14 Januari 2023

7 Bahan Antibiotik Alami yang Bisa Moms Coba di Rumah

Cobain yuk, Moms!
7 Bahan Antibiotik Alami yang Bisa Moms Coba di Rumah

Foto: shutterstock.com

Antibiotik adalah golongan obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.

Tak melulu dibuat dari bahan kimiawi, ada juga antibiotik alami, lho Moms!

Antibiotik alami juga bisa menjadi kunci untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri sebagaimana banyak jenis antibiotik yang ada saat ini.

Antibiotik alami biasanya menggunakan ekstrak tumbuhan tertentu, minyak esensial, dan bahkan makanan memiliki sifat antibiotik.

Misalnya, beberapa ekstrak makanan dan nabati dapat mencegah pertumbuhan bakteri dalam makanan.

Terkadang, sifat ini melampaui makanan dan dapat membantu kebersihan diri.

Ekstrak cranberry misalnya, ia mengandung senyawa antibakteri dan antioksidan, menjadikannya obat rumahan untuk infeksi saluran kemih.

Mengutip Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, dari 58 tanaman yang berasal dari Cina, ditemukan sekitar 23 memiliki sifat antibakteri dan 15 memiliki sifat antijamur.

Selain itu, studi Global Advance in Health and Medicine menemukan terapi herbal sama efektifnya dengan antibiotik kimia dalam mengobati gangguan pertumbuhan berlebih bakteri di usus kecil.

Baca Juga: 6 Fakta Seputar Antibiotik, Sudah Tahu?

Jenis-Jenis Antibiotik Alami

Berikut ini adalah beberapa jenis bahan antibiotik alami yang bisa Moms coba gunakan sebagai obat tradisional:

1. Madu

Madu
Foto: Madu

Madu adalah salah satu antibiotik tertua yang dicatat dalam sejarah. Orang Mesir sering menggunakan madu sebagai antibiotik alami dan pelindung kulit.

Mengutip Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, madu mengandung hidrogen peroksida, yang mungkin menjelaskan beberapa sifat antibakterinya.

Ia juga memiliki kandungan gula yang tinggi, yang dapat membantu menghentikan pertumbuhan bakteri tertentu.

Selain itu, madu memiliki tingkat pH yang rendah. Ini berfungsi untuk menarik kelembapan dari bakteri sehingga menyebabkan bakteri mengalami dehidrasi dan mati.

Untuk menggunakan madu sebagai antibiotik, oleskan langsung ke luka atau area yang terinfeksi. Ini akan membantu membunuh bakteri dan membantu proses penyembuhan.

Jika memungkinkan, pilih madu manuka mentah. Jenis madu ini menawarkan manfaat kesehatan paling banyak.

Moms juga bisa menelan madu untuk membantu pengobatan infeksi internal. Cukup telan satu sendok makan atau aduk ke dalam secangkir teh herbal hangat.

Umumnya madu aman untuk digunakan pada kulit atau tubuh, bahkan madu yang digunakan di wajah sebagai masker adalah hal yang cukup diminati.

Namun, perlu diingat bahwa Moms tidak boleh memberikan madu pada bayi di bawah 1 tahun.

2. Ekstrak Bawang Putih

Ekstrak Bawang Putih
Foto: Ekstrak Bawang Putih (Orami Photo Stock)

Bahan antibiotik alami selanjutnya adalah bawang putih yang telah lama dianggap memiliki sifat antimikroba.

Sebuah studi tahun 2011, American Society for Microbiology menemukan bahwa konsentrat bawang putih efektif melawan bakteri.

Moms dapat membeli konsentrat atau ekstrak bawang putih di toko makanan kesehatan terdekat.

Moms juga bisa membuatnya sendiri dengan merendam beberapa siung bawang putih dalam minyak zaitun.

Bawang putih umumnya aman untuk dikonsumsi, tetapi dosis besar dapat menyebabkan perdarahan internal.

Dosis sebanyak dua siung per hari dianggap sebagai dosis yang aman. Moms juga bisa mengoleskan konsentrat bawang putih langsung ke luka.

Jika Moms mengonsumsi suplemen bawang putih, pastikan untuk mengikuti petunjuk dosis yang diberikan.

Selain itu, jika Moms mengonsumsi obat pengencer darah, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan bawang putih sebagai antibiotik.

Pasalnya bawang putih dalam dosis besar dapat memperkuat efek obat ini.

3. Minyak Thyme

Minyak Thyme
Foto: Minyak Thyme

Banyak pembersih rumah tangga alami menggunakan minyak esensial thyme. Minyak thyme telah terbukti sangat membantu melawan bakteri yang kebal antibiotik.

Dalam sebuah studi tahun 2011, Journal of Medical Chemistry, para peneliti menguji keefektifan minyak esensial lavender dan thyme.

Kedua minyak tersebut diuji di kolam lebih dari 120 strain bakteri.

Para peneliti menemukan minyak esensial thyme lebih efektif dalam membunuh bakteri daripada minyak esensial lavender.

Namun, minyak thyme hanya untuk penggunaan luar. Moms tidak boleh mengonsumsi minyak thyme melalui mulut.

Sebelum mengoleskan ke area luka, pastikan untuk mengencerkan minyak esensial dengan minyak lain seperti minyak kelapa dan minyak zaitun.

Pasalnya menerapkan minyak esensial murni ke kulit dapat menyebabkan peradangan dan iritasi.

Orang dengan tekanan darah tinggi atau masalah hipertiroid juga sebaiknya tidak menggunakan minyak esensial thyme.

Baca Juga: Konsumsi Antibiotik Saat Bayi Dapat Menimbulkan Alergi Di Kemudian Hari?

4. Minyak Oregano

Minyak Oregano
Foto: Minyak Oregano (Orami Photo Stock)

Carvacrol adalah senyawa yang ditemukan dalam minyak esensial oregano.

Senyawa ini diduga memiliki sifat terapeutik penting yang selanjutnya mampu mengaktifkan penyembuhan dalam tubuh saat dihirup.

Minyak oregano juga telah terbukti membantu menyembuhkan tukak lambung dan mengurangi peradangan.

Untuk mengobati infeksi jamur pada kulit, Moms bisa tambahkan satu tetes minyak esensial oregano pada satu sendok teh minyak zaitun atau minyak kelapa.

Oleskan campuran tersebut ke area yang luka.

Moms juga bisa menyemprotkan minyak oregano ke udara untuk membantu membersihkan infeksi sinus.

Namun pastikan untuk tidak menelan minyak esensial oregano atau menggunakan minyak ini langsung pada kulit.

Moms bahkan juga bisa membasmi bakteri di rumah dengan bahan pembersih buatan sendiri yang terbuat dari:

  • Minyak esensial oregano
  • Cuka
  • Air
  • Lemon

5. Jahe

Jahe
Foto: Jahe

Para ahli juga mengakui bahwa jahe adalah obat antibiotik alami.

Beberapa penelitian, termasuk yang dipublikasikan pada 2017 di International Journal of Molecular Science telah menunjukkan kemampuan jahe untuk melawan banyak jenis bakteri.

Para peneliti juga mengeksplorasi kekuatan jahe untuk melawan mabuk laut dan mual serta untuk menurunkan kadar gula darah.

6. Echinacea

Echinacea telah digunakan untuk mengobati infeksi selama bertahun-tahun.

Penduduk asli Amerika dan para tabibnya telah menggunakan echinacea selama ratusan tahun untuk mengobati infeksi dan luka. Peneliti pun mulai memahami alasannya.

Studi Journal of Biomedicine and Biotechnology melaporkan, ekstrak Echinacea purpurea dapat membunuh berbagai jenis bakteri, termasuk Streptococcus pyogenes (S. pyogenes).

S. pyogenes ini bertanggung jawab atas radang tenggorokan, sindrom syok toksik, dan "flesh-eating disease" yang dikenal sebagai necrotizing fasciitis.

Echinacea juga dapat melawan peradangan yang terkait dengan infeksi bakteri dan ia tersedia untuk dibeli di toko kesehatan atau online.

7. Cengkeh

Cengkeh secara tradisional telah digunakan dalam prosedur perawatan gigi.

Penelitian sekarang menemukan bahwa ekstrak air cengkeh mungkin efektif untuk melawan berbagai jenis bakteri, termasuk E. coli.

Baca Juga: Minum Antibiotik Saat Menyusui, Berdampakkah Pada Si Kecil?

Pahami Juga Risiko Penggunaan Antibiotik Alami

Pahami Juga Risiko Penggunaan Antibiotik Alami
Foto: Pahami Juga Risiko Penggunaan Antibiotik Alami (Orami Photo Stock)

Hanya karena sesuatu diberi label alami, belum tentu ia aman digunakan.

Jumlah dan konsentrasi bahan aktif berbeda-beda di antara merek suplemen, jadi Moms harus membaca label dengan cermat.

Moms juga harus memberi tahu dokter jika mereka berencana untuk menggunakan suplemen yang bekerja sebagai antibiotik alami.

Meskipun bawang putih yang dimasak biasanya aman dikonsumsi, penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi bawang putih mentah dapat meningkatkan risiko perdarahan.

Hal ini jelas bisa berbahaya bagi orang yang menghadapi operasi atau pengencer darah. Konsentrat bawang putih juga dapat mengurangi kegunaan obat HIV.

Baca Juga: 7 Jenis Antibiotik untuk Gusi Bengkak

Produk tertentu harus dihindari, termasuk koloid perak. Zat ini terdiri dari potongan mikroskopis perak yang tersuspensi dalam air.

Perak koloid telah direkomendasikan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit, termasuk wabah pes dan HIV.

Namun, menurut National Center for Complementary and Integrative Health, itu bisa berbahaya, dan tidak ada studi kredibel yang mendukung penggunaan bahan ini.

Mengonsumsi suplemen koloid perak dapat mengganggu efektivitas antibiotik dan pengobatan yang digunakan untuk mengobati kelenjar tiroid yang kurang aktif.

Perak juga bisa menumpuk di tubuh dan mengubah kulit menjadi abu-abu kebiruan. Kondisi ini disebut argyria dan permanen pada kebanyakan orang.

Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu Kapan Anak Butuh Antibiotik

Kapan Perlu Menggunakan Antibiotik yang Diresepkan Dokter?

Kapan Perlu Menggunakan Antibiotik yang Diresepkan Dokter
Foto: Kapan Perlu Menggunakan Antibiotik yang Diresepkan Dokter

Foto: Orami Photo Stock

Antibiotik mungkin diresepkan untuk mempercepat pemulihan dari penyakit atau untuk mencegah penyebaran penyakit menular.

Karena peningkatan penyakit yang kebal obat saat ini, kebanyakan dokter tidak meresepkan antibiotik kecuali jika efektif dan diperlukan.

Antibiotik paling sering diresepkan untuk:

  • Mencegah penyebaran penyakit menular
  • Mencegah suatu kondisi menjadi lebih serius atau fatal
  • Mempercepat pemulihan dari penyakit atau cedera
  • Mencegah perkembangan komplikasi

Baca Juga: Grafadon (Obat Antinyeri): Fungsi, Dosis, dan Efek Samping Obat

Jika seseorang diberi resep antibiotik, mereka harus mengambil seluruh dosis sesuai petunjuk.

Hal ini terutama dianjurkan pada orang dengan risiko lebih tinggi terkena infeksi bakteri, atau yang menghadapi risiko lebih besar jika jatuh sakit, seperti orang yang:

  • Dijadwalkan untuk operasi
  • Menerima kemoterapi
  • HIV-positif
  • Mengonsumsi insulin untuk diabetes
  • Hidup dengan gagal jantung
  • Pulih dari luka serius
  • Berusia lebih dari 75 tahun

Jika seseorang alergi terhadap resep antibiotik atau mengidap efek samping, mereka mungkin perlu mendiskusikan pilihan lain dengan dokter.

  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/321108#prescribed-antibiotics
  • https://www.healthline.com/health/natural-antibiotics
  • http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1995764513601170
  • http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4030608/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3609166/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5486105/
  • https://doi.org/10.1128/AEM.02845-10
  • http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22313307
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3205674/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb