22 November 2022

Penyebab dan Jenis Halusinasi yang Bisa Menandakan Penyakit Mental

Halusinasi bisa menjadi tanda penyakit mental sehingga perlu segera diatasi
Penyebab dan Jenis Halusinasi yang Bisa Menandakan Penyakit Mental

Moms sudah cukup familier dengan istilah halusinasi, bukan?

Menurut National Health Service, halusinasi adalah keadaan ketika seseorang melihat, mendengar, mencium, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak nyata.

Halusinasi ini disebabkan banyak hal yang berbeda.

Misalnya, halusinasi terjadi sebagai salah satu gejala penyakit mental dan gangguan saraf, seperti skizofrenia serta Alzheimer.

Tak hanya itu, halusinasi juga mungkin disebabkan efek dari mengonsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol dan kehilangan penglihatan.

Hal ini bisa saja disebabkan kondisi seperti degenerasi makula (sindrom Charles Bonnet).

Penderita halusinasi perlu mendapatkan perawatan oleh profesional dengan segera.

Hal ini karena halusinasi dapat membuat penderitanya merasa gugup, paranoid, dan ketakutan.

Sehingga, penting untuk mendapatkan dukungan dari seseorang yang dapat dipercayai atau dari para ahli.

Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai halusinasi dan cara mengobatinya, Moms.

Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Kesehatan Mental yang Perlu Kita Kenal

Penyebab Halusinasi

Sakit Kepala
Foto: Sakit Kepala (Orami Photo Stocks)

Melansir WebMD, penyebab paling umum yang mendasari seseorang mengalami halusinasi, antara lain:

1. Skizofrenia

Lebih dari 70% penderita penyakit ini mengalami halusinasi visual, dan 60% -90% menderita halusinasi dalam bentuk mendengar suara.

Beberapa penderita mungkin juga mengalami halusinasi penciuman dan merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

2. Penyakit Parkinson

Sebanyak setengah dari orang yang mengalami kondisi ini terkadang melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

3. Penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari demensia, terutama Lewy Body Dementia

Penyakit ini akan menyebabkan perubahan di otak yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi.

Penyakit demensia biasanya lebih mungkin terjadi pada orang yang berusia lanjut.

3. Migrain

Sekitar sepertiga orang dengan sakit kepala jenis ini juga memiliki "aura", sejenis halusinasi visual. Halusinasi ini bisa terlihat, seperti cahaya bulan sabit warna-warni.

3. Tumor otak

Bergantung pada tempatnya, tumor otak dapat menyebabkan berbagai jenis halusinasi.

Jika berada di area yang berkaitan dengan penglihatan, penderitanya mungkin melihat hal-hal yang tidak nyata.

Pasien tumor otak juga mungkin akan melihat bintik atau bentuk cahaya.

Selain itu, tumor di beberapa bagian otak dapat menyebabkan halusinasi penciuman dan perasa.

Baca Juga: Yuk Kenali Apa Saja Penyebab Tumor Otak, Penyakit yang Diderita Ibu Tya Ariestya

4. Sindrom Charles Bonnet

Kondisi ini menyebabkan orang dengan masalah penglihatan seperti degenerasi makula, glaukoma, atau katarak mengalami halusinasi berupa melihat sesuatu.

Pada awalnya, penderita Sindrom Charles Bonnet mungkin tidak menyadari bahwa hal ini merupakan sebuah halusinasi.

Tetapi pada akhirnya, mereka akan menyadari bahwa apa yang dilihatnya itu tidak nyata.

5. Epilepsi

Kejang yang menyertai gangguan ini dapat membuat penderitanya lebih mungkin mengalami halusinasi.

Jenis halusinasi yang dialami tergantung pada bagian otak mana yang terkena kejang.

6. Pengaruh obat-obatan dengan zat tertentu

Menurut Healthline, penggunaan obat-obatan atau zat adalah penyebab halusinasi lain yang cukup umum.

Beberapa orang mungkin akan melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada di sana setelah minum terlalu banyak alkohol atau menggunakan obat-obatan seperti kokain.

Obat halusinogen seperti LSD dan PCP juga dapat menyebabkan Moms berhalusinasi.

Baca Juga: Ingat! 5 Hal Ini Wajib Ditanyakan Saat Ingin Beli Obat

7. Kurang tidur

Kurang tidur juga bisa menyebabkan halusinasi, lho!

Moms mungkin lebih rentan terhadap halusinasi jika tidak tidur selama beberapa hari atau tidak cukup tidur dalam jangka waktu yang lama.

Halusinasi juga bisa terjadi sebelum tidur, yang dikenal sebagai halusinasi hipnagogik.

Ada juga halusinasi yang muncul sebelum bangun tidur, yang dikenal sebagai halusinasi hipnopompik.

8. Kondisi lain

Kondisi lain juga bisa menyebabkan halusinasi. Dalam hal ini, kondisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, antara lain:

  • Demam tinggi, terutama pada anak-anak dan orang tua
  • Migrain
  • Isolasi sosial, terutama pada orang dewasa yang lebih tua
  • Kejang
  • Tuli, kebutaan, atau masalah penglihatan
  • Epilepsi (dalam beberapa kasus, serangan epilepsi dapat menyebabkan penderitanya melihat bentuk berkedip atau bintik terang)
  • HIV (AIDS) stadium 3, kanker otak, atau gagal ginjal dan hati.

Baca Juga: Mengenal Toxic Positivity yang Buruk Bagi Kesehatan Mental

Jenis-Jenis Halusinasi

Halusinasi
Foto: Halusinasi (iStock)

Halusinasi dapat memengaruhi seluruh panca indera.

Seperti penjelasan di atas, halusinasi bisa menyebabkan penderitanya melihat, mendengar, merasakan, mencium, atau bahkan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.

Lebih lanjut, berikut jenis-jenis halusinasi:

1. Halusinasi Pendengaran

Pada jenis halusinasi ini, Moms mungkin akan mendengar suara namun suara tersebut tidak bisa didengar orang lain.

Jenis suaranya beragam, seperti musik tau juga orang berbicara.

Moms juga mungkin dapat merasa yakin bahwa pernah mendengar suara yang familiar, seperti pintu dibuka atau bel pintu berdering.

Penyebab jenis halusinasi ini biasanya karena beberapa hal, seperti:

  • Skizofrenia
  • Gangguan bipolar
  • Psikosis
  • Gangguan kepribadian ambang
  • Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
  • Kehilangan pendengaran
  • Gangguan tidur
  • Lesi otak
  • Efek dari penggunaan obat tertentu

Baca Juga: Ketahui Gejala dan Cara Efektif untuk Mengatasi PTSD

2. Halusinasi Taktil

Halusinasi jenis ini terjadi ketika Moms berpikir bahwa seseorang atau sesuatu menyentuh diri Moms atau ruang di sekitar.

Halusinasi taktil bisa terjadi dalam situasi ramai atau bahkan ketika tidak ada orang di sekeliling Moms.

Beberapa penyebab yang mendasari halusinasi taktil, meliputi skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Selain itu, halusinasi taktil juga bisa terjadi akibat delirium tremens, konsumsi alkohol, penyakit Alzheimer, Lewy Body Dementia, atau penyakit Parkinson.

Baca Juga: Gejala dan Pengobatan Gangguan Mental Delusional

3. Halusinasi Penciuman

Moms mungkin akan merasa sedang mencium sesuatu, seperti asap, atau merasakan sesuatu yang belum pernah dimakan saat halusinasi jenis ini terjadi.

Dalam halusinasi jenis ini, Moms mungkin mengira bau itu berasal dari sesuatu di lingkungan sekitar atau berasal dari tubuh diri sendiri.

Penyebabnya halusinasi yang terjadi pada indera penciuman ini beragam.

Misalnya, karena cedera kepala, kejang lobus temporal, sinus yang meradang, tumor otak, atau penyakit Parkinson.

Baca Juga: 7+ Cara Membersihkan Hidung Bayi yang Paling Aman Menurut Dokter Anak, Yuk Coba!

4. Halusinasi Visual

Pada halusinasi jenis ini, Moms mungkin akan mengalami bahwa Moms sedang melihat orang-orang, terutama kerabat, hewan, atau bahkan serangga, yang sebenarnya tidak ada di kehidupan nyata.

Jika pernah mengalami halusinasi visual, kemungkinan besar Moms akan dapat mendeskripsikan sesuatu yang telah dilihat secara mendetail.

Penyebab yang mungkin mendasari terjadinya halusinasi visual ialah:

  • Iritasi di korteks visual (salah satu bagian otak yang membantu dalam sistem penglihatan)
  • Kerusakan jaringan otak (dokter akan menyebutnya lesi)
  • Skizofrenia
  • Gangguan skizoafektif
  • Depresi
  • Gangguan bipolar
  • Delirium (dari infeksi, penggunaan dan penarikan obat, atau masalah tubuh dan otak)
  • Demensia
  • Penyakit Parkinson
  • Kejang
  • Migrain
  • Gangguan tidur
  • Pengaruh obat tertentu
  • Masalah metabolisme,
  • Penyakit Creutzfeldt-Jakob

5. Ilusi

Ini adalah jenis halusinasi yang berbeda. Ketika mengalami ilusi, Moms akan melihat hal-hal nyata dengan cara yang berbeda dari penampilannya dalam kehidupan nyata.

Misalnya, pola pada karpet dan wallpaper mungkin tampak seperti bergerak, atau mantel yang tergantung di pintu mungkin terlihat seperti orang.

Baca Juga: 4 Manfaat Anak Punya Teman Khayalan, Jangan Langsung Khawatir!

Diagnosis dan Pengobatan Halusinasi

Konsultasi Psikolog
Foto: Konsultasi Psikolog (beginningstreatment.com)

Ketika seseorang mengalami halusinasi, mereka harus segera mencari bantuan. Mengingat halusinasi bisa menjadi suatu tanda penyakit fisik atau penyakit psikologi.

Menurut GoodTherapy, jalannya pengobatan tergantung pada penyebab halusinasi.

Perawatan biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah kondisi medis, seperti demam tinggi berkontribusi pada halusinasi.

Kemudian, mereka akan bertanya tentang gejala halusinasi yang dialami.

Dokter mungkin perlu melakukan tes untuk membantu mencari tahu masalahnya.

Misalnya, EEG, atau electroencephalogram, memeriksa pola aktivitas listrik yang tidak biasa di otak. Cara ini bisa menunjukkan apakah halusinasi disebabkan oleh kejang.

Tak hanya sampai disitu, dokter mungkin akan melakukan MRI, atau pencitraan resonansi magnetik, yang menggunakan magnet kuat dan gelombang radio untuk membuat gambar bagian dalam tubuh.

Prosedur ini dapat mengetahui apakah tumor otak atau sesuatu yang lain, seperti area yang mengalami stroke ringan, bisa menjadi penyebab terjadinya halusinasi.

Baca Juga: Mengenal Medulloblastoma, Tumor Otak Ganas Pada Anak

Ketika halusinasi disebabkan oleh penghentian penyalahgunaan obat-obatan atau zat tertentu, kombinasi perawatan medis dan psikiatri seringkali diperlukan.

Sementara pada halusinasi yang disebabkan oleh kondisi kesehatan mental, biasanya akan diobati dengan obat antipsikotik.

Pada beberapa orang yang mengalami halusinasi dan berpartisipasi dalam terapi.

Biasanya terapis akan membantu pasien untuk mengeksplorasi asal-usul dan implikasi dari halusinasi.

Selain itu, pasien akan mempelajari strategi koping untuk mengelola halusinasi mereka tanpa pengobatan.

Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi perilaku kognitif, yang berfokus pada perubahan dalam pemikiran dan perilaku sehingga pasien dapat mengelola gejala mereka dengan lebih baik.

Dalam beberapa kasus lainnya, orang yang mengalami halusinasi mungkin resisten terhadap pengobatan

Terutama jika penderitanya tidak mengenali halusinasi yang dialami sebagai suatu hal palsu.

Atau, bila halusinasi tersebut menunjukkan bahwa seorang praktisi medis dan terapis mencoba untuk menyakiti diri mereka.

Baca Juga: Kapan Anak Membutuhkan Terapi Kesehatan Psikis?

Jadi, penting juga bagi pasien untuk mencari dukungan dari keluarga, kerabat dekat, atau komunitas terkait.

Dengan demikian, proses pengobatan halusinasi bisa berlangsung optimal dan keluhan dapat segera sembuh total.

  • https://www.nhs.uk/mental-health/feelings-symptoms-behaviours/feelings-and-symptoms/hallucinations-hearing-voices/
  • https://www.webmd.com/schizophrenia/what-are-hallucinations
  • https://www.healthline.com/health/hallucinations#causes
  • https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/hallucination

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb