04 November 2022

Lordosis: Gejala, Penyebab, hingga Penangannya

Lordosis merupakan kelainan tulang belakang yang perlu diwaspadai
Lordosis: Gejala, Penyebab, hingga Penangannya

Foto: shutterstock.com

Apakah sebelumnya Moms pernah mendengar istilah lordosis?

Jika belum, perlu Moms ketahui bahwa lordosis merupakan kelainan tulang belakang yang ditandai dengan kondisi tulang terlalu melengkung ke dalam.

Mengutip laman Mount Sinai Health System, lordosis adalah lekukan bagian dalam dari tulang belakang lumbar (tepat di atas bokong). Derajat lordosis yang kecil adalah normal.

Namun, terlalu banyak lengkungan lordosis disebut dengan swayback.

Sementara melansir SpineUniverse, lordosis dapat dialami oleh semua kelompok umur. Selain memengaruhi tulang belakang lumbar, lordosis juga dapat terjadi di bagian leher.

Apabila lordosis terjadi di tulang belakang lumbar, penderita mungkin tampak goyang atau tidak dapat berdiri tegap dengan bagian bokong yang lebih menonjol.

Lordosis lumbar juga bisa menyakitkan karena terkadang memengaruhi gerakan sehingga penderitnya tidak dapat beraktivitas dengan nyaman.

Lalu, apa saja gejala dan penyebab lordosis dan ada kah cara untuk mengatasinya? Simak penjelasannya berikut ini, Moms.

Baca Juga: 3 Kelainan Bentuk Tulang Belakang Akibat Kebiasaan Duduk Anak, Yuk Cari Tahu!

Gejala Lordosis

Gejala Lordosis
Foto: Gejala Lordosis (Freepik.com)

Menurut MedicalNewsToday, ciri khas lordosis adalah lekukan ke dalam tulang belakang yang berlebihan.

Bergantung pada bagian tubuh yang terkena, lordosis dapat menyebabkan area bokong dan perut menonjol.

Seseorang dengan lordosis mungkin merasa sulit untuk berbaring di lantai karena lekukan di punggungnya.

Dalam banyak kasus, lordosis akan mengubah penampilan seseorang, tetapi biasanya tidak menimbulkan gejala.

Namun, lordosis yang parah dapat menyebabkan sakit punggung atau leher, nyeri yang menjalar ke tungkai dan kaki, yang disebut linu panggul, kesemutan atau mati rasa.

Selain itu, dalam beberapa kasus yang cukup langka, lordosis dapat menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas kandung kemih dan ususnya.

Bahkan, sang pasien juga bisa mengalami nyeri atau kelemahan kaki yang tiba-tiba dan parah.

Apabila Moms mengalami gejala yang tidak biasa tersebut karena pengaruh lordosis, segera cari pertolongan medis, ya.

Baca Juga: Sakit Punggung Sebelah Kanan, Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

Penyebab Lordosis

Penyebab Lordosis
Foto: Penyebab Lordosis (www.depositephotos.com)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lordosis dapat terjadi pada siapa pun dengan usia berapa saja. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lanjut usia.

Namun, ada beberapa kondisi atau faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya lordosis, berikut di antaranya:

1. Postur

Tulang belakang lumbar bergantung pada otot di sekitar perut dan punggung bawah (otot perut) untuk menopang. Postur tubuh yang buruk dan tidak tegap cenderung berisiko mengalami lordosis.

Sementara, anak-anak atau orang dewasa dengan otot perut yang lemah cenderung lebih rentan terhadap lordosis.

2. Trauma

Cedera olahraga, kecelakaan, atau jatuh yang parah dapat menyebabkan spondylolysis, jenis lordosis lain pada saat patah tulang belakang.

Hal ini dapat melemahkan tulang belakang dan menyebabkan tulang belakang yang terkena melengkung pada sudut yang lebih ekstrim.

3. Pembedahan

Rhizotomi punggung selektif, pembedahan invasif minimal yang dapat digunakan untuk mengurangi spastisitas tungkai pada beberapa pasien dengan cerebral palsy, dapat menyebabkan lordosis.

4. Kondisi Neuromuskuler

Anak-anak dengan kondisi yang mengganggu fungsi saraf dan otot juga dapat mengembangkan lordosis.

Kondisi tersebut termasuk distrofi otot, cerebral palsy, dan beberapa lainnya.

5. Masalah Pinggul

Beberapa anak dengan displasia perkembangan pinggul juga mengalami lordosis.

6. Spondylolisthesis

Spondylolisthesis adalah kondisi tulang belakang di mana salah satu vertebra bawah tergelincir ke depan ke tulang di bawahnya.

Biasanya di tulang belakang lumbar. Kondisi ini dapat membahayakan integritas struktural tulang belakang.

7. Diskitis

Peradangan pada ruang diskus intervertebralis juga dapat meningkatkan risiko lordosis.

8. Kyphosis

Misalnya 'humpback' dapat memaksa punggung bawah untuk mengimbangi ketidakseimbangan pada tulang belakang yang lebih tinggi.

9. Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang menyebabkan hilangnya kepadatan tulang, yang meningkatkan risiko patah tulang.

10. Osteosarcoma

Osteosarcoma adalah kanker tulang yang biasanya berkembang di tulang kering dekat lutut, tulang paha dekat lutut, atau tulang lengan atas dekat bahu.

11. Obesitas

Obesitas dapat menyebabkan beberapa orang yang kelebihan berat badan bersandar ke belakang untuk meningkatkan keseimbangan. Hal ini pun berdampak negatif pada postur tubuh.

Selain itu, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit serius, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.

Baca Juga: Obesitas pada Anak, Ini Penyebab, Risiko, dan Cara Mencegahnya

Tipe Lordosis

Tipe Lordosis
Foto: Tipe Lordosis (guidelinesinpractice.co.uk)

Mengingat ada banyak penyebab yang mendasari terjadinya lordosis pada seseorang, lordosis pun memiliki beragam tipe.

Berikut tipe-tipe lordosis dikutip dari NationWideChildrens:

1. Lordosis postural

Tipe lordosis postural ini sering kali disebabkan oleh kelebihan berat badan dan kurangnya pengkondisian otot perut dan otot punggung.

Ketika seseorang membawa terlalu banyak beban di depan (area perut), ia pun akan menarik punggung ke depan.

Ketika perut dan otot punggung lemah, mereka tidak dapat menopang tulang belakang dan tarikan dari beban menyebabkan tulang belakang melengkung ke depan sehingga terjadi lordosis.

2. Lordosis Bawaan atau Trauma

Trauma atau cedera pada sambungan tulang belakang (pars) dapat menyebabkan patah (fraktur) dan nyeri pada tulang belakang bagian bawah.

Hal ini sering terjadi pada anak-anak karena cedera olahraga. Selain itu, kondisi tersebut bisa dialami oleh anak-anak yang tertabrak mobil atau terjatuh dari tempat yang tinggi.

Bisa juga karena adanya cacat dalam tumbuh kembang sehingga menyebabkannya menjadi cacat dan lemah.

Dengan aktivitas berulang yang menekan bagian tulang, mereka mungkin dapat berisiko mengalami spondylolysis (putusnya sambungan tulang).

Maka, perlunya istirahat dan gerakan terbatas untuk menyembuhkan.

Jika tidak, seiring waktu, tulang belakang (blok tulang belakang) anak-anak tersebut bisa tergelincir ke depan dan menjepit saraf di tulang belakang.

Kondisi ini pun dapat menyebabkan nyeri, mati rasa, kesemutan, kelemahan, dan disfungsi kaki.

Baca Juga: Gigi Anak Berubah setelah Jatuh, Haruskah ke Dokter Gigi?

3. Laminektomi Pasca Bedah Hiperlordosis

Laminektomi adalah prosedur pembedahan di mana bagian tulang belakang (tulang belakang) diangkat untuk memberikan akses ke sumsum tulang belakang atau akar saraf.

Jika hal ini dilakukan pada beberapa level di tulang belakang, maka dapat menyebabkan tulang belakang menjadi tidak stabil dan meningkatkan kurva normal ke posisi hyperlordotic (terlalu melengkung).

Kondisi ini tidak banyak terjadi pada orang dewasa, tetapi lebih sering dialami oleh anak-anak dengan tumor sumsum tulang belakang setelah operasi pengangkatan tumor.

4. Lordosis Neuromuskuler

Lordosis Neuromuskuler mencakup berbagai macam kondisi atau gangguan yang dapat menyebabkan berbagai jenis masalah kelengkungan tulang belakang.

Terdapat pilihan pengobatan yang berbeda untuk setiap kelainan.

5. Lordosis Sekunder dari Kontraktur Fleksi Pinggul

Lordosis tipe ini adalah kelompok pasien unik yang mengalami kontraktur pada sendi pinggul yang menyebabkan tulang belakang ditarik keluar dari kesejajarannya.

Kontraktur ini dapat berasal dari berbagai alasan termasuk infeksi, cedera, atau masalah ketidakseimbangan otot dari beberapa gangguan berbeda.

Baca Juga: Mengobati Cedera Hamstring yang Bisa Membuat Paha Sakit Luar Biasa

Diagnosis Lordosis

Diagnosis Lordosis
Foto: Diagnosis Lordosis (Freepik.com)

Biasanya dokter akan mengambil riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis lordosis.

Selama pemeriksaan, pasien akan diminta untuk membungkuk ke depan dan ke samping untuk melihat apakah lekukannya lentur atau kaku.

Juga seberapa banyak rentang gerak yang dimiliki pasien dan apakah tulang belakang sejajar dengan benar.

Dokter juga mungkin akan meraba tulang belakang untuk memeriksa adanya kelainan.

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan penilaian neurologis jika orang tersebut mengalami nyeri, kesemutan, mati rasa, kejang atau kelemahan otot, sensasi di lengan atau tungkai atau perubahan pada kontrol usus atau kandung kemih.

Tes lainnya juga mungkin akan dilakukan, termasuk sinar-X.

Baca Juga: 7 Obat Nyeri Tulang Alami, Moms Harus Coba

Penanganan Lordosis

Penanganan Lordosis
Foto: Penanganan Lordosis (wexnermedical.osu.edu)

Terdapat beberapa perawatan yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Perawatan Non-Bedah

Tindakan perawatan konservatif non-bedah mungkin termasuk:

  • Analgesik dan obat anti inflamasi
  • Terapi fisik, memungkinkan pasien untuk membangun kekuatan, kelenturan, dan meningkatkan jangkauan gerak
  • Bracing dapat digunakan untuk mengontrol perkembangan kurva pada remaja
  • Penurunan berat badan hingga ideal, jika lordosis disebabkan oleh obesitas
  • Pembedahan, dipertimbangkan jika kurva lordotik parah dengan keterlibatan neurologis

2. Bedah Tulang Belakang

Untuk mengatasi penyakit ini, intervensi bedah biasanya akan dipertimbangkan jika kurva lordotik parah, ketika keterlibatan neurologis ada, atau pengobatan konservatif non-bedah gagal.

Seorang ahli bedah tulang belakang akan memutuskan prosedur dan pendekatan bedah mana (anterior/posterior, depan atau belakang) yang terbaik untuk pasien.

Keputusannya didasarkan pada riwayat medis pasien, gejala, dan temuan radiografi.

Berbagai pilihan perawatan bedah digunakan. Pasien harus mendiskusikan apa yang terbaik untuk kondisi kesehatannya dengan ahli bedah tulang belakang.

3. Pemulihan

Diskusikan kekhawatiran apa pun tentang pembatasan aktivitas setelah pengobatan yang dilakukan.

Dokter mungkin akan dapat menyarankan alternatif yang aman.

Misalnya, terapi fisik, cara ini dapat dimasukkan ke dalam rencana perawatan untuk membangun kekuatan, kelenturan, dan meningkatkan jangkauan gerak.

Terapis dapat memberikan pasien program latihan rumahan yang disesuaikan.

Jika pasien menjalani operasi tulang belakang, instruksi dan resep tertulis untuk pengobatan yang diperlukan akan diberikan sebelum keluar dari rumah sakit.

Apabila Moms atau Si Kecil mengalami salah satu gejala lordosis, segera hubungi dokter untuk pemeriksan lanjutan dan menentukan pengobatan yang paling tepat.

Jangan sampai terlambat, ya.

  • https://www.mountsinai.org/health-library/symptoms/lordosis-lumbar
  • https://www.spineuniverse.com/conditions/spinal-disorders/closer-look-lordosis
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/lordosis#diagnosis
  • https://www.nationwidechildrens.org/conditions/lordosis
  • https://www.healthline.com/health/lordosis#treatment
  • https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions/s/swayback-lordosis.html
  • https://www.childrenshospital.org/conditions-and-treatments/conditions/l/lordosis

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb