13 Maret 2022

Hiperkalemia: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengatasinya

Segera bawa ke dokter sebelum terlambat!
Hiperkalemia: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengatasinya

Pernahkah Moms mendengar kondisi hiperkalemia?

Hiperkalemia adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya jumlah kalium dalam darah.

Penting untuk diketahui, hiperkalemia bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa, seperti henti jantung atau kematian.

Setiap orang membutuhkan kalium untuk bertahan hidup. Kalium adalah mineral dan elektrolit.

Kalium membantu otot bekerja, termasuk otot yang mengontrol detak jantung dan pernapasan. Kalium sendiri berasal dari makanan yang Moms konsumsi.

Kalium ekstra yang tidak dibutuhkan tubuh akan dikeluarkan dari darah oleh ginjal.

Ketika Moms memiliki penyakit ginjal, ginjal tidak dapat mengeluarkan kalium ekstra dengan cara yang benar, dan terlalu banyak kalium dapat tetap berada dalam darah.

Bila Moms memiliki terlalu banyak kalium dalam darah, kondisi itu disebut kalium tinggi, atau hiperkalemia.

Lalu apa saja bahaya dan gejala dari hiperkalemia? Simak informasinya di bawah ini.

Baca Juga: Tidak Hanya Minum Air Putih, Ini 6 Tips Menjaga Kesehatan Ginjal

Gejala Hiperkalemia

hiperkalemia.jpeg
Foto: hiperkalemia.jpeg

Foto: freepik.com

Banyak orang dengan hiperkalemia ringan tidak memiliki tanda atau gejala yang terlihat.

Gejala sering datang dan pergi, lalu muncul secara bertahap selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Kadar kalium tinggi yang berbahaya memengaruhi jantung dan menyebabkan timbulnya masalah yang mengancam jiwa secara tiba-tiba.

Melansir Cleveland Clinic, berikut adalah gejala dari hiperkalemia, meliputi:

  • Lemas atau lemah otot
  • Mual dan muntah
  • Kesemutan dan mati rasa
  • Nyeri dada
  • Gangguan pernapasan
  • Jantung berdebar
  • Kelumpuhan
  • Henti jantung yang dapat menyebabkan kematian

Setelah mengetahui gejalanya, dokter akan mendiagnosis hiperkalemia dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan kalium dalam darah.

Jika kadar kalium dalam darah sangat tinggi, pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG) harus dilakukan untuk memeriksa komplikasi hiperkalemia terhadap jantung.

Baca Juga: Tak Selalu Serangan Jantung, Ini 4 Penyakit Lain yang Diawali dengan Nyeri Dada

Faktor Resiko Hiperkalemia

resiko hiperkalemia.jpg
Foto: resiko hiperkalemia.jpg

Foto: freepik.com

Ada berbagai faktor resiko yang menyebabkan seseorang dapat mengalami hiperkalemia.

Melansir American Family Physician Journal, segera lakukan pemeriksaan ke dokter bila Moms mengalami gejala dan pernah memiliki riwayat kondisi berikut ini:

1. Fungsi Ginjal Bermasalah

Segala penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal dapat mengakibatkan hiperkalemia.

Pasalnya, salah satu fungsi ginjal adalah membuang kelebihan kalium dari dalam tubuh. Maka ketika fungsi ginjal terganggu, kadar kalium di dalam tubuh akan meningkat.

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal adalah:

  • Gagal ginjal akut
  • Gagal ginjal kronis
  • Lupus nefritis
  • Penyakit saluran kemih, seperti batu saluran kemih (urolithiasis)
  • Reaksi penolakan dari transplantasi organ

2. Penyakit kelenjar adrenal

Kelenjar adrenal adalah kelenjar kecil di atas ginjal yang berfungsi menghasilkan hormon kortisol dan aldosteron.

Hormon aldosteron membantu mengatur jumlah natrium dan cairan di ginjal, serta mengeluarkan kalium melalui urine.

Jika kadar hormon aldosteron berkurang, maka jumlah kalium dalam darah akan meningkat.

Oleh sebab itu, penyakit kelenjar adrenal yang menyebabkan penurunan kadar hormon aldosteron, seperti penyakit Addison, dapat menyebabkan kadar kalium dalam darah meningkat.

Baca Juga: Fakta Dibalik 3 Mitos Penyakit Jantung yang Sering Dipercaya

3. Pelepasan kalium ke aliran darah

Normalnya, kalium lebih banyak berada di dalam sel-sel tubuh daripada di luar sel-sel tubuh.

Oleh karena itu, segala kondisi yang meningkatkan pelepasan kalium ke luar sel-sel tubuh dapat menyebabkan hiperkalemia. Kondisi tersebut antara lain:

  • Diabetes tipe 1
  • Anemia hemolitik
  • Ketoasidosis diabetik
  • Rhabdomyolysis
  • Sindrom tumor lisis
  • Cedera
  • Luka bakar
  • Tindakan operasi
  • Donor darah

4. Penggunaan obat-obatan

Sejumlah obat-obatan dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam mengeluarkan kalium melalui urine.

Akibatnya, kadar kalium dalam darah menjadi meningkat. Obat-obatan tersebut antara lain:

  • Diuretik hemat kalium, seperti spironolactone
  • Obat antiflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen dan aspirin
  • ACE inhibitors, seperti captopril
  • Obat penghambat reseptor angiotensin (ARBs), seperti candesartan
  • Penghambat BETA, seperti propanolol
  • Heparin
  • Suplemen kalium

Baca Juga: Ibunda Okie Agustina Meninggal Akibat Penyakit Ginjal, Waspadai Gejala Umumnya!

5. Suplemen

Selain obat-obatan, mengonsumsi suplemen kalium secara berlebihan juga bisa menyebabkan hiperkalemia.

Maka dari itu, Moms disarankan untuk berkonsultasi pada dokter sebelum mengonsumsinya.

6. Kecelakaan

Kecelakaan bisa menyebabkan trauma pada tubuh.

Sebut saja luka bakar atau kecelakaan kendaraan, yang bisa merusak sel-sel tubuh sehingga kalium akan terlepas dan mengalir di dalam darah.

Selain itu, beberapa penyakit juga bisa menyebabkan hiperkalemia, seperti:

Baca Juga: 3 Bahaya Mengonsumsi Multivitamin Gummy untuk Anak

Cara Mengatasi Hiperkalemia

mengatasi hiperkalemia.jpg
Foto: mengatasi hiperkalemia.jpg (pinterest.com)

Foto: pinterest.com

Jika Moms mengetahui bahwa memiliki kalium yang tinggi, dokter mungkin menyarankan agar Moms mengubah pola makan dengan sedikit kalium.

Ikuti tips ini American Kidney Fund untuk menjaga kalium Moms selalu pada tingkat yang tepat:

  • Hindari pengganti garam yang tinggi kalium
  • Hindari jus buah dan air kelapa dengan kandungan tinggi kalium
  • Perhatikan jumlah porsi makan dan minum

Untuk mengatur asupan kalium, Moms perlu tahu berapa banyak kalium dalam makanan dan minuman yang sedang dikonsumsi.

Selain itu, jangan lewatkan minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi. Serta hentikan konsumsi obat yang meningkatkan risiko hiperkalemia.

Baca Juga: Catat, Ini Dia Bahayanya Jika Ibu Hamil Kurang Kalium

Selain perawatan diri sendiri, bila dianjurkan dokter maka Moms juga perlu mendapatkan beberapa perawatan medis.

Pasien hiperkalemia ringan biasanya tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit, terutama jika hasil EKG normal dan tidak ada penyakit penyerta seperti gagal ginjal.

Sebaliknya, jika EKG menunjukkan hasil tidak normal dan gejala yang dialami cukup parah, pasien perlu dirawat di rumah sakit.

Beberapa metode pengobatan hiperkalemia adalah:

  • Infus insulin dan glukosa, untuk menarik kalium kembali ke dalam sel tubuh
  • Infus kalsium, untuk melindungi jantung dan otot
  • Infus sodium bikarbonat, untuk melawan kondisi asidosis dan menarik kalium kembali ke dalam sel tubuh
  • Hemodialisis atau cuci darah, untuk menyaring dan membuang kalium yang berlebih dari dalam darah
  • Pemberian obat-obatan, seperti diuretik dan albuterol, untuk menurunkan kadar kalium dalam darah

Baca Juga: Sering Mengonsumsi Obat Anti Nyeri? Ini Bahayanya

Itu dia Moms informasi seputar hiperkalemia yang sering kali tidak disadari. Segera dapatkan perawatan medis karena dapat berujung fatal.

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15184-hyperkalemia-high-blood-potassium
  • https://emedicine.medscape.com/article/240903-overview
  • https://www.kidney.org/atoz/content/what-hyperkalemia#:~:text=What%20is%20Hyperkalemia%3F-,What%20is%20hyperkalemia%3F,heart%2C%20work%20the%20right%20way.
  • https://www.aafp.org/afp/2006/0115/p283.html
  • https://www.kidneyfund.org/kidney-disease/chronic-kidney-disease-ckd/complications/high-potassium-hyperkalemia.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb