11 Februari 2021

Eduseries: "Apa nggak sebaiknya kamu berhenti bekerja supaya cepat hamil?”

Dukungan dan Komunikasi dalam Pernikahan
Eduseries: "Apa nggak sebaiknya kamu berhenti bekerja supaya cepat hamil?”

Cerita Pengantar

“Mita, memang kamu nggak bisa berhenti kerja dulu?” tanya ibu mertuanya.

"Ini sudah tahun ketiga kamu menikah, masih belum juga punya anak. Itu anaknya Ibu Tejo aja baru nikah tahun lalu sekarang sudah hamil. Jadi, udahlah kamu berhenti kerja aja, biar Ibu segera menimang cucu!”

Mita hanya terdiam bingung harus menjawab permintaan dari ibu mertuanya, hatinya memberontak tapi dia tidak berdaya.


Moms and Dads,

Apakah pernah mengalami hal yang sama dengan cerita di atas? Dilema yang sering dihadapi oleh para perempuan menikah yang belum memiliki anak. Tekanan yang diberikan oleh lingkungan sekitar bahwa proses selanjutnya dalam membentuk pernikahan yang bahagia adalah memiliki anak. Dalam Orami Eduseries ini, Moms and Dads akan belajar mengenai:

  1. Pentingnya komunikasi dalam situasi yang kurang nyaman
  2. Sebagai suami, dukungan seperti apa yang harus saya berikan?
  3. Bersama memaknai nilai pernikahan


Bagian 1: Pentingnya Komunikasi dalam Situasi yang Kurang Nyaman

Eduseries-2.jpg
Foto: Eduseries-2.jpg

Segera memiliki anak biasanya merupakan harapan yang dimiliki oleh pasangan yang sudah menikah. Hal ini merupakan keinginan yang cukup wajar karena kehadiran anak-anak dianggap akan menambah semarak dalam sebuah pernikahan. Makanya, ketika sebuah pernikahan belum juga diberikan seorang anak, seringkali memberikan tekanan, entah apakah tekanan tersebut berasal dari diri sendiri ataupun orang lain (mertua, teman, ataupun saudara).

Pada titik tertentu, pertanyaan mengenai anak menjadi sebuah beban bagi pasangan, yang akhirnya menambah ketegangan di dalam pernikahan. Padahal, untuk bisa memiliki anak, stres adalah faktor yang harus dihindari. Perlu sekali untuk tidak terjebak dalam harapan yang dibuat oleh orang lain, tetapi komunikasikanlah dengan pasangan mengenai keinginan ini.

Komunikasi merupakan kunci untuk bisa mengatasi tekanan yang ada dalam sebuah pernikahan. Hal ini hanya bisa dicapai jika ada keterbukaan dari kedua belah pihak mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya. Apalagi proses memiliki anak, tidak selalu mudah bagi sebagian pasangan,. Jadi, keterbukaan mengenai hal ini menjadi kunci penting untuk bisa saling memahami sehingga memperkuat hubungan antar pasangan.

Catatan Kecil:

Pernikahan adalah perjalanan dari dua orang, laki-laki dan perempuan, sehingga tentunya penting untuk duduk bersama memutuskan hal-hal yang akan mempengaruhi dinamika pernikahan, terutama hal-hal yang berhubungan dengan menghadirkan anak-anak di dalam sebuah pernikahan.


Bagian 2: Sebagai Suami, Dukungan Seperti Apa yang Harus Saya Berikan?

Eduseries-3.jpg
Foto: Eduseries-3.jpg

Pada saat sebuah pernikahan belum juga dikaruniai anak, seringkali istri, secara sadar atau tidak, menjadi jauh lebih tertekan daripada suami. Kesalahan belum memiliki momongan sering dikaitkan dengan subur/tidak suburnya perempuan. Bahkan perempuan jugalah yang mengalami perubahan peran yang cukup signifikan saat menikah, apalagi jika telah memiliki anak. Dilema tetap bekerja atau berhenti menjadi beban pikiran bagi para moms.

Tidak sedikit perempuan yang akhirnya harus mengatur pekerjaannya karena kebutuhan untuk memiliki anak, baik dengan berhenti bekerja atau mencari dunia pekerjaan yang lebih santai dan mendukung proses ini terjadi. Perempuan tidak hanya seperti ditempatkan pada posisi kunci untuk memberikan keputusan tentang waktu yang tepat untuk memiliki anak, tetapi juga keputusan untuk mengubah prioritas hidup agar anak-anak bisa segera hadir dalam kehidupan pernikahannya.

Perempuan memiliki kemungkinan mengalami masalah kesehatan mental yang berhubungan dengan tekanan gender. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Daniel Freeman, bahwa perempuan lebih cenderung memandang dirinya secara negatif daripada laki-laki sehingga memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk tertekan secara mental jika ada permasalahan dalam hidupnya.

Hal ini tentunya bisa menjawab bahwa ketika sebuah pernikahan belum dikaruniai anak-anak, entah karena keputusan sadar ataupun karena kondisi di luar kontrol, maka istri lebih merasa tertekan dibandingkan suami. Apalagi jika diiringi dengan adanya persepsi bahwa kesempurnaan seorang perempuan adalah ketika ia berhasil memberikan keturunan.

Lalu, apa yang bisa dilakukan suami untuk bisa membantu istrinya tidak tertekan dalam situasi seperti ini, berikut adalah beberapa tips-nya:

  1. Bicara, Bicara, dan Bicara
    Tidak ada yang lebih penting daripada saling terbuka dengan pasangan. Biasanya perempuan lebih banyak menyimpan sendiri, jadi berikan waktu yang cukup untuk bisa berbicara lebih banyak. Jika suami tidak membicarakannya, maka istri akan semakin merasa ditinggalkan sendiri. Mungkin Anda ingin menjaga perasaannya dengan tidak membicarakan, tetapi istri Anda akan merasa ditinggalkan. Coba segalanya ungkapkan secara terbuka.

  2. Respon dengan Empati, Jangan Kecilkan Perasaan Istri
    Biasanya laki-laki memiliki kecenderungan untuk segera memberikan jalan keluar ketika ada permasalahan yang terjadi, misalnya dengan berkata, “Ah sudahlah, lupain aja omongan mereka, kan mereka itu memang suka nyebelin."

    Reaksi ini, walaupun dilihatnya sebagai salah satu cara untuk menghilangkan kecemasan istri, namun sebenarnya tidak memberikan efek baik. Istri akan merasa diabaikan perasaannya sehingga ada baiknya untuk bisa merespon dengan berempati misalnya, “Kamu sedih banget ya sayang mereka seperti itu, lalu apa yang kamu maudari aku? Respon yang empatik akan sangat membantu untuk meredakan kecemasan yang istri alami.

  3. Menguatkan Hubungan
    Fokuslah untuk mencari hal-hal yang baru, jangan hanya mengisi hari-hari dengan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memiliki anak. Tetapi lebih fokus untuk meningkatkan kualitas hubungan karena kunci pernikahan yang bahagia ada pada kedalaman hubungan antara suami dan istri.

  4. Jadilah Perisai
    Dukung istri ketika ia menghadapi pertanyaan dari orang-orang mengenai hal ini, terutama jika pertanyaan datang dari ibu sendiri (mertua dari istri). Tentunya akan sulit bagi istri untuk mengatakan secara jujur keinginannya, jadi ia membutuhkan dukungan anda. Jangan biarkan istri Anda sendirian dalam situasi ini. Jika memungkinkan, Anda bisa mengajak ibu Anda untuk bicara agar tidak terlalu membicarakan mengenai proses mendapatkan anak.

Catatan Kecil

Suami sangat berperan penting dalam membantu istri menghadapi tekanan ini. Namun, jangan lupa juga bahwa tekanan tidak hanya dialami oleh pihak istri, tetapi suami pun merasa tertekan walau tidak selalu tampak dipermukaan. Penting untuk pasutri dimasa seperti ini tetap saling mendukung, menguatkan, dan satu suara.


Bagian 3: Bersama Memaknai Nilai Pernikahan

Eduseries-4 (1).jpg
Foto: Eduseries-4 (1).jpg

Pasangan yang sudah menikah seringkali terjebak dalam pola pikir bahwa rumah tangga yang dijalani baru sempurna ketika berhasil memiliki anak-anak yang lucu. Namun sebenarnya (menurut Dr. Steinberg dalam teori Triangular of Love) bahwa sebuah pernikahan akan jauh lebih berarti ketika di dalamnya terdapat intimacy, passion, dan commitment. Ketiganya seharusnya ada secara seimbang di dalam sebuah pernikahan. Oleh karenanya, pernikahan berhasil atau tidak sangatlah tergantung dari hubungan yang dimiliki oleh pasangan tersebut.

Memang ada pandangan bahwa kehadiran anak-anak akan memperkuat komitmen yang dimiliki oleh pasangan, namun hal ini tidaklah menjadi sebuah patokan untuk bisa menjalani pernikahan yang bahagia. Ada banyak faktor yang mempengaruhi dan sebaiknya faktor anak-anak tidak dijadikan sebagai alasan untuk menjalani atau menilai sebuah pernikahan.

Catatan Kecil:

Pernikahan seharusnya tentang suami dan istri, bukanlah mengenai anak-anak. Anak-anak adalah bonus yang diberikan oleh Tuhan, dan sebaiknya tidak juga menjadi sebuah alasan untuk menilai kebahagiaan sebuah pernikahan. Pasutri dapat menikmati setiap musim pernikahan dan berbagai fase kehidupan berkeluarga tanpa menitikberatkan dengan tujuan memiliki buah hati.


Eduseries-5 (1).jpg
Foto: Eduseries-5 (1).jpg


Moms and Dads, bagikan pengalaman membaca Anda, yuk!

Klik di sini!


Baca seri Orami Eduseries lainnya!


Pranala Luar/Referensi

  • https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/women-issues
  • https://www.verywellmind.com/types-of-love-we-experience-2303200

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb