28 Mei 2022

3 Penyebab Bruxism, Kebiasaan Gemeretak Gigi Saat Tidur

Kebiasaan gemeretak gigi saat tidur ternyata bisa dipicu karena stres, lho!
3 Penyebab Bruxism, Kebiasaan Gemeretak Gigi Saat Tidur

Moms, pernahkah menggemeretakkan gigi saat tidur? Ya, mungkin saja Moms tidak menyadarinya saat melakukannya. Kondisi ini dinamakan bruxism.

National Health Service mencatat, bruxism ada kaitannya dengan stres atau kecemasan seseorang.

Bruxism memang tidak menunjukkan gejala, namun beberapa orang bisa mengalami sakit pada area wajah dan sakit kepala.

Fatalnya, kebiasaan ini dapat menyebabkan kerusakan gigi seiring waktu berjalan.

Lantas, apakah ada cara efektif untuk mengatasinya? Nah, sebaiknya Moms ketahui dulu penyebab terjadinya bruxism berikut ini.

Baca Juga: Gangguan Tidur karena Stres, Apa Penyebabnya?

Apa Itu Bruxism?

bruxism.jpg
Foto: bruxism.jpg

Foto: pinterest.com

Melansir Sleep Foundation, bruxism merupakan suatu kondisi ketika seseorang menggertakan, menggesekkan, atau mengatupkan gigi secara tidak sadar dan menjadi suatu kebiasaan.

Kondisi ini tidak berbahaya, tetapi jika dilakukan setiap hari, dapat merusak gigi dan menimbulkan komplikasi kesehatan mulut lainnya.

Bruxism biasanya terjadi pada malam hari (saat tidur) atau di siang hari dan dilakukan secara tidak sadar.

Berdasarkan penyebab, bruxism terbagi menjadi 2 yaitu:

  • Bruxism primer: muncul bukan karena suatu kondisi medis tertentu.
  • Bruxism sekunder: muncul karena suatu kondisi medis tertentu.

Gejala Bruxism

karratha-dental-bruxism.jpg
Foto: karratha-dental-bruxism.jpg

Foto: gettyimages.com

Bruxism memiliki beberapa gejala yang dapat ditimbulkan.

Mengenali gejala bruxism dapat membantu Moms untuk segera mencari perawatan yang tepat untuk kondisi ini agar tidak menimbulkan bahaya lainnya.

Dilansir dari Mayo Clinic, berikut adalah gejala bruxism.

  • Menggertakkan atau mengatupkan gigi secara keras
  • Gigi rata, retak, terkelupas, atau terasa longgar
  • Enamel gigi yang aus, memperlihatkan lapisan gigi yang lebih dalam
  • Sakit atau sensitivitas gigi yang meningkat
  • Otot rahang yang lelah atau tegang nyeri pada rahang, leher, atau wajah
  • Sakit yang terasa seperti sakit telinga, tetapi tidak ada masalah pada telinga
  • Sakit kepala
  • Kerusakan pada bagian dalam pipi akibat mengunyah
  • Gangguan tidur

Nyeri pada wajah dan sakit kepala biasanya akan menghilang ketika kamu berhenti menggertakkan gigi.

Sedangkan kerusakan yang terjadi pada gigi biasanya hanya terjadi dalam kasus yang lebih parah dan membutuhkan perawatan dengan segera.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Waktu yang Tepat untuk Melakukan Perawatan Gigi Ibu Hamil

Penyebab Gigi Bunyi saat Tidur

bruxism.jpeg
Foto: bruxism.jpeg

Foto: kyanshamdental.com

Seseorang yang mengalami bruxism, tentunya dalam keadaan tertidur dan tidak sadar.

Seringnya, orang yang tidur di sampingnya akan merasa terganggu mendengar gigi yang berbunyi saat tidur.

National Sleep Foundation mengungkapkan, 8 persen orang dewasa mengalami bruxism di malam hari dan sepertiga orang tua melaporkan gejala bruxism pada anak-anak mereka.

Dilansir dari Bruxism.org.uk, ada beberapa faktor pemicu seseorang menggemeretakan gigi saat tidur, yaitu:

1. Gangguan Tidur

bruxism.jpg
Foto: bruxism.jpg

Foto: palenciadental.com

Bruxism terkadang tidak terjadi sendirian.

Beberapa orang dengan gangguan tidur seperti obstructive sleep apnea (OSA), berbicara saat tidur, dan berhalusinasi juga dapat menjadi pemicu bruxism.

Pengidap sleep apnea biasanya akan mendengkur, terengah-engah, bergumam, dan membunyikan gigi saat tidur.

“Faktor lainnya yang bisa memperparah sleep apnea dan bruxism adalah tingkat penggunaan kafein yang tinggi dan gangguan mood. Jika dibiarkan, maka dapat menyebabkan kecemasan dan depresi,” ungkap Dr. Shyam Subramanian, dokter yang berasal dari Texas.

Untuk itu, sebaiknya segera atasi kondisi sleep apnea apabila Moms mengalaminya.

Penanganan sleep apnea bisa menggunakan sebuah alat yang dipasangkan di hidung dan/atau mulut untuk membantu pernapasan tetap terbuka saat tidur.

Baca Juga: Perbedaan Gangguan Tidur dan Kebiasaan Tidur yang Buruk, Tidak Sama Lho!

2. Faktor Gaya Hidup

bruxism-2.jpg
Foto: bruxism-2.jpg

Foto: healthline.com

Bagaimana gaya hidup yang saat ini Moms terapkan? Ternyata, gaya hidup berpengaruh besar pada kualitas tidur seseorang.

Ketika seseorang punya kebiasaan merokok, mengonsumsi kafein dan alkohol secara berlebihan, maka dapat berakibat pada munculnya bruxism.

Penggunaan zat psikoaktif meningkatkan gairah dan menyebabkan susah tidur, serta secara signifikan menyebabkan terjadinya bruxism.

Segera ubah gaya hidup menjadi lebih sehat, karena bruxism bisa berakibat fatal.

Bruxism yang dibiarkan bisa menyebabkan sakit wajah, sakit kepala, sakit telinga, nyeri pada sendi rahang, dan menyebabkan kerusakan gigi serta kesehatan gigi terganggu.

3. Kesehatan Mental

gigi bunyi saat tidur-2.jpg
Foto: gigi bunyi saat tidur-2.jpg

Foto: promises.com

Ya, gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan stres secara signifikan meningkatkan risiko mengalami bruxism.

Menurut Cleveland Clinic, apabila stres yang menjadi penyebab bruxism, maka Moms harus tahu cara mengelola stres dengan tepat.

Jika diperlukan, lakukan konseling stres dengan dokter, memulai program olahraga, menemui ahli terapi fisik, dan lakukan meditasi.

Terpenting adalah kelola stres dengan baik agar bruxism dapat dihindari.

Baca Juga: Sering Menggaruk Tubuh? Hati-hati Tanda Stres

Bruxism tidak terjadi setiap saat, melainkan muncul saat seseorang sedang dalam kondisi tertentu, misalnya saat dalam tekanan besar.

Dokter masih belum yakin dengan pasti mengenai apa yang menjadi penyebab bruxism, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Kelansir John Hopkins Medicine, kemungkinan penyebab bruxism lainnya, dapat meliputi:

  • Tipe kepribadian yang agresif, kompetitif, atau hiperaktif
  • Letak gigi atas dan bawah yang abnormal (malocclusion)
  • Gangguan tidur lain, seperti sleep apnea
  • Respons terhadap nyeri dari sakit telinga atau teething (pada anak-anak)
  • Asam lambung naik ke esofagus
  • Efek samping yang tidak umum dari beberapa obat psikiatrik, seperti phenothiazines atau antidepresan tertentu
  • Strategi bertahan atau kebiasaan untuk fokus
  • Komplikasi yang berasal dari kelainan seperti penyakit Huntington atau Parkinson
  • Resepon terhadap nyeri akibat tumbuh gigi atau sakit telinga (hal ini biasanya terjadi pada anak-anak).
  • Efek samping obat-obatan phenothiazine dan beberapa obat antidepresan tertentu (hal ini jarang terjadi).
  • Asam lambung naik ke kerongkongan (Gastroesophageal reflux disease/GERD).

Baca Juga: 5 Cara Mudah Merawat Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Bruxism pada Anak-Anak

Bruxism pada anak-anak.jpg
Foto: Bruxism pada anak-anak.jpg

Foto: todaysparent.com

Bruxism juga sering terjadi pada anak-anak ketika pertama kali mereka tumbuh gigi.

Kebiasaan bruxism akan terulang ketika mereka mulai memiliki gigi permanen.

Kebiasaan itu biasanya akan berhenti saat mereka memasuki masa remaja.

Sama seperti orang dewasa, bruxism pada anak-anak biasanya terjadi karena stres, misalnya saat akan menghadapi ujian sekolah.

Di samping faktor psikologis, bruxism pada anak-anak juga terjadi karena pengaruh penyakit lain, seperti kekurangan gizi, alergi, gangguan cacing kremi, dan gangguan endokrin.

Pengawasan dan perhatian penuh dari orang tua untuk membantu meredakan bruxism pada anak.

Baca Juga: Anak Punya Kebiasaan Menggigit Kuku? Ini Penyebab dan Cara Menghentikannya

Perawatan Bruxism

bruxism.jpeg
Foto: bruxism.jpeg

Foto: pinterest.com

Dalam kebanyakan kasus, bruxism dapat berhasil diobati.

Mengutip The Journal of Indian Prosthodontic Society, perawatan kondisi ini meliputi:

1. Perubahan Perilaku

Untuk mengatasi bruxism, Moms mungkin diajari cara mengistirahatkan lidah, gigi, dan bibir dengan benar.

Moms juga dapat belajar bagaimana mengistirahatkan lidah ke atas untuk mengurangi rasa mengganjal pada rahang sambil menjaga gigi tetap terpisah dan bibir tertutup.

2. Penggunaan Mouth Guard

Moms juga mungkin dipasangi pelindung mulut plastik atau mouth guard yang bisa dipakai di malam hari untuk mengurangi kekuatan gigitan.

Ini bisa dipakai di siang hari jika Moms menggertakkan gigi saat bangun.

Pelindung mulut ini dapat membantu mencegah kerusakan gigi di masa depan dan membantu mengubah perilaku.

5. Biofeedback

Biofeedback merupakan instrumen elektronik yang mengukur jumlah aktivitas otot mulut dan rahang.

Alat ini akan memberi sinyal ketika ada terlalu banyak aktivitas otot sehingga Moms dapat mengambil langkah-langkah untuk menguranginya.

4. Obat-obatan

Beberapa obat mungkin membantu dalam mengatur neurotransmiter.

Mengganti obat mungkin diperlukan jika obat antidepresan ditemukan menjadi penyebab bruxism.

Cara lain untuk membantu Moms menghentikan bruxism, meliputi:

  • Hindari atau kurangi makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti cola, coklat, dan kopi
  • Hindari alkohol. Bruxism cenderung mengintensifkan setelah konsumsi alkohol
  • Jangan mengunyah pensil atau pulpen atau apapun yang bukan makanan
  • Hindari mengunyah permen karet yang sebabkan otot rahang lebih terbiasa mengepal dan menggertakkan gigi
  • Latih diri untuk tidak menggertakkan atau menggertakkan gigi
  • Rilekskan otot rahang di malam hari dengan menempelkan waslap hangat di pipi di depan daun telinga

Baca Juga: Yuk, Ketahui 5 Penyebab Gigi Berlubang Pada Anak

Itulah Moms, beberapa faktor pemicu terjadinya bruxism.

Dilansir dari Mayo Clinic, apabila anggota keluarga ada yang mengalami kondisi ini, maka besar kemungkinan Moms juga akan mengalaminya.

Selain itu, bruxism umumnya dialami oleh tipe kepribadian yang agresif, kompetitif atau hiperaktif. Sebelum terlambat, lebih baik lakukan pemeriksaan yang tepat, ya, Moms!

  • https://www.nhs.uk/conditions/teeth-grinding/#:~:text=Teeth%20grinding%20and%20jaw%20clenching,aware%20they're%20doing%20it.
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bruxism/symptoms-causes/syc-20356095
  • http://www.bruxism.org.uk/causes-of-bruxism.php
  • https://www.webmd.com/oral-health/guide/teeth-grinding-bruxism
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/bruxism
  • https://kidshealth.org/en/parents/bruxism.html
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482466/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3081266/
  • https://www.sleepfoundation.org/bruxism/tips
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/190180

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb