05 Februari 2023

Serba-serbi Hamil Usia 40 Tahun, Ini yang Moms Wajib Tahu!

Bisa meningkatkan risiko pada janin dan ibu hamil
Serba-serbi Hamil Usia 40 Tahun, Ini yang Moms Wajib Tahu!

Bertambahnya usia tidak hanya mengurangi stamina dan kemampuan seseorang untuk lebih aktif, tetapi juga mengurangi kesempatan untuk hamil usia 40 tahun.

Bagi wanita yang ingin memiliki keturunan di usia yang lebih tua, ada beberapa risiko jika hamil usia 40 tahun yang bisa membahayakan janin dan juga Moms sendiri.

Memiliki bayi atau sedang hamil usia 40 tahun, telah menjadi kejadian yang semakin umum.

Faktanya, Center for Disease Control and Prevention (CDC), menjelaskan bahwa angka hamil usia 40 tahun telah meningkat sejak tahun 1970-an.

Dengan jumlah kelahiran pertama pada wanita usia 40 hingga 44 tahun, terjadi peningkatan lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2012.

Memang, banyak faktor yang memengaruhi wanita untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk merasakan kehamilan, baik dari usia reproduktif hingga hamil usia 40 tahun ke atas.

Selain hamil usia 40 tahun didapati terkena resiko untuk kesehatan janin dan ibu hamil, ternyata ada manfaat umum untuk hamil usia 40 tahun.

Baca Juga: 7 Tanda Gawat Janin (Fetal Distress) yang Perlu Dikenali, Salah Satunya Denyut Jantung yang Abnormal

Manfaat dari hamil usia 40 tahun pada wanita adalah kehidupan yang lebih matang untuk mengalokasikan dana anak dari segi pendidikan, kesehatan, dan juga kebutuhan sehari-hari.

Hal ini tercantum pada penelitian yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information.

Namun, tentu saja setiap wanita merasakan pengalaman yang berbeda saat hamil usia 40 tahun.

Untuk mengetahui lebih lengkapnya, berikut ini penjelasan mengenai hamil usia 40 tahun dan dampak medis yang bisa dirasakan oleh ibu hamil dan janin. Simak ya, Moms!

Hamil Usia 40 Tahun

Hamil Diusia Tua
Foto: Hamil Diusia Tua (baby-chick.com)

"Usia semakin meningkat, maka cadangan sel telur pada wanita akan menurun. Ini berkisar usia 35-40 tahun ke atas," ujar dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp. OG-KFER, dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi di RS Pondok Indah - Pondok Indah dan Jaya.

Hamil usia 40 tahun, memiliki berbagai resiko untuk kesehatan ibu dan juga janin.

Sel telur pada wanita usia 35 tahun ke atas akan menurun kualitas dan kuantitasnya sehingga ini adalah penyebab utama hamil usia 40 tahun sangat kecil dan memiliki risiko tinggi.

Namun, untuk hamil usia 40 tahun, tentu saja bukan hal yang tidak mungkin terjadi, masih ada beberapa kemungkinan untuk hamil usia 40 tahun.

Wanita hamil usia 40 tahun dapat memakai program hamil secara alami dan juga bantuan perawatan dari dokter.

Ini tergantung pada kualitas sel telur dan sperma yang dimiliki kedua pasangan.

Sebagian besar wanita mengalami berbagai gejala selama trimester pertama, termasuk mual di pagi hari.

Seperti yang dikatakan oleh dr. Yassin Yanuar, gejala yang dialami hamil usia 40 tahun dan usia reproduktif tidak jauh berbeda.

"Nyeri pinggul, mual muntah, nyeri pinggang, dan sakit seluruh tubuh adalah gejala yang sama dirasakan setiap wanita hamil, tidak berpatokan pada usia," tambahnya.

Trimester pertama mungkin lebih membuat stres karena alasan lain.

Usia yang lebih tua memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi, terutama bagi wanita yang sebelumnya mengalami keguguran.

Baca Juga: 30 Manfaat Buah Pir, Salah Satunya untuk Menurunkan Berat Badan!

Studi yang diterbitkan oleh British Medical Journal, menemukan bahwa risiko keguguran pada wanita hamil usia 40 tahun ke atas adalah 53 persen, dibandingkan dengan 10 persen pada wanita berusia 25-29 tahun.

Hamil usia 40 tahun memang menjadi pengalaman dan tantangan baru setiap wanita karena menghadapi risiko yang timbul untuk kesehatan ibu dan janinnya.

"Wanita hamil usia 40 tahun menghadapi berbagai resiko keguguran dan cacat lahir, atau akan mengalami anomali kromosom seperti down syndrome," ucap Karen Thies, DO, seorang Health Care Obstetrician di MU Health.

Risiko-risiko ini memang tidak sepenuhnya akan terjadi setiap wanita, namun perlu pencegahan sesuai anjuran dokter terutama pada wanita hamil usia 40 tahun.

“Hampir semua pasien saya yang hamil usia 40 tahun ke atas memeriksa anomali kromosom karena mereka ingin siap secara psikologis,” tambah Thies.

Tes pertama dapat dilakukan pada trimester pertama kehamilan, dan jika potensi anomali terdeteksi, tes konfirmasi dapat dilakukan setelah 16 minggu.

Peluang Hamil di Usia 40 Tahun

Hamil Diusia Tua
Foto: Hamil Diusia Tua

Tentu saja kesuburan setiap wanita berbeda, baik dari usia 20 tahun hingga 40 tahun ke atas.

Kesuburan ini dipengaruhi dari gaya hidup seseorang, pola makan, olahraga, dan dampak dari merokok serta alkohol.

Menurut dr. Yassin Yanuar, kesuburan pada wanita usia 40 tahun ke atas dapat dideteksi atau diperiksa melalui langkah-langkah dari dokter.

Langkah-langkah mengecek kesuburan ini dikenal dengan Age Related Fertility (ARF).

Kesuburan pada wanita umumnya mulai berkurang ketika seorang wanita berusia awal 30-an, dan terlebih lagi setelah usia 35.

Pada usia 40 tahun, kemungkinan hamil dalam siklus bulanan sekitar 5 persen, menurut Better Health Channel.

Untuk mendapatkan kehamilan di usia 40 tahun ke atas, tentu saja kualitas dan kuantitas sel telur perlu dalam kondisi baik dan normal.

Melewai beberapa tahapan kesuburan seperti memerika kualitas sperma, melakukan USG transvaginal, pemeriksaan hormon, hingga mempertimbangkan terapi terbaik untuk hamil usia 40 tahun.

Hamil usia 40 tahun secara alami dapat dilakukan dengan rekomendasi dan anjuran dokter berdasarkan kesehatan dari wanita dan laki-lakinya, namun ini kemungkinannya sangat kecil.

Sehingga program hamil untuk hamil usia 40 tahun ke atas sangat dianjurkan untuk mengetahui risiko-risiko yang akan timbul.

Baca Juga: Kenali Manfaat Susu Kambing Etawa, Cocok Dikonsumsi untuk Diet!

Kemajuan teknologi kesuburan telah menjadi kekuatan pendorong dalam peningkatan jumlah wanita yang hamil usia 40 tahun.

Namun, tetap saja, tingkat kesuburan wanita menurun secara signifikan setelah usia 35 tahun.

Menurut Women's Health, sepertiga dari pasangan setelah usia 35 tahun mengalami masalah kesuburan.

Ini dapat dikaitkan dengan faktor-faktor risiko berikut yang meningkat seiring bertambahnya usia:

  • Jumlah telur yang tersisa lebih sedikit untuk dibuahi.
  • Telur yang tidak sehat.
  • Ovarium tidak dapat melepaskan telur dengan baik.
  • Peningkatan risiko keguguran.
  • Peluang lebih tinggi dari kondisi kesehatan yang dapat menghalangi kesuburan.

Jumlah sel telur yang Moms miliki juga berkurang secara signifikan setelah usia 35 tahun.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), jumlahnya turun dari 25.000 pada usia 37 menjadi hanya 1.000 pada usia 51.

Selama pubertas, Moms memiliki antara 300.000 dan 500.000 sel telur.

Program Hamil Usia 40 Tahun

Hamil Diusia Tua
Foto: Hamil Diusia Tua

Butuh waktu untuk hamil, berapa pun usianya.

Namun, jika Moms berusia di atas 40 tahun dan tidak berhasil memiliki bayi secara alami selama enam bulan, mungkin ini saatnya untuk menemui spesialis kesuburan.

Seorang spesialis kesuburan akan melakukan tes untuk melihat apakah ada faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan Moms untuk hamil.

Ini mungkin termasuk ultrasonografi untuk melihat rahim dan ovarium atau tes darah untuk memeriksa ovarium.

Menurut The American College of Obstetrician and Gynecologists, kebanyakan wanita setelah usia 45 tahun tidak dapat hamil secara alami.

Namun, tentu saja ada program hamil menggunakan perawatan dokter menjadi alternatif yang bisa dilakukan.

Berikut ini beberapa program hamil yang bisa diterapkan untuk wanita yang ingin hamil usia 40 tahun ke atas.

1. In vitro fertilization (IVF)

Progam hamil pertama yang bisa diterapkan adalah In vitro fertilization (IVF).

IVF adalah serangkaian prosedur kompleks yang digunakan untuk membantu kesuburan atau mencegah masalah genetik dan membantu wanita hamil usia 40 tahun ke atas yang mengalami kesulitan.

Selama IVF, sel telur matang dikumpulkan (diambil) dari ovarium dan dibuahi oleh sperma di laboratorium.

Kemudian telur yang telah dibuahi (embrio) atau telur (embrio) dipindahkan ke rahim, menurut penjelasan Mayo Clinic.

Satu siklus IVF membutuhkan waktu sekitar 3 minggu.

Terkadang langkah-langkah ini dibagi menjadi beberapa bagian dan prosesnya bisa memakan waktu lebih lama.

"Tingkat keberhasilan program hamil IVF ini adalah 40% utk usia di atas 35 tahun. Semakin tinggi usia, maka keberhasilan akan semakin rendah," menurut dr. Yassin Yanuar, Dokter Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Pondok Indah.

Program hamil IVF ini juga mungkin melibatkan sel telur, sperma ,atau embrio dari donor yang dikenal atau tidak dikenal.

2. Terapi Inseminasi

Alternatif lain program hamil untuk wanita hamil usia 40 tahun adalah terapi inseminasi.

Terapi inseminasi adalah untuk meningkatkan jumlah sperma yang dapat mencapai saluran indung telur (tuba falopi), sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan.

Proses ini dilakukan dengan cara menempatkan sperma langsung ke dalam rahim pada saat pelepasan sel telur (ovulasi) menggunakan kateter kecil

Sehingga jarak tempuh sel sperna menuju sel telur akan semakin dekat.

Biasanya terapi ini dirujuk untuk seseorang yang memiliki gangguan kualitas sperma, sehingga untuk mendapatkan kehamilan lebih terbantu.

"Sperma harus cukup kualitas dengan melalui beberapa pemeriksaan. Ini juga berlaku untuk kesehatan salah satu sel telur pada wanita harus baik," tambah dr. Yassin Yanuar.

Baca Juga: 11 Arti Mimpi Bertemu Teman Lama, Bisa Jadi Pertanda Baik!

3. Alami

Dokter akan menyarankan program hamil secara alami apabila kondisi kesehatan sel telur dan sperma dalam keadaan normal dan sehat.

Biasanya dokter akan menjadwalkan konsultasi secara berkala untuk memulai program kehamilan secara alami.

Obat-obatan kesuburan dan pemeriksaan sel telur biasanya akan dilalui untuk pasangan yang ingin hamil di usia lanjut.

Konsumsi gaya hidup sehat serta mengurangi kebiasaan merokok dan minum alkohol juga penunjang kualitas sel telur dan sperma.

Hormon pada wanita dan laki-laki akan diatur agar mendapatkan kehamilan sesuai yang diinginkannya.

Risiko Hamil Usia 40 Tahun

Hamil Diusia Tua
Foto: Hamil Diusia Tua (netdoctor.co.uk)

Hamil usia 40 tahun ke atas tentu memiliki risiko yang cukup besar untuk kesehatan ibu dan janin.

Dalam jurnal Public Library of Science (PLoS), disebutkan bahwa terjadi penurunan yang tajam terhadap kemampuan wanita untuk hamil secara alami di usia 40 tahun.

Di usia ini, peluang wanita untuk hamil setelah 3 bulan mencoba adalah sekitar 7 persen.

Ini karena seiring waktu, jumlah dan kualitas telur akan menurun.

Sel telur yang lebih tua ini bisa memiliki lebih banyak masalah pada kromosomnya, sehingga meningkatkan kemungkinan memiliki bayi dengan cacat lahir.

Saat kehamilan berlanjut, wanita hamil usia 40 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi terkait kehamilan, seperti:

  • Meningkatnya risiko kelahiran prematur.
  • Meningkatnya risiko lahir dengan berat lahir rendah.
  • Meningkatnya risiko lahir dengan kelainan.
  • Meningkatnya risiko penyakit, seperti diabetes dan hipertensi akan menyebabkan peningkatan risiko terjadinya diabetes dalam kehamilan dan pre-eklamsia.
  • Tekanan darah tinggi
  • Endometriosis.
  • Fibroid rahim
  • Gangguan saluran tuba.

Baca Juga: 11 Makanan Penambah Hb Ibu Hamil, Cegah Risiko Anemia!

"Pada wanita 40 tahun atau lebih, risiko komplikasi kehamilan, seperti tekanan darah tinggi, preeklampsia, dan diabetes gestasional, meningkat," ujar dr. Yassin Yanuar.

Tingkat kelainan kelahiran atau kondisi genetik pada bayi juga meningkat.

Dikutip dari National Down Syndrome Society, pada usia ibu 40 tahun, peluang untuk memiliki anak dengan down syndrome adalah sekitar 1 banding 100, dan pada usia 45, ia meningkat menjadi 1 banding 30.

Untuk alasan ini, dokter atau bidan dapat merekomendasikan peningkatan pemantauan medis.

Pemantauan ini dapat mencakup janji temu sebelum lahir atau tes tambahan.

Beberapa wanita juga dapat memilih tes genetik untuk menilai kemungkinan memiliki bayi dengan kelainan kelahiran.

Meskipun terdapat peningkatan risiko ini, wanita hamil usia 40 tahun dapat memiliki kehamilan yang sehat.

Sebuah penelitian dalam National Center for Biotechnology Information tidak menemukan peningkatan risiko komplikasi kehamilan pada wanita sehat berusia 40 tahun atau lebih dengan perawatan prenatal berkualitas.

Baca Juga: 12 Rekomendasi Bubur Instan Bayi 6 Bulan yang Bagus dan Penuh Nutrisi

Cara Mengurangi Risiko Hamil Usia 40 Tahun

Hamil Diusia Tua
Foto: Hamil Diusia Tua

Hamil usia 40 tahun ke atas mungkin tidak begitu lumrah di Indonesia.

Namun, di Amerika Serikat, angka wanita yang memiliki bayi di usia 40-an meningkat dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2012, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Lalu, adakah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko jika ingin hamil di usia 40 tahun keatas?

"Cara mengurangi risikonya yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Sehingga jika ada kelainan, dapat ditangani sedini mungkin untuk mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi," jelasnya.

Pada American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), disebutkan bahwa Moms bisa melakukan tes skrining prenatal untuk menilai risiko apakah bayi akan mengalami cacat lahir atau kelainan genetik tertentu.

Setiap wanita harus melakukan tes ini dengan dokter kandungan dan ginekologi atau profesional perawatan kesehatan lainnya.

Hal ini agar dapat membuat pilihan yang tepat dan mencegah risiko hamil usia 40 tahun.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Peyronie pada Pria, Disfungsi Ereksi yang Cukup Langka, Apakah Berbahaya?

Dampak Persalinan pada Hamil Usia 40 Tahun

Hamil Tua
Foto: Hamil Tua

Berusia di atas 40 tahun tidak selalu memengaruhi proses persalinan.

Faktanya, menurut jurnal dalam National Center for Biotechnology Information, hasil kehamilan dan kelahiran di atas 40 tahun tidak berbeda secara signifikan dari wanita yang lebih muda.

"Tidak ada keharusan wanita hamil usia 40 tahun keatas untuk melakukan operasi caesar saat persalinan.

Jika persalinan normal dapat diakukan, maka itu sah saja," tambah dr. Yassin Yanuar.

Namun, untuk menunjang persalinan normal, Moms bisa mengikut anjuran seperti di bawah ini, terutama pada wanita hamil usia 40 tahun:

Ini berarti bahwa, untuk wanita sehat, dan hamil usia 40 tahun keatas, mungkin tidak lebih berbahaya daripada hamil di usia yang lebih muda.

Namun, tingkat kelahiran lewat operasi caesar lebih tinggi di antara perempuan di atas 40 tahun.

Penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat komplikasi pada wanita hamil usia 40 tahun keatas lebih tinggi.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh National Center for Biotechnology Information, membandingkan hasil dari wanita yang melahirkan di atas 45 tahun dengan wanita berusia 29 tahun dan menemukan bahwa:

  • Wanita yang lebih muda membutuhkan perawatan kesuburan pada tingkat 3 persen, dibandingkan dengan 34 persen pada kelompok yang lebih tua.
  • 28 persen wanita yang lebih tua, dibandingkan dengan 11 persen wanita yang lebih muda, melahirkan prematur.
  • 59 persen wanita yang lebih tua melakukan persalinan caesar, dibandingkan dengan 29 persen wanita yang lebih muda.

Persalinan caesar mungkin memiliki peningkatan risiko komplikasi tambahan, terutama untuk wanita yang lebih tua.

Sebuah penelitian dalam Canadian Medical Association mengaitkan persalinan caesar dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi, seperti stroke, emboli, dan perdarahan.

Moms juga harus mendiskusikan potensi komplikasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka. Menghindari caesar pilihan dapat membantu mengurangi komplikasi kelahiran.

Baca Juga: Ketahui Perbedaan Freckles, Melasma, dan Flek Hitam

Nah, itulah beberapa hal yang perlu Moms ketahui tentang hamil usia 40 tahun.

Jika Moms sudah menginjak usia 40 tahun dan hendak merencanakan kehamilan, selalu konsultasikan dengan dokter ahli ya.

  • https://www.cmaj.ca/content/191/13/E352
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5383433/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4554509/
  • https://www.acog.org/womens-health/faqs/having-a-baby-after-age-35-how-aging-affects-fertility-and-pregnancy
  • https://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db152.htm
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4554509/
  • https://www.ndss.org/about-down-syndrome/down-syndrome/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5383433/
  • https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0046544#pone-0046544-t003
  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/in-vitro-fertilization/about/pac-20384716
  • https://www.acog.org/womens-health/faqs/having-a-baby-after-age-35-how-aging-affects-fertility-and-pregnancy
  • https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2014/03/female-age-related-fertility-decline
  • https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/age-and-fertility
  • https://www.muhealth.org/our-stories/planning-pregnancy-after-40
  • https://www.bmj.com/content/364/bmj.l869
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4270889/
  • https://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db152.htm

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb