administration, Si Kecil mengalami diare disertai dengan salah satu gejala berikut, ini tandanya Moms harus ke dokter.

Gejala tersebut termasuk mengalami tanda-tanda dehidrasi, diare selama lebih dari 24 jam, demam 38 derajat Celcius atau lebih tinggi, tinja berwarna hitam dan lengket, dan tinja mengandung darah atau nanah.

"Darah jarang muncul di tinja bayi dan anak-anak. Apa yang tampak seperti darah di tinja bisa jadi iritasi pada area anorektal, menyebabkan pendarahan pada kulit. Itu tampak seperti darah merah cerah yang duduk di atas bangku," jelas Benjamin Ortiz, M.D., dokter anak di Food and Drug Administration’s Office of Pediatric Therapeutics.

Moms Kita sebagai orang tua tentunya familiar dengan pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Oleh karenanya, penting bagi para kita untuk mengetahui bagaimana cara mencegah diare pada anak.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah diare pada anak:

  • Pemberian vaksin rotavirus kepada anak.
  • Mengajarkan anak untuk selalu mencuci tangan dengan benar.
  • Tidak memberikan susu yang belum dipasteurisasi kepada anak. Susu yang belum dipasteurisasi tidak melewati proses untuk membunuh bakteri tertentu.
  • Tidak memberikan daging atau ikan yang masih mentah atau belum dimasak.

Diare pada anak bukanlah sesuatu yang sepele dan orangtua perlu untuk melihat apakah diare bisa menyebabkan dehidrasi. Jaga buah hati dan cegah diare pada Si Kecil melalui tips-tips di atas.

Sumber: sehatq.com

Konten ini merupakan kerja sama yang bersumber dari SehatQ

Isi konten di luar tanggung jawab Orami Parenting

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb