23 April 2021

Mengenal Philophobia alias Fobia Jatuh Cinta: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Seperti apa takut jatuh cinta yang tidak wajar?
Mengenal Philophobia alias Fobia Jatuh Cinta: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Jatuh cinta memang sejuta indahnya. Jatuh cinta seringkali menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena selalu ingin berada di samping orang tersayang. Namun, bagi sebagian orang jatuh cinta adalah hal yang menakutkan, hingga menjadi phobia yang disebut philophobia.

Pengertian Philophobia, Fobia Jatuh Cinta

Philophobia, Fobia Jatuh Cinta
Foto: Philophobia, Fobia Jatuh Cinta

Foto: freepik.com

Secara harfiah, philophobia berasal dari kata Yunani yakni philos yang berarti mencintai, dan phobos yang berarti ketakutan.

Fobia adalah ketakutan ekstrim sehingga seringkali kontrol emosi kita terhadap sesuatu yang ditakuti, baik itu objek, tempat, situasi, perasaan, dan lain sebagainya, cenderung tidak rasional sehingga menyebabkan kepanikan.

Karena fobia adalah salah satu jenis gangguan kecemasan, penderita mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai rasa takut tersebut benar-benar dihadapinya.

Orang dengan perasaan tidak rasional yang berlebihan terhadap cinta kemungkinan besar merasa cemas dan panik ketika hanya memikirkan tentang cinta.

Banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab seseorang tidak menjalin hubungan asmara dengan orang lain, salah satu alasannya adalah takut jatuh cinta.

Mereka yang takut jatuh cinta inilah yang akhirnya menyebabkan jumlah pasangan terus menurun di beberapa kota besar mengingat mereka merasa kesulitan untuk menciptakan hubungan yang stabil dan langgeng dari waktu ke waktu.

Sebuah studi yang diterbitkan di National Library of Medicine menerangkan bahwa dari dua sensus terakhir yang berlangsung di Italia, terdapat peningkatan jumlah penduduk lajang terutama di kalangan generasi muda.

Sosiolog Baumann beranggapan bahwa peningkatan jumlah penduduk yang tak berpasangan sebagai akibat dari krisis masyarakat modern.

Perkembangan zaman yang terus berubah dengan sangat cepat dan tidak stabil ternyata juga memengaruhi hubungan para pasangan.

Sementara, dari sudut pandang psikologis, referensi psikoanalitik dari Freud menyatakan bahwa kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang stabil dan langgeng mungkin disebabkan karena orang tersebut menderita philophobia atau fobia akan cinta.

Ketakutan ini bisa berasal dari berbagai macam hal, seperti hubungan di masa kecil dengan orang tua yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup, sehingga hal ini dapat memengaruhi fungsi relasinya dengan orang lain pada masa dewasa.

Baca Juga: Perhatikan 8 Gejala Kecemasan pada Anak Secara Fisik

Gejala Philophobia

gejala philophobia
Foto: gejala philophobia

Foto: freepik.com

Philophobia adalah jenis ketakutan yang unik. Selintas, orang yang menderita philophobia tidak mengalami kecemasan setiap hari.

Namun, bagi beberapa orang, kecemasan seperti ini mungkin terjadi beberapa kali sehingga membuat penderitanya tidak bisa menjalani kehidupan normal dengan baik.

Ketakutan akan jatuh cinta memang tidak wajar karena hanya memikirkan bahwa ia sedang jatuh cinta saja, penderitanya bisa sangat cemas. Namun, pengidap tidak bisa mengendalikan emosinya tersebut sehingga dapat memengaruhi kondisi kesehatan fisik.

Biasanya orang menderita philophobia mengalami beberapa gejala fisik berupa:

Di sisi lain, dokter belum secara pasti menjelaskan gejala philophobia dalam literatur medis. Saat ini dunia medis masih membutuhkan lebih banyak informasi tentang gejala kondisi tersebut untuk memahaminya lebih jauh.

Dokter dan ahli berpendapat bahwa fenomena ini merupakan bentuk kecemasan yang antisipatif (waspada terhadap sesuatu yang mungkin terjadi).

Namun, belum jelas data mengenai berapa banyak orang yang hidup dengan philophobia karena istilah tersebut tidak ada dalam kamus medis.

Karena philophobia belum resmi masuk ke dalam bahasa medis, orang yang hidup dengan rasa takut akan cinta atau philophobia mungkin merasa sulit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Baca Juga: Takut Bertemu Orang? Bisa Jadi Gejala Kecemasan Sosial saat Pandemi

Penyebab Philophobia

penyebab philophobia
Foto: penyebab philophobia

Foto: freepik.com

Berbeda dengan gangguan kecemasan (anxiety disorder), philophobia bukan kecemasan yang datang tiba-tiba, tapi ada hal yang memicu fenomena ini muncul dalam diri seseorang.

Beberapa ahli psikologi, dikutip dari Medical News Today, menyatakan bahwa terdapat berbagai macam penyebab orang bisa sangat takut dan khawatir akan perasaan jatuh cinta, di antaranya:

1. Insiden atau Trauma

Insiden atau trauma yang terjadi saat membina hubungan yang tidak stabil dan tidak bertahan lama pada masa lalu bisa jadi menimbulkan kekhawatiran berlebihan untuk memulai kembali hubungan asmara dengan orang baru.

2. Pengalaman Sejak Kecil

Pengalaman bahwa sebenarnya penderita memiliki pengalaman negatif di masa kecilnya, seperti kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua, bisa jadi pemicu seseorang mengalami philophobia dan merasa khawatir untuk memulai hubungan asmara.

3. Genetika

Meski jarang terjadi, namun beberapa orang dengan philophobia memang bisa mendapatkan kecemasan ini karena faktor genetika, entah itu dari orangtua, saudara, atau kakek dan neneknya.

Para ahli berpendapat bahwa beberapa orang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan untuk menjadi lebih cemas dan mengembangkan fobia spesifik seperti perasaan jatuh cinta.

Baca Juga: 16 Ciri-ciri Orang Depresi yang Harus Diwaspadai

Cara Mengatasi Philophobia

Mengatasi philophobia
Foto: Mengatasi philophobia

Foto: freepik.com

Philophobia sebenarnya merupakan kecemasan yang bisa dikelola sebelum gejalanya semakin parah hingga menimbulkan perasaan tak nyaman dalam fisik seseorang.

Berdasarkan Healthline, cara untuk mengatasi philophobia akan sangat bergantung pada seberapa parah fobia jatuh cinta yang dialami seseorang.

Beberapa cara untuk mengelola dan mengatasi perasaan takut akan jatuh cinta ini, misalnya:

1. Terapi

Terapi adalah jenis pengobatan yang bisa dicoba penderita philophobia khususnya terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) yang berguna untuk mengatasi ketakutan yang dialami oleh penderita.

CBT telah menunjukkan hasil yang efektif pada berbagai gangguan kesehatan mental, termasuk gangguan kecemasan. CBT juga diasosiasikan dengan peningkatan kualitas hidup pada pasien dengan gangguan kecemasan.

CBT melibatkan identifikasi dan perubahan keyakinan, pemikiran dan reaksi negatif terhadap sumber fobia.

Penting bagi penderita kecemasan ini untuk mengetahui sumber dari rasa takut atau bahkan pengalaman yang menyakitkan tersebut.

Dikutip dari penjelasan dari Mayo Clinic, bagi beberapa orang perasaan tersebut timbul karena adanya upaya menghindari perasaan sakit hati. Sehingga setelah sumbernya berhasil diketahui, uji realitas di masa yang akan datang bisa dilakukan.

Beberapa pertanyaan untuk refleksi yang bisa diajukan untuk penderita philophobia, contohnya:

  • Bagaimana jika suatu hubungan asmara tidak berhasil?
  • Apa yang terjadi selanjutnya (ketika hubungan kandas)?
  • Apakah saya masih baik-baik saja?

Setelah berhasil mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut, penderita bisa membuat tujuan kecil, seperti menyapa lawan jenis, atau bertemu dengan teman lawan jenis dengan pembicaraan yang lebih intim.

Hal kecil seperti ini perlahan-lahan dapat berkembang dan mulai meredakan ketakutan akan jatuh cinta.

2. Pengobatan

Untuk kasus yang sudah mulai mengganggu kinerja fisik dan aktivitas sehari-hari, dokter mungkin meresepkan antidepresan atau obat anti-kecemasan jika penderita mengalami masalah kesehatan mental lain yang dapat didiagnosis.

Pengobatan umumnya digunakan dalam kombinasi dengan terapi perilaku kognitif.

3. Perubahan gaya hidup

Selain menjalani terapi dan pengobatan, rekomendasi yang dianjurkan dokter untuk mengatasi perasaan kecemasan tersebut adalah dengan melakukan banyak aktivitas fisik seperti berolahraga, memperbanyak praktik relaksasi, dan belajar untuk lebih berikhlas diri.

Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Separation Anxiety untuk Working Moms, Yuk Coba!

Jika Moms dan Dads mengenal seseorang yang mengalami philophobia, cara yang dapat dilakukan untuk mendukung mereka adalah dengan menyadari bahwa kecemasan tersebut bukan kekhawatiran yang dibuat-buat.

Sebaiknya juga tidak memaksa penderita philophobia untuk merelakan perasaan jatuh cinta saat mereka belum siap. Jika perlu, ajaklah mereka mencari bantuan ahli profesional untuk membantu permasalahan mereka.

  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25413537/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4610618/
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/philophobia
  • https://www.healthline.com/health/philophobia
  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cognitive-behavioral-therapy/about/pac-20384610

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb