17 April 2023

Kenali Dampak Hiponatremia, saat Tubuh Kekurangan Natrium

Jangan diabaikan karena hiponatremia berisiko kematian
Kenali Dampak Hiponatremia, saat Tubuh Kekurangan Natrium

Hiponatremia merupakan gangguan kesehatan yang ditandai oleh kadar natrium dalam darah yang terlalu rendah.

Mengutip laman Cleveland Clinic, terjadinya hiponatremia ini umumnya disebabkan oleh banyaknya asupan cairan dalam tubuh sehingga natrium mudah encer dan menghilang.

Gangguan kesehatan ini dapat dialami oleh siapa pun, Moms. Namun, hiponatremia biasanya menyerang pasien-pasien di rumah sakit.

Hiponatremia juga lebih mungkin terjadi pada orang yang hidup dengan penyakit tertentu, seperti gagal ginjal, gagal jantung kongestif, dan penyakit yang memengaruhi paru-paru, hati, atau otak.

Selain itu, hyponatremia sering terjadi pada pasien yang telah menjalani proses pembedahan (operasi).

Beberapa orang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti diuretik dan beberapa antidepresan pun lebih berisiko mengalami hiponatremia.

Seseorang dapat dinyatakan mengalami hyponatremia setelah menjalani pemeriksaan laboratorium.

Meski demikian, ada beberapa gejala yang dapat menandakan hyponatremia.

Yuk, simak penjelasan hiponatremia lebih lanjut di bawah ini.

Baca Juga: 11+ Makanan Penurun Darah Tinggi, Ada Greek Yogurt dan Pisang!

Gejala Hiponatremia

Gejala Hipontremia
Foto: Gejala Hipontremia (Orami Photo Stock)

Hiponatremia menyebabkan gejala neurologis mulai dari kebingungan, kejang, hingga koma.

Tingkat keparahan gejala hiponatremia tergantung pada seberapa rendah kadar natrium dalam aliran darah dan seberapa cepat natrium turun.

Namun dalam banyak kasus, kadar natrium pada darah turun secara bertahap sehingga hanya menghasilkan gejala ringan karena tubuh memiliki waktu untuk melakukan penyesuaian.

Meski demikian, gejala hyponatremia dapat menjadi lebih serius ketika kadar natrium darah turun terlalu cepat.

Berikut gejala umum yang dapat menandakan seseorang mengalami hyponatremia:

  • Kram atau otot terasa lemah
  • Mual dan muntah
  • Kelesuan, kantuk, atau energi rendah
  • Sakit kepala dan kebingungan
  • Gelisah dan mudah tersinggung
  • Kejang
  • Koma

Meski gejala hiponatremia pada setiap orang mungkin saja berbeda, tetapi Moms perlu waspada dan sebaiknya segera mencari pertolongan medis jika mengalami salah satu gejala di atas.

Baca Juga: 8 Obat Sakit Kepala Alami, Yuk Coba Moms!

Penyebab Hiponatremia

Kepala Pusing (Orami Photo Stock)
Foto: Kepala Pusing (Orami Photo Stock)

Setiap gangguan kesehatan atau penyakit memang ada penyebabnya.

Tak terkecuali pada kondisi hiponatremia ini, terdapat beberapa hal yang mungkin saja menyebabkan seseorang mengalami hyponatremia.

Dikutip dari Mayo Clinic, penyebab kurangnya kadar natrium dalam darah dipengaruhi oleh asupan sodium pada tubuh.

Perlu Moms ketahui, sodium memiliki peran yang cukup penting karena dapat menjaga tekanan darah dalam keadaan normal, mendukung kinerja saraf dan otot, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Tingkat natrium darah yang normal adalah antara 135 dan 145 miliekuivalen per liter (mEq / L).

Sementara pada kondisi hiponatremia, kadar natrium dalam darah dapat turun di bawah 135 mEq/L.

Ada banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup yang dapat menyebabkan hyponatremia, di antaranya:

1. Obat-Obatan Tertentu

Beberapa obat, seperti pil air (diuretik), antidepresan, atau obat penghilang rasa sakit, dapat mengganggu proses hormonal.

Konsumsi obat-obatan tertentu seperti yang telah disebutkan bisa mengganggu kinerja ginjal yang menjaga konsentrasi natrium dalam kisaran normal dan sehat.

2. Masalah Jantung, Ginjal dan Hati

Gagal jantung kongestif dan penyakit tertentu yang mempengaruhi ginjal atau hati dapat menyebabkan penumpukan cairan di tubuh.

Hal ini dapat mengencerkan natrium dalam tubuh dan menurunkan kadar natrium secara keseluruhan.

3. Syndrome of Inappropiate Antidiuretic Hormone (SIADH)

Dalam kondisi ini, hormon anti-diuretik (ADH) tingkat tinggi diproduksi.

Jadi, dapat menyebabkan tubuh menahan air. Padahal, seharusnya tubuh bisa mengeluarkan air secara normal melalui urin.

4. Muntah atau Diare Kronis Parah

Seperti muntah, diare kronis yang parah, atau kondisi lain yang menyebabkan dehidrasi.

Beberapa kondisi ini mungkin dapat menyebabkan tubuh kehilangan elektrolit, seperti natrium sehingga seseorang mengalami hiponatremia.

5. Minum Terlalu Banyak Air

Ternyata, minum air putih dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan kadar natrium rendah karena kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air pun berlebihan.

Tubuh akan kehilangan natrium melalui keringat.

Minum terlalu banyak air selama aktivitas ketahanan, seperti maraton dan triathlon, juga dapat mengencerkan kandungan natrium dalam darah.

6. Perubahan Hormon

Insufisiensi atau gangguan kelenjar adrenal (penyakit Addison) bisa saja memengaruhi kemampuan kelenjar adrenal dalam menghasilkan hormon yang membantu menjaga keseimbangan natrium, kalium, dan air dalam tubuh.

Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat menyebabkan kadar natrium darah rendah.

7. Ekstasi Narkoba

Pengaruh narkoba, seperti amfetamin juga dapat meningkatkan risiko kasus hiponatremia yang parah bahkan fatal.

Baca Juga: Minum Air Dingin Bikin Gemuk? Ini 3 Mitos dan Fakta Seputar Air Es

Faktor Risiko Hiponatremia

Lansia Berolahraga (Orami Photo Stock)
Foto: Lansia Berolahraga (Orami Photo Stock)

Meski sebenarnya hiponatremia dapat menyerang siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hiponatremia, yaitu:

1. Usia

Orang dewasa yang lebih tua mungkin memiliki lebih banyak faktor penyebab hiponatremia.

Termasuk perubahan terkait usia, adanya konsumsi obat-obatan tertentu, dan kemungkinan lebih besar untuk mengalami penyakit kronis yang mengubah keseimbangan natrium tubuh.

2. Obat-obatan Tertentu

Pengobatan yang meningkatkan risiko hiponatremia, contohnya diuretik tiazid serta beberapa antidepresan, dan obat pereda nyeri.

Selain itu, pengaruh penggunaan narkoba jenis ekstasi juga berkaitan dengan kasus-kasus hyponatremia yang fatal.

3. Kondisi yang Menurunkan Ekskresi Air dalam Tubuh

Terdapat beberapa kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko hiponatremia.

Misalnya, penyakit ginjal, sindrom hormon anti-diuretik (SIADH), dan gagal jantung.

4. Aktivitas Fisik yang Intensif

Orang yang minum terlalu banyak air saat mengikuti maraton, ultramarathon, triathlon, aktivitas jarak jauh berintensitas tinggi atau aktivitas fisik yang intensif lainnya berisiko tinggi mengalami hyponatremia.

Baca Juga: Makan Garam Terlalu Banyak Berdampak pada Sistem Imun Tubuh, Begini Penjelasannya

Diagnosis dan Cara Mengatasi Hiponatremia

Konsultasi ke Dokter (Orami Photo Stock)
Foto: Konsultasi ke Dokter (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stock)

Beberapa gejala yang dapat menandakan hiponatremia bukanlah satu-satunya cara untuk mendiagnosis.

Moms perlu melakukan pemeriksaan laboratorium dengan cara tes darah yang dapat mengukur jumlah natrium (Na+) pada aliran darah.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk mendeteksi tingkat keparahan dan penyebab hiponatremia.

Setelah hasil pemeriksaan laboratorium benar-benar menyatakan adanya hyponatremia, dokter akan merekomendasikan beberapa cara untuk mengatasinya.

Namun, dokter biasanya akan melakukan perawatan bergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.

Apabila gejala hiponatremia ringan, dokter mungkin akan menyarankan untuk membatasi asupan air dan menyesuaikan obat-obatan untuk menghilangkan atau mengobati penyebabnya.

Cara atau terapi ini dapat dilakukan dalam jangka pendek.

Sedangkan untuk jangka panjangnya, dokter biasanya akan melanjutkan pengobatan jangka pendek tersebut dan menambahkan garam ke dalam menu makanan harian atau mencoba beberapa obat baru agar kadar natrium pada tubuh kembali normal.

Bagi pasien yang didiagnosis hyponatremia sedang hingga berat, dokter memerlukan evaluasi dan perawatan medis menyeluruh dan biasanya pasien akan dirawat di rumah sakit.

Pasien dengan hyponatremia parah akan mendapatkan natrium pengganti secara intravena (langsung ke pembuluh darah). Selain itu, konsumsi air akan benar-benar dibatasi.

Obat-obatan tertentu, seperti tolvaptan (Samsca®) juga mungkin perlu digunakan untuk memperbaiki kadar natrium dalam darah.

Sementara pada pasien dengan riwayat penyakit tertentu yang menyebabkan hiponatremia, dokter akan menyesuaikan pengobatannya dengan kondisi mereka.

Baca Juga: Insomnia Tingkatkan Risiko Gagal Jantung, Benarkah?

Pencegahan Hiponatremia

Mencegah Hiponatremia (Orami Photo Stock)
Foto: Mencegah Hiponatremia (Orami Photo Stock)

Hiponatremia yang tidak segera ditangani dapat berakibat fatal karena bisa menyebabkan kematian.

Maka, segeralah cari pertolongan medis jika Moms merasakan gejalanya, ya.

Meski cukup berbahaya, hyponatremia tetap bisa dicegah kok, Moms. Berikut tips yang dapat Moms terapkan dalam mencegah hiponatremia:

  • Lakukan perawatan jika memiliki kondisi yang berisiko menyebabkan hiponatremia

Misalnya ketika Moms mengalami kekurangan kelenjar adrenal (penyakit Addison), yang dapat memengaruhi kadar natrium dalam darah.

Hal ini juga berlaku apabila Moms sedang mengonsumsi obat diuretik, waspadai tanda dan gejala hyponatremia.

Cobalah untuk konsultasi dengan dokter untuk mencari pengobatan baru agar hiponatremia dapat dihindari.

  • Minumlah air secukupnya

Minum air memang sangat penting untuk kesehatan, jadi pastikan Moms telah minum cukup cairan. Namun, jangan sampai cairan yang diterima tubuh berlebihan, ya.

Hal ini karena air atau cairan yang terlalu banyak dapat mempercepat pelarutan natrium dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko hiponatremia.

Tanda jika tubuh telah terhidrasi dengan baik adalah dengan melihat warna urin kita.

Apabila berwarna kuning pucat, itu menandakan bahwa tubuh kita telah cukup air.

Itulah beberapa informasi penting seputar hyponatremia yang perlu Moms ketahui.

Waspadai gejalanya, segera periksa ke dokter jika memgalami beberapa gejala, dan lakukan perawatan dengan tepat.

Semoga bermanfaat ya, Moms.

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17762-hyponatremia

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb