01 Desember 2018

Inspiratif, 3 Orang Ini Buktikan HIV/AIDS Tak Halangi Mereka Berprestasi

Meskipun kerap mengalami diskriminasi, mereka tetap bisa berprestasi
Inspiratif, 3 Orang Ini Buktikan HIV/AIDS Tak Halangi Mereka Berprestasi


Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) kerap menerima stigma negatif dari masyarakat. Karena itu juga, banyak orang yang memilih untuk menjauhi dan mengucilkan ODHA.

Padahal, para ODHA ini punya hak yang sama dalam bermasyarakat. Ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa stigma negatif tersebut tidak selamanya benar, tiga ODHA ini berjuang untuk mengukir prestasi.

Bukan hanya bisa hidup layaknya masyarakat normal. Mereka malah bisa menyumbang prestasi untuk negara. Tidak percaya? Berikut kisahnya.

Baca Juga : Ini Cara agar Ibu Tak Tularkan HIV/AIDS ke Bayi saat Melahirkan dan Menyusui

Ginan Koesmayadi

ginan
Foto: ginan
Foto: Instagram.com/jerujiofficial

Pemilik nama asli Derajat Ginanjar Koesmayadi ini merupakan salah satu orang yang paling getol melawan stigma negatif terhadap ODHA.

Ginan yang menghembuskan nafas terakhir pada Juni 2018 itu tidak ingin dirinya dan ODHA lainnya hidup tanpa semangat.

Ginan yang tertular HIV/AID dari pemakaian jarum suntik untuk narkotika secara bergantian itu mencoba mengubah stigma negatif terhadap para ODHA sekaligus memberikan kesempatan kepada ODHA untuk bisa berprestasi melalui Rumah Cemara.

Ginan pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS ketika usianya menginjak 20 tahun. Itu merupakan pukulan yang berat. Teman-teman mendadak menjauh darinya, termasuk teman-teman sesama pemakai. Dia sempat hancur.

Namun, dia sadar betul jika bukan dirinya sendiri, siapa lagi yang akan membantunya untuk bangkit. Dia juga ingin bangkit karena ingin membantu teman-teman sesama ODHA untuk bangkit dari keterpurukan yang sama.

Melalui Rumah Cemara, Ginan ingin para ODHA punya rumah. Pada tahun 2003, Ginan mendirikan Rumah Cemara bersama lima teman lainnya yang juga mantan pengguna narkoba, yakni Patri, Tanto, Burhan dan Ikbal.

Sebelum Rumah Cemara terbentuk, Ginan pernah bekerja sebagai konselor di suatu tempat rehabilitasi di Jakarta bersama pendiri Rumah Cemara lainnya, namun kemudian memutuskan untuk berhenti karena adanya keraguan dalam keberlanjutan program tersebut.

Mereka kemudian mengaplikasikan konsep besar itu ke Rumah Cemara. “Kami ingin punya sebuah komunitas yang terbuka, yang aman, dan nyaman untuk pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS untuk mereka meningkatkan kualitas hidupnya,” katanya seperti dikutip dari Goodewsfromindonesia.com.

Dari situlah, Rumah Cemara akhirnya terbentuk. Tujuan Rumah Cemara adalah sebagai wadah dan tempat terbuka yang aman, nyaman bagi pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Hingga kini, Rumah Cemara telah memiliki anggota puluhan ribu orang. Metode yang dipakai oleh Rumah Cemara untuk membimbing anggotanya adalah dengan saling berbagi cerita dan motivasi.

Kegiatan positif dari LSM mendapat perhatian dari pemerintah kota Bandung dengan mengadakan kerjasama kegiatan beberapa kali.

Tak hanya itu, beberapa pihak luar juga membantu Rumah Cemara, seperti Chevrolet yang merenovasi lapangan futsal untuk anak-anak Rumah Cemara.

Baca Juga : Down Syndrome Tak Halangi Anak-anak Indonesia Ini Raih Prestasi Internasional

Eva Dewi Rahmadiani

eva
Foto: eva
Foto: Medcom.id

Eva merupakan salah satu ODHA yang beruntung karena menemukan Rumah Cemara untuk bersandar. Di Rumah Cemara, ibu dua anak itu bisa menemukan kegiatan dan mengukir prestasi. Di Rumah Cemara, Eva berkenalan dengan olahraga sepak bola

Lewat sepak bola yang ditekuninya, Eva berhasil mengukir prestasi. Eva mengaku tak menyangka dirinya bisa menjadi satu-satunya perempuan yang akan mengikuti pertandingan street soccer internasional Homeless World Cup 2018 di Meksiko pada 13-18 November 2018 lalu.

“Akhirnya dikasih kesempatan tahun ini untuk ada perempuan yang diikutsertakan. Awalnya saya tidak yakin, karena merasa sudah tua, meskipun tak ada batasan umur,” ujarnya seperti dikutip dari Medcom.id.

Eva memang menyukai olahraga. Selain sepak bola, Eva juga belajar tinju dan sedang menyukai olahraga lari.

Selain untuk prestasi pribadi, Eva juga ternyata menjadi pelatih sepak bola di beberapa komunitas anak di Bandung sejak tahun 2014 dan rutin latihan tinju tiap dua kali seminggu di Rumah Cemara.

Prestasi tersebut merupakan pembuktian Eva bahwa menjadi ODHA bukanlah halangan untuk bisa berkegiatan seperti orang normal dan berprestasi. Sebaliknya, Eva justru semakin termotivasi.

“Saya ingin membuktikan bahwa ODHA juga bisa olahraga dan tidak seburuk yang orang pikirkan. Karena zaman sekarang kan orang lebih percaya dengan pembuktian, ya,” ungkap Eva.

Gimgim Sofyan

bogiem
Foto: bogiem
Foto: Okezone.com

Selain nama Ginan dan Eva, nama Gimgim Sofyan alias Bogiem juga tidak bisa ditinggalkan saat berbicara tentang ODHA berprestasi.

Bogiem adalah salah satunya menjadi pemain timnas Indonesia di ajang Homeless World Cup di Brasil beberapa tahun lalu.

Bahkan pada 2015 ia menjadi pelatih timnas dan berhasil membawa Indonesia menempati peringkat 17 dunia. Prestasi yang tidak sepele tentunya. Prestasi ini diakui Bogiem tidak akan bisa dicapainya jika bukan karena Rumah Cemara.

Menurutnya, saat pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS pada 2005, dia sempat berusaha bunuh diri. Ia mengambil alkohol 70 persen dan mencampurnya dengan minuman lain.

Tak cukup sampai di situ, ia kemudian menghisap ganja, minum minuman beralkohol, hingga menggunakan beberapa jenis narkoba.

“Di situ saya overdosis dan dirawat di rumah sakit. Waktu itu saya berharap mati, tapi kok enggak mati-mati,” tuturnya seperti dikutip dari Okezone.com.

Setelah keluar dari rumah sakit, Bogiem semakin larut dalam keterpurukan. Selama berbulan-bulan ia semakin akrab dengan minuman beralkohol dan narkoba.

Ia pun baru bangkit ketika bertemu sosok Ginan Koesmayadi yang juga ODHA. Saat itu, Bogiem berpikir bahwa ODHA hanya punya sedikit waktu untuk hidup. Tapi nyatanya, Ginan ternyata bisa hidup lama meski sudah lama positif HIV.

Diakui Bogiem, Ginan lah yang memberikan semangat dan membangkitkan gairah hidupnya. Ia pun berusaha menjadi orang yang bermanfaat meski kini berstatus ODHA.

Itulah tiga kisah ODHA yang berhasil mengisi hidup dengan kegiatan positif dan berprestasi. Mengharukan sekaligus membanggakan ya Moms!

(AND)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb