Penuh Akan Makna, Begini Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Terdiri dari beberapa ritual yang penuh makna
Penuh Akan Makna, Begini Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Foto: shutterstock.com

Berbagai suku di Indonesia memiliki acara adatnya tersendiri yang sudah dilaksanakan turun temurun. Begitu pula dengan masyarakat Sulawesi Selatan yang masih menjaga ritual pernikahan adat Bugis.

Daerah Sulawesi Selatan mayoritas dihuni oleh masyarakat suku Bugis yang hingga saat ini masih melestarikan budaya asli mereka. Beberapa acara adat yang masih bisa ditemui jika kita mengunjungi Makassar, Sulawesi Selatan adalah, tradisi pindah rumah, Massallo Kawali, Angngaru, Tarian Maggiri, dan masih banyak lagi lainnya.

Setiap acara adat pasti memiliki berbagai macam ritual yang tidak boleh dilewatkan. Begitu pula dengan pernikahan adat Bugis yang berisi ritual-ritual sakral selama prosesi pernikahan berlangsung. Ritual ini biasanya menunjukkan rasa syukur, meminta restu dari Tuhan agar acara berlangsung dengan lancar, serta bentuk hormat kepada orang tua.

Baca Juga: Agar Pernikahan Langgeng, Ikuti 5 Tips Komunikasi dengan Pasangan Seperti Ini

Pernikahan adat Bugis terkenal sebagai acara yang mahal karena mahar yang harus diberikan adalah emas. Tapi mahal tidak hanya karena dari maharnya saja, tetapi juga proses adat yang dimiliki oleh suku Bugis pun cukup panjang dan meriah karena melibatkan seluruh orang dari keluarga kedua belah pihak.

Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Rangkaian pernikahan adat Bugis terdiri dari beberapa prosesi. Masing-masing prosesi memiliki pakemnya tersendiri. Setiap prosesi yang sakral ini juga memiliki makna yang mendalam.

Beginilah Moms, rangkaian acara pernikahan adat Bugis yang penuh dengan makna dan nilai suku.

Mammanu-Manu dan Madduta

5fa8bf68d13f0b936b2e1f3d5b333575.jpg
Foto: 5fa8bf68d13f0b936b2e1f3d5b333575.jpg

Foto: pinterest.com

Proses Mammanu-Manu pada pernikahan adat Bugis sebenarnya dilakukan sebelum acara pernikahan. Proses ini disebut juga dengan "masa penjajakan."

Jika seorang pria sudah mantap untuk memilih wanita yang akan ia nikahi, akan ada sebuah kegiatan rahasia yang dilakukan seorang perempuan dari pihak pria untuk mengetahui apakah wanita yang ia pilih sudah dipinang atau belum.

Apabila belum, maka pihak pria bisa mendatangi orangtua mempelai wanita untuk meminta izin agar bisa menikahi anaknya. Proses ini sudah berbeda dengan Mammanu-Manu dan disebut dengan Madduta.

Proses ini juga bisa digunakan untuk membahas perihal besarnya uang panai atau mahar, apabila keluarga pihak wanita menerima lamaran pihak pria.

Mappetuada

dfa1d32c8c22e928c701b06cfb97f444.jpg
Foto: dfa1d32c8c22e928c701b06cfb97f444.jpg

Foto: pinterest.com

Setelah proses peminangan diterima, maka ritual selanjutnya dari pernikahan adat Bugis adalah Mappetuada.

Mappetuada adalah sebuah acara untuk mengumumkan kabar baik dari kedua pasangan, yaitu mengenai tanggal kesepakatan untuk melangsungkan pernikahan, mahar, dan keperluan pernikahan lainnya.

Dalam Mappetuada juga, pinangan diresmikan dengan pihak pria mengirimkan hantaran berupa perhiasan untuk pihak perempuan.

Baca Juga: Intip Keunikan 7 Tradisi Cukur Rambut Pertama Anak Dari Berbagai Budaya

Mappasau Botting dan Cemme Pasih

0764764ee060760f70b490a8e0e229c9.jpg
Foto: 0764764ee060760f70b490a8e0e229c9.jpg

Foto: pinterest.com

Mappasau Botting adalah proses pernikahan adat Bugis setelah undangan pernikahan disebarkan. Proses ini sendiri artinya adalah merawat pengantin.

Dilakukan sebagai ritual awal upacara pernikahan, proses ini berlangsung selama tiga hari sebelum hari pernikahan tiba. Selama tiga harri, pengantin akan diraat secara tradisional dengan mandi uap dan menggunakan bedak hitam yang terbuat dari asam jawa dan jeruk nipis.

Terakhir akan ditutup dengan Cemme Passih yang merupakan mandi tolak bala. Proses ini ditujukan untuk meminta perlindungan Tuhan dari segala mara bahaya ketika menjalani proses pernikahan hingga menjalani bahtera rumah tangga.

Mappanre Temme dan Mappaci

artboard-2-50-a60f23b234625a1b12f529aeda4a62fb.jpg
Foto: artboard-2-50-a60f23b234625a1b12f529aeda4a62fb.jpg

Foto: pinterest.com

Mayoritas suku Bugis adalah pemeluk agama Islam, oleh karena itu di dalam proses pernikahan adat Bugis, ada ritual khatam Al-Qur'an dan juga memohon do'a kepada Allah SWT agar pernikahan dapat berjalan lancar yang disebut dengan Mappanre Temme.

Proses ini biasanya dilakukan di rumah dengan memberikan suguhan berbagai macam kue-kue tradisional Bugis.

Setelah ritual ini, kemudian ada ritual yang disebut dengan Mappaci.

Mapacci adalah proses memberikan daun pacar ke calon mempelai sebagai bentuk doa restu. Biasanya jumlah orang yang diundang untuk memberikan daun pacar tersebut tergantung status sosial calon mempelai.

Orang-orang yang dipanggil untuk mengikuti Mappaci biasanya merupakan pasangan yang pernikahannya bahagia dan kedudukan sosialnya baik. Semua itu dimaksudkan agar calon mempelai kelak bisa mengikuti jejak pasangan tersebut. Perlengkapan Mapacci berupa sarung tujuh susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, dan jagung kering.

Baca Juga: Nadine Chandrawinata dan Artis-artis Ini Menikah dengan Gaun Pengantin Warisan Ibunya

Mappasili

CclQ8g0XEAINv-Z.jpg
Foto: CclQ8g0XEAINv-Z.jpg

Setiap acara pernikahan adat di Indonesia, tidak akan lengkap tanpa adanya prosesi siraman. Dalam acara pernikahan adat Bugis, prosesi ini disebut dengan mappasili.

Tujuan dari Mapapasili adalah untuk membersihkan calon pengantin sekaligus tolak bala. Air siraman yang digunakan Mappasili diambil dari tujuh mata air dan berisi tujuh macam bunga serta koin.

Selesai Mappasili, koin di dalam air siraman akan diambil dan diberikan ke keluarga yang belum menikah. Tujuannya adalah agar dimudahkan mencari jodoh dan bisa segera menyusul pasangan pengantin.

Mappasikarawa

d3c7201e92a08dc8ebacb4d80c8bdbb8.jpg
Foto: d3c7201e92a08dc8ebacb4d80c8bdbb8.jpg

Foto: pinterest.com

Selesai akad nikah, proses pernikahan adat bugis selanjutnya adalah Mappasikarawa. Pada proses ini, mempelai pria akan dibimbing untuk masuk ke kamar pengantin dan bertemu dengan istrinya secara resmi.

Namun sebelum memasuki kamar, akan ada ritual ketuk pintu. Ketuk pintu ini dimaksudkan untuk meminta izin ke pihak keluarga mempelai wanita agar diperbolehkan masuk. setelah memasuki kamar, kemudian dilakukan ritual Mappasikarawa.

Mappasikarawa adalah bentuk sentuhan pertama dari suami ke istrinya. Biasanya sentuhan tersebut diutamakan ke pundak, karena melambangkan hubungan sejajar antara suami dan istri di dalam rumah tangga. Selain itu juga dilakukan sentuhan ke ubun-ubun,, dada atau perut. 

Terakhir adalah pemakaian sarung yang kemudian dijahit. Ini menandakan agar pasangan yang baru menikah terus bersatu dalam pernikahan tersebut. Setelah ritual Mappasikarawa selesai, dilanjut dengan sungkem kepada orang tua dan juga keluarga yang dituakan dari mempelai wanita.

Mapparola

04931d46edff1cd5837d8152937bb8ce.jpg
Foto: 04931d46edff1cd5837d8152937bb8ce.jpg

Foto: pinterest.com

Acara terakhir dari proses pernikahan adat Bugis adalah Mapparola, yang merupakan kunjungan mempelai wanita ke rumah orang tua mempelai pria.

Mempelai wanita juga membawa seserahan yang berisi perlengkapan pribadi serta kue-kue tradisional untuk mempelai pria. Kunjungan ini merupakan momen penting bagi masyarakat Bugis karena kunjungan tersebut menandakan kalau mempelai wanita diterima dengan baik di keluarga mempelai pria.

Di Mapparola inilah, mempelai kembali sungkem kepada orangtua dan kerabat yang dituakan dari mempelai pria. Setelah acara Marola atau Mapparola selesai, kedua mempelai akan kembali ke rumah mempelai wanita.

Baca Juga: Pengantin Baru, Bingung Mulai Merencanakan Keuangan dari Mana? Simak Kiat Ini

Beragam Pilihan Baju Bodo untuk Pernikahan

Setiap daerah dan suku di Indonesia memiliki baju adat yang menjadi kekhasannya. Di Makassar, suku Bugis punya baju Bodo sebagai baju kebesaran yang digunakan mempelai wanita.

Baju Bodo berbentuk segi empat dengan lengan pendek, biasanya dilengkapi perhiasan seperti kalung, gelang, dan hiasan kepala saat dikenakan.

Ini dia beragam baju Bodo yang termasuk salah satu baju daerah tertua di Indonesia.

1. Warna Emas yang Membuat Penampilan Tampak Elegan dan Mewah

ce08707a505c6d1f280ffcab699b62a5.jpg
Foto: ce08707a505c6d1f280ffcab699b62a5.jpg

Foto: pinterest.com

Warna emas yang senada dengan perhiasan dapat menjadi pilihan baju Bodo untuk acara pernikahan adat Bugis. Warna ini akan terlihat elegan juga memberikan kesan mewah sepasang pengantin.

2. Tampak Fresh dengan Warna Baby Pink

7c4b4fec2b23f954c59c860eb20b79b6.jpg
Foto: 7c4b4fec2b23f954c59c860eb20b79b6.jpg

Foto: pinterest.com

Siapa bilang warna baby pink akan terlalu ramai dan terkesan girly? Justru warna ini memberikan kesan fresh dan awet muda, lho!

3. Dua Warna Juga Bisa Jadi Pilihan Menarik!

i.jpg
Foto: i.jpg

Foto: pinterest.com

Tidak harus sama, asalkan senada, baju Bodo dua warna yang berbeda antara mempelai pria dan perempuan ini juga bisa jadi pilihan. Tidak ada yang lebih kontras, justru memberikan penampilan yang menarik dan unik.

Baca Juga: Baru Saja Menikah? Jangan Lewatkan 3 Tips Ini!

Nah, itu tadi Moms prosesi pernikahan adat Bugis dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb