08 Januari 2018

Dibalik Gugatan Cerai dan Permohonan Hak Asuh Anak, Justru Hal Menyiksa Ini yang Dirasakan Anak Korban Perceraian

Anak-anak korban perceraian akan cenderung lebih pemarah, agresif, sering mengalami masalah pencernaan
Dibalik Gugatan Cerai dan Permohonan Hak Asuh Anak, Justru Hal Menyiksa Ini yang Dirasakan Anak Korban Perceraian

Perceraian merupakan hasil keputusan orang tua yang disebabkan oleh suatu konflik yang tak ditemukan jalan tengahnya. Perilaku anak dalam merespons perceraian bervariasi tergantung dari usia mereka saat peristiwa terjadi.

Keputusan untuk bercerai biasanya sudah bulat dan semakin mantap karena emosi dari kedua belah pihak. Orang tua sering tidak mementingkan keberadaan, perasaan dan masa depan dari buah hati jika mereka bercerai.

Perilaku buruk anak korban perceraian sangat mungkin dihubungkan sebagai konsekuensi karena ia telah menyaksikan pertengkaran orang tua dan berpikir bahwa hal tersebut sah-sah saja untuk dilakukan. Artikel ini akan membahas tentang perubahan sikap anak-anak korban perceraian sesuai dengan usia mereka.

Usia Bayi dan Balita

shutterstock 716634532
Foto: shutterstock 716634532

Usia di bawah 6 bulan merupakan saat penting dimana anak perlu memiliki rasa percaya terhadap orang tua. Buah hati membutuhkan pola pengasuhan yang baik dan perhatian lebih dari Mama maupun sang ayah.

Efek perceraian mungkin tidak akan terlalu terlihat pada bayi di usia tersebut. Salah satu tanda bayi yang tidak nyaman akan keadaan dan perilaku orang tua adalah rewel dan tidak mau makan.

Anak-anak mudah sekali merasa malu terutama saat mereka berusia sekitar 5 tahun. Perceraian orang tua tentu akan membuat mereka malu dan semakin menutup diri. Ketika orang tua bercerai, anak di usia ini akan kekurangan pendidikan tentang etika dan sopan santun yang seharusnya ditanamkan sedini mungkin.

Saat berumur 5 tahun, anak-anak akan sangat sulit menerima kenyataan saat harus berpisah dengan orang tua dan berujung pada pembentukan sikap yang memaksa dan takut bertemu orang lain.

Baca Juga : 5 Perilaku Orang Tua yang Mengganggu Psikologi Anak

Usia Remaja dan Dewasa

shutterstock 374731693
Foto: shutterstock 374731693

Semakin dewasa, pada saat remaja, anak-anak akan mulai mengerti bahwa ketidakhadiran orang tua disebabkan oleh perceraian. Ketika orang tua berpisah, anak-anak akan merasa adanya kekosongan dalam lingkungan keluarga. Mereka menyadari bahwa orang tua tidak berada di sampingnya bukan karena pekerjaan atau kematian.

Perpisahan kedua orang tua ini memang dilakukan secara sengaja. Kehidupan sekolah dan pertemanan mereka juga tidak akan berjalan lancar karena emosi yang tidak teratur.

Setelah bercerai, terkadang orang tua masih sesekali bertemu demi menjaga kondisi psikis buah hati. Tahukah Anda bahwa anak-anak yang semakin beranjak dewasa ini sebenarnya hanya membutuhkan perbaikan hubungan dari kedua orang tuanya?

Keadaan Emosional Anak Korban Perceraian

shutterstock 585751049
Foto: shutterstock 585751049

Ayah dan ibu yang berselisih menyebabkan rasa sakit hati dan kesedihan mendalam pada anak. Anak merasa takut kehilangan hubungan dengan salah satu orang tua secara permanen.

Anak-anak korban perceraian juga akan cenderung lebih pemarah, agresif, sering mengalami masalah pencernaan yang disebabkan karena perasaan tidak menentu. Di usia remaja, anak-anak akan merasa jauh lebih malu dibandingkan mereka yang masih kecil, namun lebih bisa menerima keputusan orang tua seiring dengan pemikirannya yang lebih matang.

Yang perlu digarisbawahi adalah perasaan takut, sakit hati dan sedih yang mendalam akan tetap menjadi hal yang dirasakan oleh semua anak korban perceraian.

Foto : Shutterstock

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb