07 Agustus 2021

Buta Warna Parsial Menurun ke Anak? Simak Penjelasan Ahli

Buta warna bisa rentan terjadi pada anak laki-laki
Buta Warna Parsial Menurun ke Anak? Simak Penjelasan Ahli

Ada beberapa orang yang tidak memiliki kemampuan untuk melihat warna. Mereka memiliki kondisi yang dinamakan buta warna. Namun, ada juga kondisi di mana buta warna ini hanya terjadi sebagian. Hal ini dinamakan buta warna parsial atau anomalous trichromacy.

Hal ini berarti seseorang cenderung tidak bisa melihat warna-warna tertentu dan gradasinya.

Cari tahu lebih lanjut tentang buta warna parsial dan apa faktor yang menyebabkannya berikut ini.

Cara Mata Melihat Warna

buta warna parsial-2.jpg
Foto: buta warna parsial-2.jpg (bustle.com)

Foto: bustle.com

Bunga mawar berwarna merah, bunga melati berwarna putih.

Lewat mata, kita bisa melihat dan mempersepsikan warna. Ketika cahaya mengenai sebuah objek, ada refleksi sehingga gelombang warnanya bisa kita lihat.

Bagian yang paling berjasa dalam hal ini adalah kerucut, sel-sel sangat kecil yang ada di dalam retina. Kerucut ini adalah jenis fotoreseptor yang merespons pada cahaya.

Mayoritas manusia memiliki 6-7 juta kerucut dan terkonsentrasi di bagian dalam retina bernama fovea centralis.

Baca Juga: Kenali Gejala Buta Warna Pada Anak

Jenis Buta Warna Parsial

buta warna parsial
Foto: buta warna parsial

Foto: Orami Photo Stock

Meskipun sama-sama parsial, jenisnya ternyata beda-beda lho, Moms.

Ada sebagian orang yang tidak bisa membedakan warna merah dan hijau, sebagain lainnya kesulitan membedakan warna kuning dan oranye.

Lebih jelasnya, yuk simak penjelasan di bawah ini.

1. Trikromatik Anomali

Orang-orang dengan penglihatan trikromatik yang 'salah' akan buta warna sampai batas tertentu dan dikenal sebagai trikromasi anomali.

Pada orang dengan kondisi ini, ketiga jenis kerucut mereka digunakan untuk memahami warna-warna terang tetapi satu jenis kerucut menganggap cahaya sedikit tidak sejajar.

Sehingga ada tiga jenis efek yang dihasilkan tergantung pada jenis kerucut mana yang 'rusak'.

Dikutip dari Color Blind Awareness, kondisi anomali yang berbeda adalah protanomali, yang merupakan kepekaan yang berkurang terhadap cahaya merah.

Ada deuteranomali yang merupakan kepekaan yang berkurang terhadap lampu hijau dan merupakan bentuk paling umum dari kebutaan warna, dan tritanomali yang merupakan kepekaan yang berkurang terhadap cahaya biru dan sangat jarang.

Efek dari penglihatan trikromasi yang anomali dapat berkisar dari persepsi warna yang hampir normal hingga hampir tidak adanya persepsi tentang warna yang 'salah'.

Orang dengan deuteranomali dan protanomali secara kolektif dikenal sebagai buta warna merah-hijau dan mereka umumnya mengalami kesulitan membedakan antara merah, hijau, coklat, dan oranye.

Mereka juga biasanya membingungkan berbagai jenis warna biru dan ungu.

Orang dengan kepekaan biru berkurang mengalami kesulitan mengidentifikasi perbedaan antara biru dan kuning, ungu dan merah, dan biru dan hijau.

Bagi orang-orang ini, dunia pada umumnya tampak merah, merah muda, hitam, putih, abu-abu, dan toska.

2. Dikromatik

Orang-orang dengan dikromasi anomali dapat memiliki buta warna yang diwariskan. Dalam hal ini, kemampuan mereka untuk melihat warna akan tetap sama.

Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk, atau mungkin membaik seiring waktu

Orang-orang dengan penglihatan warna dikromatik hanya memiliki dua jenis kerucut yang dapat merasakan warna yaitu mereka tidak memiliki fungsi total dari satu jenis kerucut.

Kurangnya kemampuan untuk melihat warna adalah cara termudah untuk menjelaskan kondisi ini.

Tetapi pada kenyataannya itu adalah bagian spesifik dari spektrum cahaya yang tidak dapat dirasakan, yakni spektrum cahaya ini 'merah', 'hijau' atau 'biru'.

Bagian dari spektrum cahaya yang merupakan kerucut 'merah' dan 'hijau' menjadi tumpang tindih, dan inilah mengapa kekurangan penglihatan warna merah dan hijau sering dikenal sebagai kebutaan warna merah/hijau.

Orang-orang dengan protanopia tidak dapat melihat cahaya 'merah', mereka yang menderita deuteranopia tidak dapat memahami cahaya 'hijau' dan mereka yang memiliki tritanopia tidak dapat melihat cahaya 'biru'.

Orang dengan defisiensi merah dan hijau hidup di dunia di mana warna biru dan kuning yang menonjol. Coklat, oranye, warna merah dan hijau menjadi kacau.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Mata Juling Pada Anak

3. Protanopia

Protanope lebih cenderung bingung saat melihat warna:

  1. Hitam dengan banyak nuansa merah
  2. Coklat gelap dengan hijau tua, oranye gelap dan merah tua
  3. Beberapa spektrum warna biru dengan beberapa merah, ungu dan merah muda gelap
  4. Warna kehijauan dengan warna keoranyean

4. Deuteranopes

Deuteranope lebih cenderung bingung saat melihat warna:

  1. Kemerahan dengan kehijauan
  2. Biru-hijau dengan abu-abu dan nuansa merah muda
  3. Hijau cerah dengan kuning
  4. Merah muda pucat dengan abu-abu muda
  5. Kemerahan dengan cokelat tua
  6. Cahaya biru dengan ungu

5. Tritanope

Kebingungan warna yang paling umum untuk tritanope adalah biru muda dengan abu-abu, ungu tua dengan hitam, kehijauan dengan biru, dan oranye dengan merah.

Baca Juga: 3 Jenis Buta Warna Ini Bisa Dialami Anak. Ini yang Moms Perlu Lakukan

Penyebab Buta Warna Parsial Bisa Terjadi

buta warna parsial anak-1.jpg
Foto: buta warna parsial anak-1.jpg (realshades.com)

Foto: realshades.com

Sejatinya, kerucut dalam mata merespons pada warna berbeda.

Sebagian besar merespons pada warna merah, sebagian kecil pada warna hijau, dan sedikit bagian merespons pada warna biru.

Pada orang dengan buta warna parsial, sel-sel kerucut ini mengalami kerusakan.

Mereka masih bisa mendeteksi warna, namun persepsinya tidak 100 persen benar. Contohnya, tertukar antara warna satu dengan lainnya.

Faktor Seseorang Alami Buta Warna Parsial

buta warna parsial-4
Foto: buta warna parsial-4

Foto: Orami Photo Stock

Ada hal-hal yang menyebabkan seseorang bisa mengalami buta warna parsial. Ketahui apa saja penyebabnya berikut ini ya, Moms.

1. Faktor Keturunan

Biasanya, buta warna parsial terjadi karena faktor keturunan dari keluarga dengan kelainan fotopigmen. Gen yang menurunkan buta warna parsial adalah kromosom X.

Itu sebabnya buta warna parsial lebih banyak ditemukan terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.

2. Retinopati Diabetik

Penyakit degenerasi makula dan retinopati diabetik menyebabkan kerusakan pada retina tempat sel kerucut berada.

Hal ini yang menyebabkan orang dengan diabetes bisa saja mengalami buta warna parsial.

Baca Juga: Ketahui 5 Tips Memilih Kacamata untuk Anak Ini

3. Penyakit Otak

Penderita Alzheimer maupun Parkinson juga memiliki kecenderungan mengalami buta warna parsial.

Selain itu, orang-orang yang menderita demensia menghadapi kesulitan dengan persepsi penglihatan hingga salah menginterpretasi warna yang dimaksud.

4. Kecelakaan

Dalam kasus lain, kecelakaan atau cedera berat juga bisa mengakibatkan sel kerucut dalam retina mengalami kerusakan. Akibatnya, seseorang bisa mengalami buta warna parsial.

Baca Juga: Apakah Buta Warna Bisa Diobati?

Buta Warna Parsial Bisa Menurun ke Anak

buta warna parsial-3.jpg
Foto: buta warna parsial-3.jpg (phys.org)

Foto: phys.org

Salah satu penyebab terjadinya buta warna parsial adalah faktor genetik. Ketidakmampuan melihat warna merah, hijau, dan biru biasanya diturunkan dari orangtua lewat kromosom X.

Lalu, bagaimana buta warna parsial bisa diturunkan ke anak secara genetik?

Pertama-tama, kromosom yang dapat menurunkan buta warna parsial adalah kromosom X.

Artinya untuk anak perempuan dengan kromosom XX, bila hanya satu kromosom yang terkena, maka ia akan menjadi carrier (pembawa) saja.

Sementara bagi anak laki-laki yang memiliki kromosom XY, apabila mendapatkan kromosom X dengan kasus buta warna, maka ia akan mendapatkan buta warna turunan.

Namun seorang ayah yang buta warna sekalipun tidak bisa menurunkan ke anak laki-lakinya, karena kromosom X dari ayah hanya turun ke anak perempuan.

Itu sebabnya, buta warna parsial untuk warna merah/hijau lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Sementara buta warna untuk biru cukup setara antara pria dan wanita karena terbawa di kromosom non-sex.

Tes Buta Warna

Buta-Warna,-Penyebab,-Gejala,-dan-Cara-Beradaptasi-Hero (1).jpg
Foto: Buta-Warna,-Penyebab,-Gejala,-dan-Cara-Beradaptasi-Hero (1).jpg

Foto: Orami Photo Stock

Banyak orang yang ingin tahu apakah mereka memiliki kondisi mata yang normal, atau buta warna.

Tak hanya itu, bagi Moms atau Dads yang ingin pindah kerja atau mendaftarkan diri sebagai PNS, surat keteangan tidak buta warna pun diperlukan untuk kelengkapan dokumen administrasinya.

Untuk memperoleh surat keterangan tidak buta warna, Moms dan Dads harus menjalani tes dulu nih! Ada 2 jenis tes yang bisa dilakukan, ini dia!

1. Tes Ishihara

warna yang terlihat oleh penderita buta warna_.jpeg
Foto: warna yang terlihat oleh penderita buta warna_.jpeg

Foto: Orami Photo Stock

Tes Ishihara adala jenis tes buta warna parsial yang sangat umum dilakukan.

Ketika memutuskan untuk menajalani tes buta warna parsial ini, dokter akan meminta untuk menunjuk angka ataupun huruf yang sudah tertera dengan samar pada sebuah gambar dengan pola titik berwarna.

Setelah menyelesaikan bagian menunjuk dengan kondisi melihat menggunakan kedua mata, langkah selanjutnya dokter akan meminta untuk menutup sebelah mata untuk membaca dan menebak gambar yang terdiri dari titik-titik berwarna dengan angka atau bentuk yang berbeda pada bagian tengahnya.

Orang yang tidak mengalami buta warna pastinya bisa menebak angka atau gambar tersembunyi di antara pola titik berwarna.

Namun, jika ternyata Moms atau Dads tidak bisa menemukan gambar dan pola tersebut, bisa diartikan mengalami gangguan pengliatan berupa buta warna.

Selain bentuk angka dan huruf, dokter biasanya juga akan meminta Moms dan Dads untuk menelusuri alur warna tertentu menggunakan jari pada gambar yang disediakan.

Tes ini pertama kali ditemukan oleh Ishihara Shinobu pada 1917, seorang opthamologist dari Jepang.

Baca Juga: Seperti Apa Warna yang Terlihat oleh Penderita Buta Warna?

2. Tes Holmgren dan Anomalascope

Deteksi Gejala Buta Warna Pada Anak 2.jpg
Foto: Deteksi Gejala Buta Warna Pada Anak 2.jpg (https://thumbs-prod.si-cdn.com/J1_k-GIEq9Xk2gupSeGw18RlgZw=/fit-in/1600x0/https://public-media.si-cdn.com/filer/93/bc/93bcf9fb-d2dc-44af-b878-4395e2b8c058/09122016-asksmith-colorblind-hero-v1.jpg)

Foto: Orami Photo Stock

Bukan hanya tes Ishihara yang umum dilakukan untuk mendapatkan surat keterangan tidak buta warna, tes Holmgren dan Anoaloscope juga bisa dilakukan.

Tes Holmgren sendiri dikenal sebagai tes benang wol berwarna.

Cara pemeriksaaannya dilakukan dengan menggunakan benang wol beraneka warna yang sudah dirancang khusus.

Ketika menjalani tes Holmgren, Moms dan Dads akan diminta dokter untuk mengambil benang sesuai warna yang diindustrikan.

Lalu, bagaimana untuk tes Anomalascope? Tes jenis ini dilakukan dengan menebak warna di dalam alat yang seperti mikroskop bernama Anomaloscope.

Saat menjalani tes ini, Moms dan Dads akan diminta untuk melihat ke arah lingkaran yang dibagi dalam 2 warna, yaitu merah dan hijau pada satu sisi, serta kuning di sisi lainnya.

Jika sudah dilakukan, pasien diminta untuk menekan tombol yang ada pada alat dan membuat warna pada lingkaran berubah menjadi warna yang sama.

Tes warna Anomaloscope sendiri masuk ke dalam jenis tes yang diperuntukkan bagi buta warna parsial. Sayangnya, jenis tes ini hanya mampu mendeteksi penyakit buta warna parsial dengan spesifikasi warna merah dan juga hijau.

Nah, bagaimana Moms dan Dads penjelasan dari Orami?

Jangan lupa untuk tes kondisi mata serta Si Kecil untuk mengetahui lebih dalam mengenai diri sendiri dan buah hati ya!


Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Sumber: sehatq.com

Konten ini merupakan kerja sama yang bersumber dari SehatQ

Isi konten di luar tanggung jawab Orami Parenting

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb