28 Desember 2020

Mengenal Parental Burnout, Lelah dan Stres Jangka Panjang pada Orang Tua

Bisa berujung depresi!
Mengenal Parental Burnout, Lelah dan Stres Jangka Panjang pada Orang Tua

Foto: Orami Photo Stocks

Pandemi yang masih berlangsung di penghujung tahun 2020 ini, peran orang tua sangat mengalami perubahan signifikan baik dari rutinitas ataupun pola mengasuh anak.

Banyaknya kegiatan yang dilakukan secara virtual dan di rumah, membuat para ibu putar otak untuk melakukan pekerjaan secara menyeluruh di satu tempat dan waktu yang sama.

Ketika ibu mengalami pekerjaan terlalu banyak, ini akan menyebabkan stres atau yang dikenal dalam dunia mengasuh yakni parental burnout.

Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Anak Stres saat Belajar di Rumah Menurut Psikolog

Pola asuh anak yang berubah serta memerlukan penyesuaian, sangat dibutuhkan untuk ibu bertahan hidup di masa pandemi ini.

Kelelahan dan stres dalam mengasuh anak bisa menjadi kronis apabila tidak diatasi dengan baik.

Jenis kelelahan ini atau dikenal parental burnout dapat memiliki dampak serius bagi orang tua dan anak, menurut jurnal yang diterbitkan di Sage Journal.

Kondisi ini serta dapat meningkatkan pengabaian peran seorang ibu dan mengalami depresi yang berkelanjutan.

Jadi apakah sebenarnya parental burnout itu dan bagaimana cara mengatasinya? Mari simak penjelasan berikut!

Apa Itu Parental Burnout?

Mengenal parental burnout.jpg
Foto: Mengenal parental burnout.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Parental burnout adalah sindom kelelahan yang terjadi ketika orang tua terlalu lama terpapar stres dalam perannya sebagai ibu, istri, ayah, suami, pekerja, serta tidak dapat mengimbangi aktivitas untuk pereda stres.

"Di antara orang tua yang menghidap parental burnout, studi epidemiologi menunjukkan bahwa dua pertiga dari mereka adalah wanita dan sepertiga adalah pria," ucap Dr Moïra Mikolajczak, Professor University of Louvain, berdasarkan penelitian Parental Burnout: What is and Why Does It Matter.

Orang tua, khususnya ibu, sering mengalami sindrom ini di kala pandemi karena harus mengerjakan semua pekerjaan jadi satu di waktu yang sama.

Moms pasti pernah kan merasa sangat stres akibat harus menyiapkan makanan anak dan suami, menemani anak sekolah online, juga menjaga agar rumah tetap bersih dan rapi?

Rasa lelah yang berpanjangan ini membuat mereka ingin melarikan diri dari rutinitas, dan beristirahat sejenak.

Parental burnout ini akan makin kuat dirasakan oleh orang tua tunggal, mengasuh anak berkebutuhan khusus, serta orang tua yang memiliki kecenderungan perfeksionis.

Kondisi ini berbeda dengan stres biasa. "Stres itu ada di level pertama, kemudian burnout di level kedua, dan yang terakhir depresi atau anxiety disorder (gangguan kecemasan) itu di level tertinggi," menurut penjelasan Putu Andani, M.Psi, Psikolog TigaGenerasi pada Talkshow Peran Ibu di Masa Pandemi, pada 16 Desember 2020.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Bantu Si Kecil Mengerjakan PR saat School From Home (SFH)

Parental burnout itu berada di titik kritis, yakni menuju tingkat depresi akut. Kalau kita bisa mengatasinya dengan baik, membuat diri semakin kuat, maka akan mencegah seseorang mengalami depresi.

Periode stres pada seorang ibu akan lebih singkat dan ia bisa kembali bangkit seiring berjalannya waktu.

Namun, ketika telah merasakan burnout, ia akan merasa lelah mental yang berlebihan dan tidak fokus dengan apa pun yang sedang dikerjakan.

Ibu tidak akan lagi merasa senang melakukan kegiatan yang dulunya memberikan kesenangan, seperti main dengan anak atau memasak untuk suami.

Ibu justru akan menganggap mengurus anak dan suami adalah sebuah 'pekerjaan', bukan sebagai kedekatan emosional.

Tanda-tanda Parental Burnout

tanda parental burnout
Foto: tanda parental burnout

Foto: Orami Photo Stock

Memang, kondisi ini sangat mirip dengan stres yang dialami hampir setiap orang.

Namun, Moms bisa mengetahui tanda-tanda apabila tengah mengalami parental burnout, untuk mencegah menuju tingkat depresi akut.

1. Survival Mode

Ketika orang tua atau ibu merasakan jenuh melakukan rutinitas yang berulang-ulang, ia akan beranggapan yang dikerjakannya adalah sebatas untuk bertahan hidup atau melanjutkan hidup saja (survival mode), tanpa ada kesenangan yang didapatkan.

Survival mode ini adalah mode berpikir jangka pendek dengan rasa takut yang berlebihan serta minim melakukan komunikasi dengan orang di sekitarnya.

"Aku sempat mengalami hal ini, ketika di masa pandemi berlangsung, semua pekerjaan dilakukan jadi satu di rumah di waktu yang sama. Ini membuat aku kesulitan untuk beradaptasi dengan rutinitas yang hampir kita lakukan setahun ini," ucap Moms Zhafira Loebis, Mompreneur BabyLoania, pada Orami saat diwawancara pada 16 Desember 2020.

2. Perilaku Menurun

Tanda-tanda parental burnout lainnya adalah sikap atau perilaku seseorang mulai menurun. Misalkan jadi mudah marah, tersinggung, atau kondisi fisik mudah lelah.

Perubahan ini juga bisa dilihat dari sikap suami atau anak yang berbeda, seperti anak jadi sering menangis, mudah marah, mungkin ini adalah akibat sikap kita yang mulai menurun.

Sering sakit kepala atau nyeri otot, serta perubahan nafsu makan juga menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami burnout.

Kualitas tidur yang kurang baik, sering begadang atau mengerjakan kerjaan hingga larut malam juga dapat meningkatkan kadar stres seseorang.

Baca Juga: Memiliki Efek Jangka Panjang, Ketahui Dampak Sering Memarahi Anak

3. Sering Mengasingkan Diri

Dilansir dari Help Guide International, mengasingkan diri dari teman, keluarga atau anak juga tanda-tanda parental burnout.

Meskipun peran seorang ibu adalah mengasuh anak serta mengurus rumah tangga, ketika ia sedang mengalami ini, ia akan lebih sering menjauh dan minim komunikasi.

Hal ini yang berdampak pada lingkungan sekitarnya. Anak jadi semakin renggang hubungan dengan orang tua, serta pekerjaan rumah yang sering terbengkalai.

Mengatasi Parental Burnout

mengatasi parental burnout.jpg
Foto: mengatasi parental burnout.jpg (https://motherandbaby.co.uk/)

Foto: Orami Photo Stock

"We can't do everything at once, ini karena keadaan yang membuat kita seperti ini, kita tidak bisa memaksakan semua pekerjaan diselesaikan dalam satu waktu," lanjut Moms Zhafira.

Saat ia pernah mengalami parental burnout selama pandemi, menurutnya ini tidak bisa dibiarkan dan harus diatasi secepat mungkin.

Kondisi yang ia alami ini berdampak pada pekerjaan, emosi anak-anak, serta keharmonisan keluarga.

Moms bisa mengatasi parental burnout dengan beberapa cara berikut ini:

1. Minta Maaf pada Diri Sendiri

Cara yang pertama adalah menyadari dan mengakui bahwa kita juga memiliki keterbatasan.

Minta maaf kepada diri sendiri adalah hal yang utama dalam mengatasi parental burnout. Rasa bersalah apabila kelepasan marah atau memarahi anak akibat stres adalah hal yang wajar.

Oleh sebab itu, memaafkan diri sendiri perlu dilakukan. "Suara-suara kritik yang ada di kepala kita itu mengerikan, kita harus bisa berdamai dengan diri sendiri dan ikhlas," jelas Putu.

Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dan kita perlu memaklumi itu.

2. Beristirahat

Ketika diri sudah tak mampu mengerjakan sesuatu, serta emosional dan pikiran telah lelah, istirahat adalah hal yang penting.

Melakukan sesuatu yang tak sesuai dengan kemampuan kita atau dipaksakan, tidak akan menghasilkan apa-apa. Pikiran dan fisik tidak saling berhubungan.

Moms bisa beraktivitas atau menyalurkan hobi, seperti olahraga, memasak, bercocok tanam atau aktivitas lain yang menyenangkan.

Dengan ini hormon pemicu stres akan berkurang pada dalam tubuh.

Bercerita dengan siapapun yang dipercaya juga akan mencegah kita menuju tingkat depresi akut.

"Ketika ibu memiliki slot waktu kosong, ingatlah bahwa ada daftar kegiatan yang harus dilakukan untuk meredakan stres. Jangan lakukan pekerjaan dengan menyeluruh untuk menjaga kesehatan mental," ucap Dr. Amy Imms, founder dari The Burnout Project.

Dengan ini pikiran dan perasaan akan lebih ringan, sehingga dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan optimal.

3. Evaluasi Diri

Cara mengatasi parental burnout selanjutnya adalah evaluasi diri. Melihat dan mengukur apakah standar parenting kita terlalu tinggi atau kurang?

Ketika kita tidak sanggup mengerjakan sesuatu, tidak perlu dipaksakan untuk mengerjakannya karena nantinya malah akan berdampak pada fisik dan juga mental seseorang.

Perlu memiliki keahlian mental yakni melepaskan atau mengikhlaskan. "Ini adalah kemampuan yang lebih sulit dibandingkan memasak, serta mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Dengan let it go, maka sebagai orang tua kita bisa iklhas untuk mengetahui kemampuan diri," tambah Putu.

Moms juga perlu menyadari bahwa Moms tidak sendirian. Mintalah bantuan suami untuk mengerjakan beberapa tugas rumah tangga, Moms juga bisa berbagi cerita kepada teman atau keluarga tentang apa yang sedang dirasakan.

Baca Juga: Happy Mom 101: Cara Berpikir Positif untuk Mencegah Stres Sebagai Seorang Ibu

Setelah mengetahui arti dan cara mengatasi parental burnout, apakah Moms salah satunya yang tengah mengalami hal ini?

Memang, kondisi ini sangat mirip dengan stres yang dialami hampir setiap orang. Namun, Moms bisa mengetahui tanda-tanda di atas apabila tengah mengalami parental burnout.

Jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog bila kondisi ini sudah berlangsung terlalu lama dan menganggu aktivitas, bahkan fisik Moms.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb