30 Maret 2020

7 Fakta tentang Proses Melahirkan yang Tidak Banyak Diketahui

Proses melahirkan bukan hanya perihal kontraksi yang sakit. Banyak hal lainnya yang tidak Moms ketahui
7 Fakta tentang Proses Melahirkan yang Tidak Banyak Diketahui

Apa yang Moms bayangkan ketika mendengar kata 'proses melahirkan'? Hampir setiap calon ibu resah atas apa yang mungkin terjadi di ruang persalinan.

Terdapat beberapa hal terkenal yang terjadi selama persalinan seperti kontraksi, nyeri, dan pemberian epidural. Namun, ada juga beberapa peristiwa lain yang dapat terjadi dan mungkin itu tidak Moms sadari.

Beberapa di antaranya umum dan tidak berbahaya. Sementara beberapa hal lain kadang-kadang membutuhkan perawatan yang lebih mendesak.

Mulai dari vagina yang robek dan buang air besar saat proses melahirkan. Tentu tidak ada seorang perempuan pun yang menginginkannya.

Sebenarnya, tidak terlalu banyak hal yang bisa membuat persalinan Moms jauh lebih mendebarkan. Tapi bagaimanapun Moms tidak akan bisa membayangkannya sampai saatnya benar-benar tiba.

Fakta tentang Proses Melahirkan

Berikut ini adalah beberapa hal yang tidak banyak diketahui tetapi bisa terjadi saat proses melahirkan. Yuk simak fakta tentang proses melahirkan di bawah ini.

1. Mual dan Muntah

mual-dan-muntah.png
Foto: mual-dan-muntah.png (https://mumsgrapevine.com.au/2017/11/morning-sickness-good-sign/)

Foto: mumsgrapevine.com.au

Fakta tentang proses melahirkan yang pertama adalah mual dan muntah. Ternyata, mual dan muntah atau biasa disebut morning sickness bukan hanya terjadi saat Moms hamil pada usia kehamilan trimester pertama.

Mual dan muntah juga dapat terjadi selama proses melahirkan, terutama selama tahap aktif persalinan dan ketika Moms mendorong Si Kecil keluar.

"Ketika perempuan mendapatkan epidural, mereka dapat mengalami penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan muntah," kata Sherry Ross, MD, Spesialis Kandungan di Providence Health Center Saint John di Santa Monica, California.

Hal lain yang perlu Moms ketahui adalah kekhawatiran tentang makan selama proses melahirkan yang ditakuti jika ada gawat janin dan operasi caesar darurat yang diperlukan.

Memiliki makanan di perut dapat meningkatkan risiko aspirasi selama operasi.

Baca Juga: Ikuti 8 Tips Sukses Melahirkan Normal Ini

Aspirasi adalah kondisi di mana ada suatu benda yang masuk ke saluran pernapasan. Benda asing ini umumnya dapat berupa makanan, air liur, atau atau cairan perut saat Moms memuntahkan makanan.

2. Gerakan Usus yang Tidak Diinginkan

gerakan-usus.jpg
Foto: gerakan-usus.jpg (Orami Photo Stock)

Foto: womenfitnessmag.com

Fakta tentang proses melahirkan yang selanjutnya adalah adanya gerakan usus yang tidak diinginkan. Karena otot yang sama ketika digunakan saat buang kotoran atau buang air besar sedang digunakan selama proses melahirkan, Moms mungkin membiarkan satu kesalahan selama menjalani proses melahirkan itu dan tentu saja itu adalah hal yang normal.

Nita Landry, MD, Spesialis Kandungan yang berpengalaman hampir di seluruh negeri dan co-host The Doctor mengatakan adalah umum bagi perempuan untuk buang air besar selama proses melahirkan.

Itu sebenarnya tanda bahwa otot-otot yang digunakan untuk mendorong bayi keluar adalah otot-otot yang tepat.

Dia menjelaskan bahwa epidural yang membuat mati rasa pada bagian bawah tubuh Moms, dapat meningkatkan kemungkinan pergerakan usus yang tidak terkendali.

Maka jika Moms merasakan dorongan itu, silakan untuk melakukannya dan jangan segan untuk buang air besar.

"Ada penelitian baru yang menunjukkan buang air besar selama proses melahirkan dapat membantu bayi Anda terkena bakteri usus yang baik. Ini dapat memiliki manfaat kesehatan jangka panjang," tambah Dr. Landry.

3. Persalinan yang Butuh Waktu

menunggu-kelahiran.jpg
Foto: menunggu-kelahiran.jpg (https://www.npr.org/sections/health-shots/2018/10/09/655817377/when-giving-birth-for-the-first-time-push-away)

Foto: npr.org

Fakta tentang proses melahirkan yang selanjutnya adalah ersalinan membutuhkan waktu. Tahap proses melahirkan yang pertama meliputi fase laten (persalinan dini), fase aktif, dan fase transisi. Tetapi terkadang fase-fase ini tidak terjadi secepat yang seharusnya.

Fase laten yang berkepanjangan adalah ketika proses melahirkan berlangsung lebih dari 20 jam untuk perempuan yang pertama kali melahirkan dan lebih dari 14 jam jika bagi perempuan yang sudah pernah melahirkan.

"Persalinan laten yang berkepanjangan bisa melelahkan dan terkadang membuat frustasi calon ibu, tetapi jarang menyebabkan komplikasi dan tidak boleh menjadi indikasi untuk kelahiran sesar," ujar Dr. Landry.

Baca Juga: 7 Penyebab Persalinan Normal Tidak Bisa Dilakukan

4. Persalinan dengan Waktu yang Cepat

kelahiran.jpg
Foto: kelahiran.jpg (https://www.avawomen.com/avaworld/stages-of-labor/)

Foto: avawomen.com

Fakta tentang proses melahirkan yang selanjutnya adalah bisa juga terjadi persalinan dalam waktu cepat. juga bisa menjalani proses melahirkan dengan waktu yang cepat. Proses melahirkan yang cepat, terjadi ketika bayi datang kurang dari tiga jam setelah kontraksi masuk.

"Kebanyakan ibu baru mungkin melihat persalinan cepat sebagai hal yang positif, tetapi ada sejumlah kekhawatiran jika persalinan cepat terjadi," kata Dr. Landry.

Kekhawatiran utama adalah kurangnya waktu untuk sampai ke rumah sakit, sulit menerima obat penghilang rasa sakit, melahirkan di lingkungan yang tidak steril, dan tidak didampingi oleh dokter spesialis yang dibutuhkan atau ahlinya.

5. Robeknya Vagina

moms-vagina.png
Foto: moms-vagina.png (https://www.verywellfamily.com/fetal-positions-for-labor-and-birth-2759020)

Foto: verywellfamily.com

Fakta tentang proses melahirkan yang selanjutnya adalah adanya robekan pada vagina. Robek saat persalinan jika lubang vagina tidak cukup lebar adalah hal yang cukup umum. Biasanya terjadi di perineum, daerah antara vagina dan anus.

Dr. Landry mengatakan sekitar 90 persen perempuan mengalami robekan vagina selama persalinan. Menurut Royal College of Obstericians & Gyneacologists, ruptur perineum tingkat 1 hanya mengenai lapisan kulit yang biasanya sembuh dengan cepat dan tanpa perawatan. Ruptur perineum tingkat 2 memengaruhi otot perineum dan kulit. Ini biasanya membutuhkan jahitan.

Untuk beberapa wanita (3,5 dari 100) ruptur perineum terjadi lebih dalam. Robekan tingkat ketiga atau keempat, juga dikenal sebagai cedera sfingter anal obstetrik (OASI), meluas ke otot yang mengontrol anus (sfingter anal).

Ruptur perineum ini lebih dalam dan tidak jarang perlu diperbaiki di ruang operasi.

Ruptur perineum tingkat 1-2 hanya dapat menyebabkan sedikit ketidaknyamanan selama beberapa minggu, tetapi ruptur perineum tingkat 3-4 mungkin membutuhkan waktu lebih dari beberapa minggu untuk sembuh.

"Dalam beberapa kasus, dokter Anda mungkin harus melakukan episiotomi atau sayatan bedah untuk memperbesar lubang vagina," katanya seperti dikutip dari Parents.com.

Kejadian ini memang tidak terlalu umum, tetapi mungkin dilakukan jika bahu bayi terjebak di belakang tulang panggul (distosia bahu), jika mereka dalam kesulitan, atau jika Moms membutuhkan proses melahirkan dengan bantuan forcep.

Pertolongan dengan jahitan akan membantu memperbaiki perineum yang robek.

6. Robek Rektum

robek-rektum.jpg
Foto: robek-rektum.jpg (http://www.essentialbaby.com.au/pregnancy/prepare-for-baby/labour-and-birth-the-partners-role-20080506-2biu)

Foto: essentialbaby.com.au

Fakta tentang proses melahirkan yang selanjutnya adalah adanya robekan pada rektum. Proses melahirkan yang Moms jalani juga bisa merobek rektum, sejenis ruptur perineum tingkat 4 saat Moms mendorong Si Kecil keluar dari rahim.

"Ada saat-saat tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk mencegah robekan tingkat empat. Untungnya, ini adalah robekan vagina yang paling jarang terjadi selama proses melahirkan dengan cara normal atau lewat vagina," kata Dr. Ross.

Salah satu cara untuk mengurangi robekan ke dalam rektum adalah dengan mengompres hangat perineum selama fase persalinan. Selain itu Moms juga bisa mencoba melakukan pijatan.

Menurutnya, pijat perineum umumnya dilakukan untuk membantu mencegah robekan saat proses melahirkan dengan normal.

Sering memijat pangkal vagina dengan minyak atau pelumas berbahan dasar air dianggap melembutkan jaringan sehingga lebih kenyal dan meningkatkan fleksibilitasnya.

7. Retensio Plasenta

plasenta-retensio.jpg
Foto: plasenta-retensio.jpg (https://www.medicanalife.com/childbirth-labor-delivery-and-placenta)

Foto: medicanalife.com

Fakta tentang proses melahirkan yang selanjutnya adalah masih ada retensio plasenta setelah Si Kecil lahir. Setelah Si Kecil hadir ke dunia, Moms mungkin berpikir itu sudah berakhir. Tetapi itu tidak sepenuhnya benar.

Dr. Landry mengatakan adalah normal ketika kembali mengalami kontraksi untuk melanjutkan postpartum, karena tubuh ibu perlu mengeluarkan plasenta dari rahim. Kontraksi juga diperlukan untuk mengurangi jumlah perdarahan postpartum.

"Pengiriman plasenta saat proses melahirkan sering terjadi dengan sendirinya dalam 30 menit pertama setelah melahirkan. Plasenta terpisah dari dinding rahim dan didorong keluar dengan kontraksi. Jika tidak terjadi secara otomatis, fenomena ini disebut retensio plasenta," ujarnya.

Baca Juga: Baik untuk Ibu dan Bayi, Ini 8 Kelebihan Persalinan Normal

Itulah beberapa fakta tentang proses melahirkan yang tidak banyak diketahui. Dengan mengetahuinya, Moms bisa lebih mempersiapkan diri.

(RIE/ERN)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb