20 Desember 2023

Tes Pendengaran Anak, Pentingkah untuk Dilakukan? Simak!

Cari tahu informasinya berikut ini ya, Moms
Tes Pendengaran Anak, Pentingkah untuk Dilakukan? Simak!

Tes pendengaran anak merupakan pemeriksaan umum untuk mengecek kondisi pendengaran Si Kecil.

Terlebih, memiliki pendengaran yang baik dapat memudahkan anak untuk bisa berkomunikasi, termasuk memahami bahasa lisan dan belajar berbicara.

Namun, karena suatu kondisi, ia bisa membutuhkan tes pendengaran anak.

Dalam Journal of American Medical Association, tujuan skrining dengan tes pendengaran anak adalah bentuk deteksi dini gangguan pendengaran untuk meningkatkan hasil perkembangan dan bahasa.

Gangguan pendengaran di masa kanak-kanak memiliki dampak buruk pada perkembangan global.

Khususnya dalam komunikasi dan kinerja pendidikan, tanpa memandang usia, jenis kelamin, etnis, atau status sosial ekonomi.

Ketahui lebih lanjut penjelasan tentang tes fungsi pendengaran anak berikut ini ya, Moms.

Baca Juga: 10+ Rekomendasi Obat Tetes Telinga Anak, Lengkap Aturan Pakai

Apakah Tes Pendengaran Anak Penting Dilakukan?

Tes Pendengaran Anak
Foto: Tes Pendengaran Anak (amplifon.com)

Menurut dr. Ashadi Budi, Sp. THT-KL, Dokter Spesialis THT (Telinga, Hidung & Tenggorokan), Kepala Leher RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, dilakukannya tes fungsi pendengaran pada anak ini tergantung dari usia anak.

"Seberapa penting tes fungsi pendengaran bagi anak, sebenarnya tergantung usia Si Kecil. Jika anak sudah bisa bicara, dan tidak ada keluhan apa-apa, pemeriksaan tidak perlu dilakukan," terangnya.

Lebih lanjut, dr. Ashani menyebutkan bahwa tes pendengaran anak perlu dilakukan bila terjadi keluhan.

"Pemeriksaan pendengaran perlu dilakukan saat anak memiliki keluhan seperti pendengaran menurun, atau pendengaran tidak nyaman, padahal pemeriksaan fisik telinga normal," lanjutnya.

Nah, tes pendengaran anak menjadi penting jika anak menunjukkan gangguan pada pendengarannya.

Apalagi, indra pendengaran berperan krusial dalam perkembangan komunikasi dan bahasa anak.

Tes ini perlu dilakukan sedini mungkin untuk mendeteksi gangguan pendengaran yang mungkin dialami oleh anak.

Gangguan pendengaran pada anak dapat memengaruhi kemampuan komunikasi, bahasa, dan interaksi sosialnya.

Dengan mendeteksi gangguan pendengaran secara dini, terapi dapat segera dilakukan untuk mengoptimalkan perkembangan anak.

Baca Juga: Waspada Telinga Bengkak dan Sakit Bisa Jadi karena Hal Ini!

Perlukah Tes Fungsi Pendengaran pada Bayi Baru Lahir?

Tes Pendengaran
Foto: Tes Pendengaran (independent.co.uk)

Mengutip Hear-it, melakukan tes fungsi pendengaran pada bayi baru lahir sebelum meninggalkan rumah sakit atau ruang bersalin adalah hal yang umum dilakukan.

Hal ini sebagai langkah penting mendiagnosis jika ada gangguan pendengaran anak sebelum usia 3 bulan.

"Jika bayi baru lahir, penting dilakukan skrining pendengaran, terutama bayi-bayi berisiko tinggi seperti bayi lahir prematur, bayi lahir dengan APGAR score rendah, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi dengan riwayat infeksi TORCH, dan lain-lain," kata dr. Ashani.

Selain itu, dr. Ashani menambahkan bahwa Si Kecil juga perlu mengikuti tes fungsi pendengaran ketika berusia 18 bulan hingga 2 tahun, tetapi belum sama sekali mengeluarkan kata celoteh, dan kata-kata lainnya.

Baca Juga: Serba-serbi Sakit Telinga Kiri, Waspada Infeksi Serius!

Apa Saja Jenis Tes Pendengaran Anak dan Bayi?

Bayi Baru Lahir
Foto: Bayi Baru Lahir (phescreening.blog.gov.uk)

Ada banyak jenis tes pendengaran anak, dan bisa disesuaikan dengan usia Si Kecil.

Beberapa tes dapat cocok dilakukan pada anak-anak untuk segala usia, sementara lainnya khusus untuk usia dan tahap perkembangan anak tertentu.

Mengutip Boston Children's Hospital, berikut ini jenis-jenis tes fungsi pendengaran bayi dan anak yang dilakukan.

1. Tes Pendengaran untuk Bayi Baru Lahir

Ada dua jenis utama tes pendengaran anak bayi baru lahir, yaitu Auditory Brainstem Response, dan Evoked Otoacoustic Emissions. Kedua tes ini tidak memberikan rasa sakit dan cepat dilakukan.

  • Auditory Brainstem Response (ABR) menggunakan elektroda (kabel) yang dilekatkan dengan perekat pada kulit kepala bayi. Tes ini mengukur aktivitas otak sebagai respons terhadap suara.
  • Evoked Otoacoustic Emissions (EOAE) adalah tes menggunakan colokan kecil dan fleksibel yang dimasukkan ke telinga bayi. Tes bisa dilakukan saat bayi tidur.

Dari dua tes ini, sebagian besar audiolog lebih menyukai tes ABR karena lebih mungkin untuk mendeteksi jenis gangguan pendengaran tertentu yang disebut auditory dys-synchrony, ketimbang tes EOAE.

Baca Juga: Auditory Processing Disorder, Gangguan Proses Pendengaran pada Anak

Tes pendengaran anak untuk bayi biasanya menggunakan tes yang sama digunakan pada bayi baru lahir.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb