04 Maret 2022

Kenali Oligohidramnion, Kondisi Saat Air Ketuban Terlalu Sedikit

Tanda-tandanya sering tak disadari
Kenali Oligohidramnion, Kondisi Saat Air Ketuban Terlalu Sedikit

Melansir informasi dalam Cleveland Clinic, cairan ketuban yang kurang dari normal atau oligohidramnion mempengaruhi 4% wanita hamil.

Ini paling umum terjadi dalam 3 bulan terakhir menjelang persalinan.

Namun, angka tersebut dapat meningkat menjadi sekitar 12% apabila melewati hari perkiraan melahirkan.

Lantas, apakah ini bisa diketahui dari tanda-tanda yang dirasakan? Yuk, ketahui lebih lanjut, Moms!

Definisi Oligohidramnion

Waspada Oligohidramnion Bisa Mengancam Jiwa.jpg
Foto: Waspada Oligohidramnion Bisa Mengancam Jiwa.jpg (Howitworksdaily.com)

Foto: Orami Photo Stocks

Di masa kehamilan, ibu hamil bisa mengalami kondisi di mana cairan ketuban lebih rendah.

Kadar cairan ketuban ini tidak sesuai dengan usia kehamilan bayi pada bulan tertentu.

Kondisi cairan ketuban yang rendah ini dinamakan sebagai oligohidramnion.

Fungsi air ketuban adalah cairan yang melindungi bayi di dalam kandungan selama kehamilan.

"Cairan ketuban ini memiliki banyak fungsi penting dan vital untuk perkembangan janin yang sehat," jelas dr. Putri Deva Karimah, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah - Pondok Indah.

Apabila air ketuban tidak memenuhi kadar normal, ini dapat mempengaruhi kondisi janin dan juga ibu hamil itu sendiri.

Baca Juga: Bayi Baru Lahir Sering BAB, Normalkah?

Tanda-Tanda Oligohidramnion

Tanda Oligohidramnion dan Resikonya 3.jpg
Foto: Tanda Oligohidramnion dan Resikonya 3.jpg (Parenting.com)

Foto: Orami Photo Stocks

Biasanya, seorang wanita hamil tidak menyadari bahwa air ketuban mulai menurun atau rendah.

Namun, ada gejala lain yang bisa dilihat dari oligohidramnion yakni seperti:

  • Merasakan adanya cairan keluar dari vagina
  • Rahim berukuran kecil.
  • Bayi tidak aktif bergerak
  • Berat badan tidak bertambah
  • Riwayat cairan ketuban rendah sebelumnya

Dalam Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik di Universitas Sam Ratulangi Manado, disebutkan bahwa penurunan volume cairan ketuban atau oligohidramnion bisa memberikan dampak kesehatan pada bayi.

Sejumlah risiko kesehatan yang bisa terjadi yakni meliputi:

  • Menurunnya denyut jantung janin
  • Cairan ketuban dengan mekonium (feses janin)
  • Persalinan caesar
  • Skor Apgar rendah di menit pertama
  • Berat badan lahir <2500 gram
  • Perawatan bayi di NICU

Namun, tak semua kasus seperti ini diharuskan untuk operasi caesar sebagai metode persalinan yang diambil.

Baca Juga: 9 Cara Memperbanyak Air Ketuban hingga Akhir Kehamilan, Ampuh!

Faktor Penyebab Oligohidramnion

Pelajari Oligohidramnion Saat Hamil 3.jpg
Foto: Pelajari Oligohidramnion Saat Hamil 3.jpg (https://www.ogpnews.com/)

Foto: Orami Photo Stock

Sering menjadi pertanyaan apakah faktor penyebab seseorang bisa mengalami air ketuban rendah?

Biasanya, beberapa riwayat penyakit yang diderita terkadang jadi penyebab umum. Berikut sejumlah penyebab oligohidramnion, antara lain:

1.Gangguan Plasenta

Plasenta adalah organ yang menempel di dinding rahim sejak awal kehamilan.

Namun terkadang, ibu hamil bisa mengalami gangguan plasenta yang memicu air ketuban rendah.

Yang tadinya fungsi plasenta sebagai sumber nutrisi untuk bayi, ini malah membahayakan kondisinya.

Tak heran jika ini menjadi penyebab oligohidramnion pada ibu hamil.

2. Melewati HPL

Penyebab Oligohidramnion.jpg
Foto: Penyebab Oligohidramnion.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Melewati HPL (Hari Perkiraan Lahir) memicu kadar air ketuban dalam perut berangsur menurun.

Biasanya terjadi apabila melewati perkiraan lahir sekitar 2 minggu lamanya.

Apabila ini terjadi, dokter biasanya akan merangsang obat-obatan untuk memicu kontraksi.

Beberapa kondisi diperlukan operasi caesar apabila usia kehamilan sudah terlalu tua.

3. Preeklamsia

Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat kehamilan. Hipertensi ini mempengaruhi fungsi dan kadar cairan ketuban dalam perut.

Biasanya dimulai setelah usia kehamilan 20 minggu ataupun menjelang persalinan.

Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal, bagi ibu maupun bayi. Gejalanya bahkan tidak terasa dan harus melakukan pemeriksaan untuk mengetahuinya.

Baca Juga: Sakit Perut Saat Hamil, Ini 10+ Penyebab dan Cara Mengatasinya

4. Ketuban Pecah

Bocor Air Ketuban Saat Hamil, Pelajari di Sini!.jpg
Foto: Bocor Air Ketuban Saat Hamil, Pelajari di Sini!.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Ketuban pecah saat hamil adalah kondisi yang sering dialami wanita pada umumnya.

Hal inilah yang membuat kadar air ketuban semakin sedikit tanpa disadari.

Adanya cairan yang keluar dari vagina ini umumnya berwarna jernih dan teksturnya air.

Segera datangi dokter terdekat apabila merasakan tanda-tanda ketuban pecah ya, Moms.

5. Diabetes

Riwayat penyakit seperti diabetes pun bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin.

Salah satunya menyebabkan oligohidramnion menjelang persalinan.

Kadar gula darah yang tinggi pun dapat menyebabkan penumpukan cairan ketuban yang berlebihan.

Risiko lain yang bisa terjadi termasuk persalinan prematur, tekanan darah tinggi, atau preeklampsia.

Baca Juga: Bukan Dihukum, Tengok 13 Cara Mendidik Anak Keras Kepala

Penanganan Oligohidramnion di Akhir Kehamilan

cairan ketuban rendah-1
Foto: cairan ketuban rendah-1 (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Menurut dr. Putri, pemeriksaan diperlukan untuk mengetahui jumlah cairan ketuban di dalam rahim.

Dikenal dengan amniosentesis, ini untuk melihat cairan ketuban terlalu sedikit atau banyak yang bisa menimbulkan komplikasi kehamilan.

Untuk penanganannya bisa bervariasi yakni dengan beberapa pilihan di bawah ini:

1. Induksi Obat

Dalam kasus kurangnya air ketuban saat trimester 3, penanganannya dapat bermacam-macam.

"Tidak semua tata laksananya harus dioperasi caesar, bisa juga dilakukan induksi dengan obat apabila ada kondisi yang mengharuskan janin untuk segera dilahirkan," jelas dr. Putri.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan tidak ada kontraindikasi suatu kondisi atau faktor untuk mencegah tindakan medis tertentu.

2. Pemantauan Janin

Tanda Janin Kekurangan Oksigen.jpg
Foto: Tanda Janin Kekurangan Oksigen.jpg (https://mom365.com/)

Foto: Orami Photo Stock

"Hal ini tergantung dari penyebab jumlah cairan ketuban berkurang. Pada umumnya, semakin besar usia kehamilan, tentu jumlah air ketuban akan berkurang," lanjut dr. Putri.

Menurut American Pregnancy Association, perawatan untuk cairan ketuban yang rendah didasarkan pada usia kehamilannya.

Jika belum cukup bulan untuk melakukan persalinan, dokter akan memantau dengan sangat cermat.

Ini bisa dilakukan tes seperti non-stress dan contraction stress test untuk memantau aktivitas janin.

Baca Juga: Perkembangan Janin dan Fakta-fakta Trimester 3, Bumil Harus Tahu!

3. Operasi Caesar

Operasi caesar perlu memerhatikan beberapa faktor, baik dari kondsi ibu ataupun janin.

Biasanya persalinan caesar dapat ditempuh apabila ketuban pecah lebih dari 48 jam dan warna ketuban hijau dan berbau.

Hal ini sehingga tidak bisa dilakukan dengan induksi obat-obatan.

Begitu juga apabila ada tanda-tanda infeksi pada janin yang mengharuskan pertolongan cepat. Ini juga meliputi posisi kepala janin yang tak proposional untuk melahirkan pervaginam.

"Faktor-faktor tersebut adalah contoh beberapa indikasi atau keharusan ibu hamil untuk dilakukan operasi caesar. Ini tidak masuk kategori yang dapat lahir normal dengan atau tanpa induksi," jelas dr. Putri.

Jadi dengan kata lain, tidak semua kasus jumlah cairan ketuban berkurang maka ibu hamil harus dioperasi.

Ini semua kembali lagi bergantung dari apa yang menyebabkan oligohidramnon terjadi pada kehamilan. Apakah Moms pernah mengalami kondisi ini di kehamilan sebelumnya?

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22179-oligohydramnios
  • https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/9100/8672
  • https://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/oligohydramnios/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb