21 Februari 2023

Mengenal Jenis Anestesi, Prosedur Bius dan Efek Sampingnya

Beda jenis anestesi, beda juga efeknya pada tubuh
Mengenal Jenis Anestesi, Prosedur Bius dan Efek Sampingnya

Jika pernah menjalani operasi, Moms pasti sudah tidak asing lagi dengan penggunaan anestesi atau pembiusan.

Mengutip National Institute of General Medical Sciences, anestesi adalah perawatan medis yang mencegah pasien dari merasakan sakit selama operasi berlangsung.

Ahli anestesi biasanya memberikan obat anestesi melalui jalur intravena di lengan. Terkadang, ada pula prosedur melalui gas yang dihirup melalui masker.

Keduanya sama saja, tetapi prosedur kedua lebih banyak digunakan pada anak-anak.

Obat-obatan yang digunakan sangat berpengaruh dengan tingkat bius yang diberikan. Oleh karena itu, ada yang disebut dengan anestesi umum, regional, dan lokal.

Baca Juga: Serba Serbi Gigi Gingsul, Sebaiknya Dicabut atau Dirawat?

Jenis Anestesi yang Sering Digunakan

Menyuntikkan Anestesi (Orami Photo Stock)
Foto: Menyuntikkan Anestesi (Orami Photo Stock)

Berikut ini adalah penjelasan terkait masing-masing jenis dari anestesi yang biasa diberikan oleh dokter. Semoga dapat menambah wawasan, ya Moms!

1. Anestesi Umum

Penggunaan anestesi umum akan membuat pasien tidak sadar dan tidak peka terhadap rasa sakit atau rangsangan lainnya.

Biasanya digunakan untuk prosedur bedah yang lebih besar, seperti operasi kepala, dada, dan perut.

Dilansir melalui Medline Plus, prosedurnya dapat melalui 2 cara:

  • Dihirup melalui gas
  • Disuntikkan melalui intravena

Walaupun dinyatakan aman, namun pemberian anestesi umum terhadap lansia, anak-anak, dan pasien yang memiliki kondisi medis buruk, perlu berhati-hati.

Pasalnya, pemberian yang salah dapat memicu berbagai komplikasi yang dapat berujung fatal.

2. Anestesi Regional

Anestesi regional akan menghalangi rasa sakit di sebagian besar tubuh, seperti anggota tubuh dari dada ke bawah.

Dalam pengaruh biusnya, pasien masih bisa sadar selama prosedur, atau mendapat obat penenang selain anestesi regional.

Contoh penggunaan anestesi regional adalah:

  • Epidural untuk meringankan rasa sakit saat melahirkan atau selama operasi caesar (C-section).
  • Operasi tulang belakang untuk operasi pinggul atau lutut.
  • Blok lengan untuk operasi tangan.
  • Spinal dan saraf perifer.

3. Anestesi Lokal

Penggunaan anestesi lokal hanya akan memengaruhi sebagian kecil tubuh. Biasanya, jenis ini digunakan pada operasi kecil, misalnya:

  • Operasi atau pencabutan gigi.
  • Pengangkatan katarak.
  • Menghilangkan pertumbuhan kulit kecil seperti kutil dan tahi lalat oleh dokter kulit.

Baca Juga: Yuk Kenali 3 Tahapan Tumbuh Kembang Gigi Anak!

Cara Kerja Anestesi pada Tubuh

Ilustrasi Operasi Pasien
Foto: Ilustrasi Operasi Pasien (newatlas.com)

Moms mungkin bertanya-tanya, bagaimana cara kerja anestesi pada tubuh sehingga bisa mengurangi rasa sakit sebelum operasi.

Mengutip St. George's University, para peneliti baru mulai memahami cara kerja obat yang digunakan untuk mematikan rasa atau menyebabkan ketidaksadaran tubuh bekerja.

Obat ini diperkirakan bekerja dengan menargetkan protein berbeda di membran di sekitar sel saraf.

Propofol adalah salah satu obat yang paling umum digunakan untuk anestesi umum.

Sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa jenis anestesi ini membatasi pergerakan sejenis protein dengan cara yang menghambat komunikasi antar neuron.

Namun, penulis studi tersebut juga mencatat bahwa masih banyak yang harus dipelajari.

Selain itu, perlu diingat bahwa jenis obat yang berbeda juga dapat memberikan hasil yang berbeda pula.

“Obat seperti propofol dapat menyebabkan ketidaksadaran, tetapi tidak memiliki efek analgesik,” kata dr. Edna Ma, ahli anestesi yang berpraktik di 90210 Surgery Medical Center.

Penggunaan anestesi membutuhkan pemantauan dan penyesuaian yang konstan, terutama untuk operasi yang kompleks.

“Saat memberikan anestesi, pasien harus benar-benar tidak bergerak. Namun, selama bagian dari operasi, pasien harus bangun dan berbicara," lanjutnya.

Baca Juga: Daftar Rumah Sakit dengan NICU di Jakarta Barat

Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Anestesi

Pantangan Merokok
Foto: Pantangan Merokok (Orami Photo Stock)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan bertujuan untuk mengurangi risiko pada saat dan pasca menerima pembiusan.

Apa saja? Dilansir dari Cleveland Clinic, berikut hal-hal penting yang harus Moms perhatikan:

  • Pastikan penyedia layanan kesehatan memiliki daftar obat dan vitamin yang sedang atau Moms pernah konsumsi.
  • Hindari makan dan minum 8 jam sebelum memperoleh anestesi.
  • Berhenti merokok 2 minggu sebelum prosedur.
  • Jangan meminum viagra atau obat lain yang bertujuan untuk mengobati disfungsi ereksi, setidaknya 24 jam sebelum prosedur.
  • Persiapkan obat tekanan darah jika memang diperlukan.

Baca Juga: 7 Makanan Ini Bisa Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Dengan Cepat

Efek Samping Setelah Menerima Anestesi

Ilustrasi Efek Anestesi
Foto: Ilustrasi Efek Anestesi

Efek samping timbul karena respon tubuh setiap orang terhadap obat-obatan yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh:

  • Alergi obat
  • Usia
  • Riwayat medis sebelumnya

Oleh karena itu, Moms harus membicarakan terkait hal tersebut sebelum menerima pembiusan. Karena, efek sampingnya bisa jadi berujung fatal, lho!

Adapun efek samping yang paling umum setelah mendapatkan anestesi adalah:

1. Sakit Tenggorokan, Mulut Kering, disertai Mual dan Muntah

Setelah berada dalam beberapa waktu di bawah pengaruh anesetesi, banyak pasien yang akan mengalami mulut kering dan sakit tenggorokan akibat kekurangan cairan.

Selain itu, pasien juga bisa mengalami mual, muntah, dan ngantuk yang parah.

Jika terjadi demikian, maka pasien harus segera memenuhi asupan cairannya. Dengan anjuran dokter, pasien juga bisa memperoleh obat anti mual dan perawatan khusus pasca anestesi.

2. Delirium

Pada sebagian orang yang baru saja sadar setelah memperoleh anestesi umum, biasanya mereka mengalami delirium.

Delirium adalah kondisi yang membuat seseorang bingung dan mungkin tidak tahu secara jelas tentang apa yang terjadi pada mereka.

Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa orang yang berusia di atas 60 tahun mengalami delirium selama beberapa hari setelah operasi.

Hal serupa juga bisa terjadi pada anak-anak ketika mereka pertama kali bangun usai menjalani operasi.

Baca Juga: Kenali Amnesia, Penyakit yang Menghilangkan Memori Ingatan

3. Reaksi Alergi

Dilansir melalui Hospital for Special Sugery, beberapa orang memang memiliki alergi khusus terhadap anestesi.

Reaksi alergi dapat berupa ruam kulit, gatal-gatal, masalah pernapasan, dan anafilaksis hingga kondisi yang sangat langka, yaitu hipertermia maligna.

Jika Moms memang mengalami reaksi alergi di rumah sakit, hal tersebut dapat segera ditangani. Namun, cara teraman untuk menghindari efek ini adalah dengan menghindari pemaparan.

Untuk keamanan, ahli anestesi akan menyarankan prosedur pemeriksaan sebelum melakukan pembiusan, agar mengetahui respon alergi dalam tubuh Moms.

Hal yang Harus Dilakukan Setelah Anestesi

Pasien Dirawat di Rumah Sakit (Orami Photo Stock)
Foto: Pasien Dirawat di Rumah Sakit (Orami Photo Stock)

Jika baru saja menerima anestesi lokal, biasanya pasien akan dapat segera beraktivitas normal tanpa ada pantangan, kecuali penderita alergi.

Namun, bagi pasien yang baru saja menerima anestesi umum dan regional, biasanya akan ada hal-hal yang perlu dihindari.

Ini dikarenakan efek pasca pembiusan yang ditakutkan dapat membahayakan diri pasien maupun orang sekitar.

Melansir Cleveland Clinic, berikut ini adalah hal-hal yang harus diantisipasi pasca menerima anestesi:

  • Jangan pulang sendiri dari rumah sakit. Pastikan ada seseorang yang menemani.
  • Beristirahat penuh selama 1 hari atau lebih sesuai kebutuhan.
  • Tidak mengemudi atau mengeoperasikan alat elektronik selama 24 jam.
  • Hindari meminum alkohol selama 24 jam.
  • Hanya minum obat atau suplemen yang diberikan dokter.
  • Tanya dokter apa saja yang boleh Moms konsumsi pasca prosedur dilakukan.

Baca Juga: Alkohol Jadikan Kulit Cepat Menua, Yuk Segera Hindari Moms!

Itu tadi Moms penjelasan seputar anestesi yang biasanya digunakan oleh dokter pada pasien sebelum melakukan tindakan operasi.

Jika Moms berada dalam kondisi medis yang mengharuskan tindakan ini, jangan lupa untuk berkonsultasi seputar riwayat kesehatan kepada dokter anestesi.

Hal ini dapat mengantisipasi segala efek buruk pasca anestesi nantinya. Semoga artikel ini bermanfaat ya, Moms!

  • https://www.hss.edu/anesthesiology-department_faq.asp
  • https://www.halodoc.com/artikel/jenis-jenis-anestesi-yang-perlu-diketahui
  • https://medlineplus.gov/anesthesia.html
  • https://www.sgu.edu/blog/medical/how-does-anesthesia-work/
  • https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/15286-anesthesia
  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/anesthesia/about/pac-20384568
  • https://www.nigms.nih.gov/education/fact-sheets/Pages/anesthesia.aspx

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb