21 Maret 2024

Legenda Sangkuriang, Kisah di Balik Adanya Tangkuban Perahu

Yuk, Moms, bacakan cerita Sangkuriang yang berasa dari Jawa Barat ini!
Legenda Sangkuriang, Kisah di Balik Adanya Tangkuban Perahu

Moms mungkin pernah mendengar cerita dan dongeng mengenai Sangkuriang dari Jawa Barat.

Sangkuriang adalah legenda di kalangan masyarakat Sunda yang menceritakan tentang terciptanya Gunung Tangkuban Parahu.

Legenda ini menceritakan kisah seorang pemuda yang jatuh cinta pada ibunya sendiri.

Naskah cerita Sangkuriang pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-15 di atas daun palem milik Bujangga Manik.

Cerita yang asli ditulis dalam bahasa Sunda kuni dan kini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Seiring perkembangan zaman, kisah Sangkuriang berkembang menjadi cerita dan juga dongeng.

Perbedaan cerita asli dan dongeng memang tidak terlalu banyak perbedaannya Moms.

Hanya saja, dongeng dibuat lebih menyenangkan dibanding cerita yang asli.

Yuk, Moms simak cerita dan dongeng Sangkuriang berikut ini!

Baca Juga: 8 Rekomendasi Pasta Gigi yang Mengandung Fluoride Terbaik

Cerita Sangkuriang

Cerita Sangkuriang (Pinterest.com)
Foto: Cerita Sangkuriang (Pinterest.com)

Pada suatu hari di Svargaloka, sepasang dewa dan dewi melakukan dosa yang mengerikan.

Sebagai hukuman, Batari Sunan Ambu seorang dewi tertinggi sekaligus ratu kahyangan dalam mitologi Sunda mengusir mereka dari Svargaloka dan menjelma ke bumi sebagai hewan.

Saat tiba di bumi, sang dewa berubah seekor anjing bernama Tumang, sedangkan dewi menjadi babi hutan bernama Celeng Wayungyang.

Suatu hari seorang raja Sunda pergi ke hutan untuk berburu tetapi kemudian tersesat dan terpisah dari pengawalnya.

Raja buang air kecil di semak-semak dan air seninya secara tidak sengaja terkumpul di batok kelapa yang sudah kering.

Celeng Wayungyang yang kebetulan ada di sekitarnya meminum air seni raja untuk menghilangkan dahaga.

Tanpa sepengetahuannya, air seni ia minum mengandung sedikit sperma dan membuat Celeng Wayungyang hamil.

Karena dia adalah dewa hewan, dia langsung hamil dan melahirkan anak hanya beberapa jam kemudian.

Raja, yang masih di hutan, mendengar bayi itu menangis dan menemukannya terbaring di antara semak-semak.

Karena merasa iba, bayi itu pun dibawa oleh raja ke istana dan ia besarkan seperti putrinya sendiri.

Namun, ia tidak pernah sadar kalau itu anaknya sendiri.

Bayi perempuan itu tumbuh menjadi seorang gadis cantik bernama Dayang Sumbi.

Karena kecantikannya banyak pria dari kalangan bangsawan ingin meminangnya.

Dayang Sumbi sangat suka menenun dan dia menghabiskan sebagian besar waktunya membuat kain yang indah.

Dia biasanya menenun di bagian istana dengan paviliun yang ditinggikan di taman.

Baca Juga: Mengenal Rumah Tanean Lanjhang, Rumah Adat Madura yang Unik

Suatu hari gulungan benang miliknya jatuh ke luar istana.

Karena dia seorang bangsawan, dia dilarang untuk meninggalkan istana dengan berjalan kaki.

Merasa putus asa untuk mencari benangnya, Dayang Sumbi pun mengucap sebuah sumpah.

"Siapa pun yang menemukan gulungan benang milikku akan diberi imbalan, jika dia perempuan, aku akan memperlakukannya sedekat saudara perempuanku sendiri, dan jika dia laki-laki, aku akan menikah dengannya."

Tak lama berselang, seekor anjing datang membawa gulungan benang milik Dayang Sumbi.

Karena sudah terlanjur bersumpah, Dayang Sumbi merasa wajib memenuhi janjinya dan tetap menikahinya meskipun Tumang adalah seekor anjing.

Hal itu pun membuat sang raja geram dan membuang Dayang Sumbi ke hutan.

Merasa kasihan pada putri mereka, rakyat raja membangun sebuah pondok sederhana di hutan dan meninggalkannya sendirian dengan Tumang.

Setelah menikah, Dayang Sumbi mengetahui bahwa Si Tumang bukan anjing biasa.

Setiap bulan purnama, ia dapat berubah kembali ke bentuk aslinya sebagai dewa yang tampan.

Dayang Sumbi hidup dalam kebingungan untuk beberapa saat, berpikir bahwa itu adalah mimpi aneh yang terjadi sebulan sekali.

Seorang pria tampan muncul di hadapannya dan mereka bercinta dengan penuh gairah.

Mereka bercinta dan jatuh cinta, setelah itu Dayang Sumbi hamil dan melahirkan anak Si Tumang.

Anak itu bernama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang aktif dan kuat.

Saat berusia 10 tahun, ia diminta ibunya untuk berburu di hutan dan mencari hati rusa. Ia pergi berburu, ditemani anjingnya, Tumang.

Anehnya, tidak ada hewan buruan maupun rusa di hutan.

Namun Sangkuriang tiba-tiba melihat babi hutan.

Dia mengejar dan mencoba menembaknya dengan panah.

Tetapi dihentikan oleh Tumang, yang menyadari bahwa babi hutan itu sebenarnya neneknya, Celeng Wayungyang.

Baca Juga: 12+ Penyebab Pup Bayi Warna Hijau, Waspada Moms!

Merasa kesal karena tidak berhasil mendapatkan buruannya, ia tanpa sengaja memanah Tumang hingga mati.

Merasa tidak bisa pulang dengan tangan hampa, Sangkuriang memotong Tumang dan mengambil hatinya untuk dibawa pulang.

Setelah meninggal, jiwa Tumang kembali ke svargaloka sebagai dewa sejak dia menjalani hukumannya sebagai anjing di bumi.

Sangkuriang pulang ke rumah ibunya dengan hati yang sudah ia janjikan.

Saat tiba waktunya makan, Dayang Sumbi meminta ia memanggil Tumang untuk diberikan bagian hatinya yang sudah dimasak.

Merasa sangat malu dan bersalah karena menyadari telah membunuh sahabatnya, Sangkuriang mengaku bahwa hati yang baru saja mereka makan sebenarnya adalah hati Tumang.

Mendengar hal itu, Dayang Sumbi marah dan memukul kepala anaknya dengan centong nasi hingga meninggalkan bekas luka.

Karena berpikir sang ibu membencinya karena membunuh si Tumang, Sangkuriang pun pergi dari rumah dan mencari jalan untuk hidup sendiri di hutan.

Dayang Sumbi yang emosi pun bisa kembali dengan tenang, tetapi gagal melacak Sangkuriang.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb