27 Juni 2022

Kenali Trombositosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengatasi

Terjadi akibat infeksi pada tubuh
Kenali Trombositosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengatasi

Foto: shutterstock.com

Trombositosis adalah gangguan ketika tubuh memproduksi terlalu banyak trombosit.

Trombosit adalah partikel darah yang diproduksi di sumsum tulang dan berperan penting dalam proses pembentukan bekuan darah.

Ada dua jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi, yaitu trombositosis reaktif atau sekunder.

Dalam kasus yang jarang terjadi, trombositosis tidak memiliki kondisi yang mendasari. Kelainan ini disebut trombositemia primer atau esensial.

Ini adalah penyakit darah dan sumsum tulang. Untuk lebih jelasnya, simak selengkapnya di bawah ini!

Baca juga: Kurang Darah Bisa Bikin Lemas dan Pusing, Cari Tahu Penyebab, Gejala, serta Cara Mengatasinya!

Penyebab Trombositosis

trombosit - istockphoto
Foto: trombosit - istockphoto (Istockphoto)

Foto: Trombosit (Istockphoto)

Sumsum tulang mengandung sel punca yang bisa menjadi sel darah merah, sel darah putih, atau trombosit.

Trombosit saling menempel, membantu darah membentuk gumpalan yang menghentikan pendarahan saat pembuluh darah rusak.

Trombositosis terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak trombosit. Melansir dari Mayo Clinic, ini perbedaan penyebab yang mendasari:

Trombositosis Reaktif

Ini adalah jenis trombositosis yang umum dan disebabkan oleh masalah medis yang mendasarinya, seperti:

  • Perdarahan akut dan kehilangan darah
  • Kanker
  • Infeksi
  • Kekurangan zat besi
  • Pengambilan jaringan limpa
  • Anemia hemolitik, yaitu kondisi saat kehancuran sel darah merah lebih cepat daripada yang dihasilkannya
  • Gangguan inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, sarkoidosis atau penyakit radang usus
  • Pembedahan atau jenis trauma lainnya

Trombositemia Esensial

Penyebab kelainan ini tidak jelas tetapi seringkali terkait dengan mutasi pada berbagai gen.

Sumsum tulang menghasilkan terlalu banyak sel yang membentuk trombosit sehingga trombosit menjadi tidak normal.

Ini menimbulkan risiko komplikasi pembekuan atau perdarahan yang jauh lebih tinggi daripada trombositosis reaktif.

Gejala yang Dialami oleh Penderita

Gejala biasanya tidak muncul di tahap awal perkembangan penyakit.

Trombositosis biasanya baru terdeteksi saat penderita melakukan tes atau pemeriksaan darah.

Dalam beberapa kasus, gejala mungkin ada, meskipun ini jarang terjadi. Gejalanya mungkin termasuk:

  • Pembesaran limpa
  • Sensasi rasa terbakar di tangan atau kaki, yang memburuk jika terkena panas
  • Memar pada kulit, biasanya tanpa penyebab yang diketahui
  • Mudah berdarah dari tempat-tempat seperti hidung atau gusi, atau melihat darah di tinja

Ada kemungkinan memiliki terlalu banyak trombosit menyebabkan pembentukan gumpalan yang tidak normal.

Gumpalan ini berpotensi terbentuk di pembuluh darah mana pun dalam tubuh. Faktor risiko lain dari perkembangan bekuan darah meliputi:

  • Berusia lebih dari 60 tahun
  • Obesitas
  • Mengidap diabetes atau penyakit jantung
  • Merokok atau menggunakan tembakau
  • Memiliki riwayat bekuan darah sebelumnya
  • Adanya mutasi genetik tertentu yang terdeteksi dalam darah

Gejala yang tercantum di bawah ini adalah gejala yang dapat dikaitkan dengan pembekuan darah.

Bekuan darah di otak (gejala mirip stroke):

  • Kebingungan
  • Sakit kepala
  • Perubahan penglihatan
  • Kejang
  • Kelemahan pada satu sisi tubuh

Bekuan darah di paru-paru:

  • Sakit pada dada
  • Sesak napas
  • Batuk kering
  • Palpitasi

Serangan jantung:

  • Sakit pada dada
  • Sakit pada rahang
  • Sesak napas
  • Palpitasi
  • Pusing
  • Sakit pada lengan

Gumpalan pada pembuluh darah di perut:

  • Sakit perut parah
  • Diare
  • Mual dan muntah
  • Darah dalam tinja

Baca juga: Seringkali Dianggap Sama, Ini Perbedaan Darah Rendah dan Kurang Darah

Langkah Mendiagnosis Penyakit

Penyedia layanan kesehatan akan mendeteksi riwayat kesehatan melalui pemeriksaan fisik.

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

CBC (Hitung Darah Lengkap)

Tes ini mengukur jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam darah.

Noda darah

Tes ini bantu memeriksa trombosit di dalam darah.

Aspirasi atau Biopsi Sumsum Tulang

Ini dapat dilakukan untuk melihat apakah sumsum tulang penderita sehat.

Prosedur melibatkan pengambilan sampel kecil cairan sumsum tulang (aspirasi) atau jaringan sumsum tulang padat (disebut biopsi inti) yang akan diperiksa di bawah mikroskop.

Pengobatan Trombositosis

Perawatan penyakit tergantung pada penyebab yang mendasari. Berikut ini langkah yang dilakukan:

Trombositosis Reaktif

  • Jika mengalami kehilangan darah signifikan dari operasi atau cedera baru-baru ini, jumlah trombosit yang meningkat mungkin akan hilang dengan sendirinya.
  • Jika memiliki infeksi kronis atau penyakit radang, jumlah trombosit kemungkinan akan tetap tinggi sampai kondisinya terkendali. Jumlahnya kembali normal setelah penyebab teratasi.
  • Jika limpa telah diangkat (splenektomi), penderita mungkin mengalami trombositosis seumur hidup, tetapi kemungkinan besar tidak memerlukan perawatan.

Trombositemia Esensial

Penderita yang tidak memiliki tanda atau gejala tidak memerlukan perawatan selama kondisinya stabil.

Dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari untuk membantu mengencerkan darah jika berisiko mengalami pembekuan darah.

Jangan mengonsumsi aspirin tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Penderita mungkin perlu minum obat atau menjalani prosedur untuk menurunkan jumlah trombosit jika:

  • Memiliki riwayat penggumpalan darah dan pendarahan
  • Memiliki faktor risiko penyakit jantung
  • Berusia di atas 60 tahun
  • Memiliki jumlah trombosit lebih dari 1 juta

Dokter akan mungkin meresepkan obat penurun trombosit terutama dalam bentuk hidroksiurea (Droxia, Hydrea) atau interferon alfa (Intron A).

Trombosit dapat dikeluarkan dari darah dengan prosedur yang mirip dengan dialisis.

Jarum yang terhubung ke tabung ditempatkan di pembuluh darah dan darah dialirkan melalui mesin yang menyaring trombosit.

Kemudian darah yang disaring dikembalikan ke tubuh melalui jalur intravena (IV).

Prosedur ini hanya digunakan dalam keadaan darurat, seperti jika trombositemia esensial telah menyebabkan stroke.

Tips Menjalani Hidup dengan Trombositemia

Berhenti Merokok - istockphoto
Foto: Berhenti Merokok - istockphoto (istockphoto)

Foto: Berhenti Merokok (Istockphoto)

Melansir dari Johns Hopkins Medicine, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pengidap agar dapat menjalani hidupnya layaknya orang normal.

Berikut ini beberapa tipsnya:

  • Hindari merokok karena dapat meningkatkan pembekuan darah
  • Mengontrol kondisi kesehatan lainnya seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes
  • Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan perdarahan, termasuk konsumsi obat-obatan seperti aspirin

Baca juga: Fakta Seputar Sel Darah Merah yang Perlu Diketahui, Sudah Tahu?

Itulah serba-serbi selengkapnya terkait dengan trombositosis.

Segera periksakan diri jika tubuh mengalami memar atau tanda-tanda pendarahan lainnya yang tidak kunjung membaik.

Langkah perawatan dapat meminimalisir risiko efek samping membahayakan yang bisa saja terjadi.

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/13350-thrombocytosis
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/thrombocytosis/symptoms-causes/syc-20378315
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/thrombocythemia
  • https://www.verywellhealth.com/thrombocytosis-symptoms-5185457

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb