26 Oktober 2021

Kisah Ibu Nabi Musa, Rela Berpisah Demi Keselamatan Anaknya

Jarang diketahui, ini kisah ibu Nabi Musa dan kakak perempuannya
Kisah Ibu Nabi Musa, Rela Berpisah Demi Keselamatan Anaknya

Selain berfokus dalam kisah hidupnya yang penuh tantangan, ada juga cerita mengenai ibu Nabi Musa. Sebab sejak sebelum lahir ke dunia, Nabi Musa juga merasakan kekuatan kepasrahan dari ibunya.

Menurut penelitian Al-Qolam Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan dalam kisah Nabi Musa, banyak sekali nilai dan pelajaran yang luar biasa terutama dalam cara menghadapi keterpurukan.

Dari hasil penelitian, terungkap bahwa nilai pendidikan Adversity Quotient yang terkandung dalam kisah Nabi Musa dalam Alquran adalah nilai kesabaran, optimisme dan pantang menyerah, jiwa yang agung dan juga jihad.

Baca Juga: Kisah Nabi Musa, Bisa Dijadikan Dongeng Pengantar Tidur untuk Anak!

Mengenal Ibu Nabi Musa dan Kakak Perempuannya

Ibu Nabi Musa -1.jpg
Foto: Ibu Nabi Musa -1.jpg

Foto: Cteenconnection.com

Sebenarnya, nama ibu Nabi Musa masih diperdebatkan para ulama. Ada yang mengatakan Mihyanah binti Yashar bin Lawi, Yukhabidz binti Lawi bin Ya’qub, Yuhanidz, Yarikha, ada pula yang mengatakan Yarikhat.

Perbedaan pendapat ini disebabkan karena baik di dalam Alquran maupun hadis tidak disebutkan secara jelas nama ibu Nabi Musa. Namun, Yukabad adalah nama yang paling sering muncul.

Ibu Nabi Musa ini terlahir dan tumbuh di Mesir. Dia tergolong perempuan mulia dilihat dari nasab dan budi pekertinya. Dia menikah dengan Imran bin Qahat bin Lawi bin Ya’qub.

Sedangkan saudara perempuan Nabi Musa bernama Maryam binti Imran, sama seperti nama Maryam ibu Nabi Isa. Namun, ada juga yang berpendapat namanya adalah Kultsumah atau Kultsum.

Nama Maryam berasal dari kata ‘mar’ dalam bahasa Ibrani berarti ‘air’. Kehidupannya memiliki asosiasi yang kuat dengan air.

Yaitu saat memantau bayi Musa di Sungai Nil, juga saat memimpin kaum perempuan menyeberangi Laut Merah bersama Musa dan umatnya.

Kisah tentang ibu Nabi Musa dan saudara perempuannya hanya disebutkan dua kali di dalam Alquran. Pertama terdapat di dalam Surat Thaha:

“Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain. Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan.

Yaitu: ‘Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu akan membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya; Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.

(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir’aun): ‘Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan,” (QS Thaa-Haa: 36-40).

Dan yang kedua adalah terdapat di dalam Surat Al-Qashash: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, ‘Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau khawatir, dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) rasul’.

Maka dia dipungut oleh keluarga Fir’aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir’aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan istri Fir’aun berkata, ‘(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,’ sedang mereka tidak menyadari.

Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).

Dan dia (ibu Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, ‘Ikutilah dia (Musa).’ Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya.

dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudara Musa), ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?’

Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya,” (QS Al-Qashash: 8-13).

Baca Juga: Kisah Nabi Adam: Manusia dan Nabi Pertama yang Diciptakan oleh Allah SWT

Kisah Ibu Nabi Musa dan Kakak Perempuannya dalam Menjaganya

Ibu Nabi Musa -2.jpg
Foto: Ibu Nabi Musa -2.jpg

Foto: Believetrust.com

Kisah ketegaran ibu Nabi Musa dan ketaatan kakak perempuannya tergambar jelas bahkan sebelum nabi Allah tersebut dilahirkan.

Sebab, Nabi Musa lahir pada masa kekuasaan Raja Fir’aun saat raja tersebut memerintahkan jika ada bayi laki-laki yang lahir, maka harus dikubur hidup-hidup.

Meski banyak bayi laki-laki yang lahir langsung dikubur hidup-hidup, Allah SWT menghendaki Nabi Musa tetap hidup hingga diangkat menjadi Rasul Ulul Azmi.

Sebagai seorang ibu, tentu dirinya tidak tega bila melihat anaknya sendiri di kubur hidup-hidup di depan matanya.

Yukabad gelisah karena dia juga mengandung dan segera melahirkan. Setelah melahirkan dan tahu anaknya laki-laki, Yukabad rela berpisah dari Musa karena khawatir putranya akan dibunuh Raja Firaun.

Setelah menyembunyikan beberapa waktu, da semakin khawatir akan ketahuan karena bayi itu semakin tumbuh besar.

Di saat seperti itu, Allah SWT memberikan pertolongan dengan mengilhamkan kepada Yukabad agar sang putra dihanyutkan ke Sungai Nil.

Dia merasa perlu berbuat sesuatu setelah Allah SWT mengilhamkan hal tersebut. Akhirnya dia membuat sebuah peti tertutup dan memasukkan Musa ke dalam sana.

Peti itu diletakkan di dalam keranjang, lalu dihanyutkan mengikuti aliran sungai sementara air matanya terus bercucuran.

Baca Juga: Kisah Nabi Nuh yang Perlu Diceritakan Agar Bisa Diteladani Anak

Walau begitu karena terlalu cemas, dia meminta putrinya yang bernama Maryam untuk mengikuti peti tersebut yang hanyut terbawa aliran sungai.

Di tengah perjalanannya, bayi tersebut ditemukan oleh istri Firaun. Dia bersimpati pada bayi yang tidak diketahui asalnya itu dan mengangkatnya sebagai anak.

Saat sang adik ditemukan oleh istri Firaun, Maryam masih mengawasinya. Dia mengetahui bahwa adiknya menolak disusui istri Firaun, Asiyah, dan mencari wanita di seluruh Mesir untuk menyusuinya.

Musa tetap tak mau disusui, sampai akhirnya Maryam mendatangi istri Firaun dan berkata bahwa ada perempuan yang mungkin bisa menyusui bayi tersebut.

Asiyah setuju dan memintanya memanggil sosok yang dimaksud ke hadapannya. Di sinilah ibunya bertemu dengan Nabi Musa.

Dia menyadari bahwa janji Allah adalah nyata, dan bahkan tak perlu menunggu hingga bertahun-tahun untuk dipertemukan kembali dengan anaknya, menyusui dan merawatnya sampai dewasa.

Inilah kisah mengenai ketegaran ibu Nabi Musa dan juga ketaatan kakak perempuannya yang bisa diambil hikmahnya.

  • https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam/article/view/9
  • https://bincangsyariah.com/nisa/kisah-ibu-dan-saudara-perempuan-nabi-musa/
  • https://nyamankubro.com/ibu-nabi-musa/
  • https://www.poskata.com/pena/kisah-ibu-nabi-musa/
  • https://www.qudusiyah.org/id/blog/2017/07/14/mengenal-miryam-kakak-perempuan-musa-a.s/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb