13 Februari 2022

Dehidrasi pada Anak, Mengapa Lebih Rentan Terjadi?

Selalu ingatkan Si Kecil untuk konsumsi air putih secukupnya
Dehidrasi pada Anak, Mengapa Lebih Rentan Terjadi?

Pernahkah Moms dan Dads merasakan mulut kering dan rasa haus berkepanjangan? Rupanya gejala tersebut bisa menjadi tanda dehidrasi pada orang dewasa maupun dehidrasi pada anak, lho.

Dalam jurnal Media Gizi Indonesia, dehidrasi merupakan kondisi tubuh yang mengalami kekurangan cairan karena jumlah yang keluar lebih besar daripada yang masuk ke dalam tubuh.

Dehidrasi bisa terjadi karena kurangnya minum air, kekurangan cairan karena diare, muntah, atau berkeringat.

Selain gejala mulut kering dan rasa haus, gejala lain dari dehidrasi ialah warna kuning pada urine, merasa sangat lelah dan mengantuk, hingga pusing dan mual.

Baca Juga: Simak Tanda Dehidrasi yang Harus Diwaspadai, Serta Cara Penanganannya

Alasan Dehidrasi pada Anak Lebih Rentan Terjadi

Dehidrasi dapat terjadi kepada siapapun termasuk dehidrasi pada anak. Bahkan mereka lebih rentan mengalami dehidrasi lho, Moms.

Melansir dari situs Independent, University of Sheffield Medical School melakukan penelitian kepada 450 anak di Inggris pada tahun 2012. Penelitian tersebut menghasilkan 60% dari jumlah anak yang diteliti berada pada status “tidak cukup terhidrasi”.

Studi di Prancis juga menunjukkan 62,2% anak kurang terhidrasi. Begitupun di Amerika Serikat dengan persentase 64%.

Lantas, mengapa dehidrasi pada anak lebih rentan terjadi? Simak ulasannya berikut ini ya, Moms.

1. Sistem Imun Anak yang Belum Berkembang Maksimal

anak-anak rentan dehidrasi 1.jpg
Foto: anak-anak rentan dehidrasi 1.jpg

Foto: Freepik.com

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh anak yang belum sepenuhnya berkembang membuat anak mudah terserang penyakit seperti flu dan diare.

Kedua penyakit tersebut cukup menguras cairan sehingga dapat menyebabkan dehidrasi pada anak.

Flu menyebabkan dehidrasi pada anak karena demam dan keluarnya keringat dari dalam tubuh. Sedangkan diare yang berlangsung secara terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi karena tubuh secara intens terus mengeluarkan cairan yang diperlukan.

Apalagi jika diare dibarengi dengan muntah, maka tubuh akan lebih cepat kehilangan cairan dan mineral. Diare sendiri cukup rentan menyerang bayi dan anak-anak.

Baca Juga: Penyakit Imunodefisiensi Primer pada Anak, Ketahui Penyebab dan Jenisnya

2. Anak-anak Butuh Air dan Elektrolit Lebih Cepat dari Orang Dewasa

anak-anak rentan dehidrasi 2.jpg
Foto: anak-anak rentan dehidrasi 2.jpg

Foto: Freepik.com

Masa pertumbuhan anak-anak membutuhkan asupan air yang banyak, Moms.

Penulis buku ‘Water: For Health, for healing, for life: You’re Not Sick, You’re Thirsty!’ bernama Dr. F. Batmanghelidj mengatakan bahwa perkembangan sel pada anak membutuhkan banyak air, sehingga hal tersebut menjadikan dehidrasi pada anak lebih rentan terjadi.

Tingkat metabolisme yang tinggi dan peningkatan luas permukaan tubuh menurut indeks massa berkontribusi terhadap pergantian cairan.

Maka, tidak heran jika tubuh anak butuh volume air lebih besar untuk menyeimbangkan cairan.

3. Anak-anak Lebih Banyak Bergerak

anak-anak rentan dehidrasi 3.jpg
Foto: anak-anak rentan dehidrasi 3.jpg

Foto: Freepik.com

Anak usia dua tahun ke atas memiliki kecenderungan untuk aktif bergerak karena rasa penasaran mereka terhadap lingkungan.

Si Kecil akan mengeksplor berbagai kegiatan bersama teman-teman atau orang tua.

Berbagai aktivitas yang dilakukannya tentu akan menyebabkan ia berkeringat dan air dalam tubuh berkurang sehingga tubuh lebih banyak butuh cairan.

Ketika cairan lebih banyak keluar melalui keringat, mereka pun cenderung lebih rentan mengalami dehidrasi.

Baca Juga: Ini Penyebab dan Cara Mudah Mengatasi Bau Mulut pada Anak

4. Anak-anak Belum Mengenal Pentingnya Air

anak-anak rentan dehidrasi 4.jpg
Foto: anak-anak rentan dehidrasi 4.jpg

Foto: Freepik.com

Menurut Netti yang ditemui pada acara Kolaborasi Strategis Danone AQUA dan HIMPAUDI, melalui Program “Aku Mau Air, Aku Sehat”, anak yang kurang minum akan mengalami gangguan kesehatan.

Seperti buang air besar kurang lancar, tubuh cepat lelah, dan tingginya risiko penyakit ginjal.

“Hal ini juga menimbulkan masalah pada proses kerja otak,” ujar Netti.

Sebagian besar anak-anak menyukai minuman manis dan belum paham betul apa pentingnya air putih bagi kesehatan tubuhnya.

Tidak heran jika dehidrasi pada anak lebih rentan terjadi, karena umumnya mereka akan minum air putih jika diingatkan orang tua saja.

Menurut riset yang dilakukan The European Food Safety Authority, anak laki-laki berusia 9 hingga 13 tahun membutuhkan 2.1 liter cairan per hari dan anak perempuan 1,9 liter per hari.

Jika diukur dengan gelas adalah delapan gelas ukuran 150 ml per hari.

5. Kebutuhan Air Anak-anak yang Lebih Tinggi

anak-anak rentan dehidrasi 5.jpg
Foto: anak-anak rentan dehidrasi 5.jpg

Foto: Freepik.com

Anak-anak membutuhkan volume air lebih besar agar mempertahankan keseimbangan cairan untuk tubuh mereka. Total air dalam tubuh pada bayi sekitar 70% dari berat badan dan anak-anak 65%.

Ginjal anak-anak yang masih dalam masa perkembangan juga menyebabkan anak lebih mengeluarkan banyak urine dan rentan dehidrasi.

Menurut Michael Farrell, M.D., kepala staf di Children's Hospital Medical Center of Cincinnati mengatakan bahwa anak-anak juga kencing dengan frekuensi yang lebih sering setiap beberapa jam.

Baca Juga: Bolehkah Bayi Minum Air Putih? Simak Penjelasannya!

6. Dehidrasi pada Anak karena Muntah dan Diare

dehidrasi pada anak karena muntah
Foto: dehidrasi pada anak karena muntah

Foto: Orami Photo Stock

Dehidrasi pada anak juga bisa disebabkan karena muntah. Anak yang muntah dan disertai dengan demam juga akan kehilangan banyak cairan melalui keringat.

Mengutip laman Healthy Children, seorang anak yang muntah parah atau berkepanjangan mungkin kehilangan natrium, kalium, dan klorida sehingga lebih rentan mengalami dehidrasi.

Mineral ini memiliki peran penting dalam transmisi impuls saraf dan kontraksi otot, dan dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh.

Anak-anak yang mengalami diare juga berisiko lebih tinggi menyebabkan dehidrasi. Pasalnya, diare yang ditandai dengan seringnya buang air besar dengan tinja yang encer membuat tubuh anak kehilangan cairan.

Cara Mengatasi Dehidrasi pada Anak

rehidrasi
Foto: rehidrasi (Orami Photo Stocks)

Foto: Orami Photo Stock

Apabila Si Kecil mengalami dehidrasi, mengutip The Royal Children's Hospital Melbourne, cara mengatasi dehidrasi pada anak yaitu dengan memberikannya lebih banyak cairan, seperti air atau larutan rehidrasi oral rehydration solution (ORS) selama 3-4 jam, untuk menggantikan cairan dan garam tubuh.

ORS tersedia di banyak toko kelontong dan toko obat tanpa resep. Obat ini terdiri dari kombinasi gula dan garam yang tepat yang dibutuhkan anak-anak yang mengalami dehidrasi.

Takarannya adalah 1-2 sendok teh ORS setiap beberapa menit atau sebanyak 250 ml air. Takaran tersebut untuk anak dengan berat lebih dari 10 kilogram.

Tetapi, jika Si Kecil menolak minum air atau larutan rehidrasi oral, cobalah untuk memberikannya susu biasa pada anak.

Bayi yang disusui harus terus disusui, bahkan selama rehidrasi, kecuali muntah berulang kali. Berikan oralit di antara waktu menyusui.

Berhentilah memberikan susu formula kepada bayi yang diberi susu formula selama rehidrasi, dan mulai kembali segera setelah bayi dapat menahan cairan dan tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

Jadi, ganti susu formula dengan larutan rehidrasi oral atau air selama 12 jam pertama, kemudian berikan susu formula normal dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

Untuk anak yang lebih besar (dengan berat badan lebih dari 10 kg) yang mengalami dehidrasi, berikan setidaknya satu cangkir (250 mL) air (atau larutan rehidrasi oral) untuk diminum, setiap jam selama empat jam. Beri mereka minum lebih dari ini jika mereka muntah atau diare.

Jangan memberikan minuman berkadar gula tinggi, soda, teh, jus buah, makanan penutup agar-agar, atau kaldu ayam karena justru dapat memperburuk dehidrasinya.

Baca Juga: Dehidrasi Pada Bayi: Ini Penyebab, Tanda, dan Penanganannya

Waktu Tepat Anak Perlu ke Dokter

kapan anak harus dokter saat dehidrasi
Foto: kapan anak harus dokter saat dehidrasi (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Beberapa anak yang dehidrasi mungkin tidak membaik saat diberi oralit, terutama jika mereka mengalami diare eksplosif atau sering muntah.

Ketika kehilangan cairan tidak dapat diganti karena alasan ini atau lainnya, seorang anak mungkin perlu mendapatkan cairan intravena (IV) di rumah sakit.

Jika Moms merawat anak karena dehidrasi di rumah dan merasa tidak ada perbaikan atau dehidrasi semakin parah, seperti menunjukkan gejala berikut:

  • Tidak cukup minum atau makan cukup
  • Terlihat lelah
  • Memiliki urin berwarna kuning gelap dan buang air kecil berkurang
  • Memiliki mulut dan mata yang kering
  • Rewel atau mudah tersinggung
  • Muntah lebih dari sekali
  • Berusia di bawah 1 tahun 1

Maka, segera hubungi dokter atau bawa anak ke UGD terdekat untuk mendapatkan penanganan segera.

Baca Juga: Moms, Ini 7 Tanda Bayi Dehidrasi yang Harus Diwaspadai!

Itulah informasi terkait penyebab dan cara mengatasi dehidrasi pada anak. Semoga sehat selalu Si Kecilnya ya, Moms!

  • https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/3633
  • https://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/health-news/children-not-properly-hydrated-7710908.html
  • https://www.eufic.org/en/healthy-living/article/how-much-water-should-you-drink-per-day
  • https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Dehydration/
  • https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/abdominal/Pages/Drinks-to-Prevent-Dehydration-in-a-Vomiting-Child.aspx

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb