Eduseries: "Kapan Ya Sekolah Dibuka Lagi? Aku Jadi Kecapean dan Sering Marah-Marah Kalau School from Home Terus"

Seri: Strategi Orang Tua Mendampingi Anak School from Home
Eduseries: "Kapan Ya Sekolah Dibuka Lagi? Aku Jadi Kecapean dan Sering Marah-Marah Kalau School from Home Terus"

Cerita Pengantar

“Mama kayaknya udah nggak sanggup dampingin Rara belajar di rumah, Pa," keluh Mama Ami kepada suaminya.

“Kenapa, Ma? Ada kesulitan apa?" jawab Papa Edi.

“Aku kecapean harus bekerja, urus rumah terus masih mendampingi Rara juga.”

Hummm iya sih, kondisi seperti ini nggak ideal, ya?” ucap Papa Edi sembari mengelus punggung Mama Ami memberi dukungan.

“Belum lagi, mama lihat Rara tampaknya kesulitan dengan belajar seperti ini. Moodnya naik-turun, kadang nangis, kadang bengong. Mama kasihan sama dia, tapi kadang kesel juga, Pa..Ujung-ujungnya jadi marahin Rara lagi," curhat Mama Ami lebih lanjut.

“Kapan ya sekolah dibuka lagi?” Mama Ami mulai berandai-andai, menunggu pandemi berakhir dan anak-anak dapat kembali bersekolah dengan aman.


Halo Moms and Dads,

Merasa senasib dengan Mama Rara?

Belajar di rumah masih akan terus berlangsung sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Gimana ya strateginya supaya orang tua tetap waras dalam mendampingi anak School From Home (SFH)? Yuk, temukan jawabannya di Orami Eduseries, Seri Strategi Orang Tua Mendampingi Anak School from Home.

  1. Sejauh mana sih peran orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah?
  2. Moms and Dads, ini lho kunci sukses belajar di rumah
  3. Anak sudah selesai belajar online, terus ngapain ya?
  4. Bagaimana orang tua bisa tetap waras ketika mendampingi anak menjalani school from home?


Bagian 1: Sejauh Mana Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar di Rumah?

2.jpg
Foto: 2.jpg


Moms and Dads
, pada dasarnya semua anak membutuhkan pendampingan orang tua dalam menjalani proses belajar di rumah, hanya saja dengan intensitas yang berbeda. Tergantung dari tahap tumbuh kembang anak. Semakin dewasa usia anak, kemampuan kognisi (terkait proses informasi dan pemahaman konsep) akan semakin matang, begitupun dengan kemandiriannya.

Proses berpikir anak pada usia balita masih sangat konkret. Mereka butuh sesuatu yang bisa diamati dan dicontoh cara pengerjaannya secara langsung. Oleh karena itu, anak usia dini cenderung membutuhkan pendampingan yang intens dari orang tua dalam menjalani online learning.

Pada anak yang lebih dewasa, cara berpikirnya sudah semakin matang. Anak bisa memahami dan mengerjakan hal yang lebih kompleks. Dengan demikian, intensitas pendampingan orang tua bisa dikurangi. Anak pun bisa mulai diajak untuk membuat kesepakatan bersama, Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan selama online learning, beserta konsekuensinya. Orang tua tinggal memastikan bahwa anak sudah paham apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya dan apa yang harus dilakukan setelah selesai online learning.

Dalam mendampingi anak belajar di rumah, Moms and Dads bisa bekerjasama dengan keluarga di rumah. Tentunya hal ini perlu disesuaikan dengan sumber daya di rumah masing-masing. Sebaiknya di awal sudah disepakati ‘jadwal piket’ tiap anggota keluarga. Siapa yang mengerjakan pekerjaan rumah? Siapa yang mendampingi anak belajar? Siapa yang harus bekerja? Dan sebagainya. Tempat dan perlengkapan belajar yang akan dipakai juga sebaiknya sudah ditentukan. Misalnya, memang ada tempat khusus di rumah yang digunakan untuk anak belajar, serta laptop atau gadget yang memang diperlukan untuk mengikuti online learning.

Catatan kecil:

Moms and Dads, mendampingi anak belajar di rumah, sembari bekerja, dan mengurus rumah tangga memang bukan perkara mudah. Mengubah rutinitas dan menyesuaikan diri dengan kondisi baru, perlu usaha. Namun, usaha inilah yang perlu kita perjuangkan bersama, agar kondisi bisa membaik dan pandemi dapat segera berlalu. Yuk sama-sama kita teruskan semangatnya, ya!


Bagian 2: Moms and Dads, Ini Lho Kunci Sukses Belajar di Rumah

3.jpg
Foto: 3.jpg


Moms and Dads
, dulu saat masih sekolah offline, segalanya sudah terjadwal bagi anak. Bangun pukul 6 pagi, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah. Pulang sekolah makan siang, lalu ada jadwal les dan kerjakan PR.

Nah, saat belajar di rumah ini semuanya jadi berantakan. Bangun tidur lima menit sebelum jadwal online learning. Jadwal makan tidak teratur, begitupun dengan tidur. Ada yang seperti ini?

Moms and Dads, saat menjalani belajar di rumah, anak tetap membutuhkan struktur yang konsisten. Adanya struktur membuat anak mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi pada mereka. Hal tersebut memberikan rasa aman dan nyaman. Ketika anak merasa aman, mereka cenderung memiliki emosi yang stabil, mampu mengontrol diri, memiliki kebiasaan positif, serta mengurangi kemungkinan anak menolak melakukan suatu kegiatan (misalnya: tidak mau mandi atau belajar).

Nah, rutinitas merupakan bagian dari struktur yang tetap perlu ada saat menjalani belajar di rumah.

Tips 1b.png
Foto: Tips 1b.png

Tips mudah untuk menyusun jadwal adalah tetap menggunakan jadwal biasa (sebelum pandemi, ketika belajar masih dilakukan di sekolah). Hal yang penting diperhatikan (namun seringkali abai) adalah jadwal tidur dan bangun anak.

Kondisi di rumah kerap dikonotasikan sebagai liburan sehingga anak bebas tidur larut malam dan bangun sesukanya. Usahakan anak bangun dan tidur teratur, dengan durasi yang sesuai usianya. Cukup tidur penting untuk menjaga daya imunitas pada anak. Aturan yang sama juga berlaku untuk jadwal makan. Ambil waktu untuk menyusun jadwal keluarga. Mulai dari jadwal anak, sampai jadwal orang tua. Jika memungkinkan, tuangkan jadwal keluarga ini ke dalam media visual dan tempelkan di tempat yang mudah terlihat di rumah.

Menentukan Lokasi Belajar
Lokasi bisa berperan menjadi anchor atau jangkar. Misalnya, ketika masuk kamar tidur maka mood yang terbangun adalah santai, rileks dan siap beristirahat. Jika anak belajar di lokasi yang konsisten setiap harinya, maka ketika berada di tempat tersebut, mood dan semangat belajar akan otomatis terbangun pada diri anak.

Berikut tips menentukan lokasi belajar yang ideal di rumah:

  1. Pilih ruangan yang bisa digunakan untuk belajar setiap hari
  2. Usahakan terpisah dari kamar tidur. Hal ini karena mood yang ingin dibangun ketika tidur dan belajar tentunya berbeda. Jika tidak memungkinkan, sebisa mungkin ada meja dan kursi sehingga anak tidak belajar di atas kasur
  3. Pilih ruangan belajar minim gangguan. Jauhkan perangkat elektronik seperti TV, tab atau handphone (kecuali digunakan untuk belajar, jika tidak berhubungan sebaiknya dinonaktifkan ketika anak sedang belajar). Jika ada anak yang lebih kecil, sebaiknya ia berada di ruang terpisah ketika kakaknya sedang belajar
  4. Kondisi ruangan nyaman dengan sirkulasi udara dan pencahayaan cukup.

tips 2.jpg
Foto: tips 2.jpg

Catatan kecil:

Moms and Dads, jika selama ini merasa kewalahan dengan online learning, masih ada waktu lho untuk memperbaiki. Yuk, coba untuk memetakan ulang berbagai sumber daya yang ada di rumah. Bangun struktur dan jalankan dengan konsisten. Ajak anak dan anggota keluarga lainnya duduk bersama untuk membuat kesepakatan agar proses belajar di rumah bisa berjalan dengan lebih lancar. Meskipun kondisi di luar masih sulit diprediksi, paling tidak kondisi di rumah bisa disusun dan menjadi sumber rasa aman.


Bagian 3: Anak Sudah Selesai Belajar Online, Terus Ngapain, Ya?

4.jpg
Foto: 4.jpg


Moms and Dads
, online learning sudah selesai, namun tidak bisa main keluar rumah. Lantas apa yang bisa dikerjakan oleh anak? Haruskah hanya bergantung kepada gadget sebagai penolong untuk mengusir kebosanan?

Berikut beberapa tips yang bisa Moms and Dads coba untuk mengefektifkan waktu luang anak:

  1. Ajak anak untuk turut membantu pekerjaan rumah
  2. Tetap batasi penggunaan gadget di luar waktu belajar ya, Moms and Dads. Anak tetap boleh main game setiap hari, ASAL tugas dan kewajibannya sudah selesai, serta dalam rentang waktu yang sudah disepakati
  3. Ajak anak untuk memilih hobi atau keterampilan yang ingin diasah. Gunakan waktu luang yang ada untuk mengejar target ini. Misalkan, keterampilan melukis, menggambar, atau yang lainnya
  4. Jika Anak sudah bisa membaca, ajak anak untuk mencari buku atau topik yang diminatinya
  5. Usahakan ada aktivitas fisik. Aktivitas fisik penting sebagai penyaluran energi anak ke hal-hal yang konstruktif. Jika memungkinkan, anak tetap bisa melakukan olahraga ringan di rumah atau jalan/bersepeda keliling perumahan.

Catatan kecil:

Moms and Dads, kondisi pandemi sudah menghadirkan beragam emosi negatif. Takut, khawatir, dan cemas. Anak bosan di rumah, kangen dengan teman-teman dan guru. Jangan tambah lagi beban anak dengan banyak tuntutan. Usahakan bawa atmosfer menyenangkan di rumah. Mudah atau sulit pelajarannya, berhasil atau gagal, yang penting sudah usaha, tetap jalankan dengan fun. Ingat bahwa aspek tumbuh kembang anak tidak hanya diaspek akademis saja. Aspek fisik, sosial, dan emosional juga tetap perlu distimulasi dengan seimbang.


Bagian 4: Bagaimana Orang Tua bisa tetap Waras Ketika Mendampingi Anak Belajar?

5.jpg
Foto: 5.jpg

Moms and Dads, kondisi belajar di rumah akan tetap berlangsung sampai waktu yang tidak dapat diprediksi. Sepanjang periode ini bisa saja terjadi konflik yang bisa menguras emosi dan energi mental. Yuk, simak tips berikut ini agar kesehatan mental kita bisa tetap terjaga:

  1. Ungkapkan Apa yang Moms and Dads Rasakan dengan Asertif dan Tidak Melukai Harga Diri Anak
    Rumusnya adalah gunakan i-message. Awali dengan ‘I’ atau ‘saya’. Sampaikan apa yang Moms and Dads rasakan serta pikirkan. Formulanya seperti ini:
tips 3.jpg
Foto: tips 3.jpg

Contoh i-message:
"Mama kecewa ketika kamu pukul dedek. Kalian hanya dua bersaudara dan mama ingin kalian bisa akur. Jadi, mama harap kakak bisa sayang dan ngomong baik-baik sama dedek."

Hal ini juga bisa melatih dan mengembangkan rasa empati pada anak. Melalui i-message, anak paham apa yang dirasakan oleh Moms and Dads. Hal apa yang bisa memicu munculnya emosi tertentu pada Moms and Dads, serta hal yang menjadi nilai penting dalam keluarga.

  1. Batasi Penggunaan Media dan Paparan Berita yang Menimbulkan Kecemasan
    Sebaiknya dalam kondisi ini, agar tetap waras, perbanyak informasi positif serta bacaan/tontonan yang menginspirasi ya, Moms and Dads.

  2. Biasakan Bersyukur
    Tulis hal-hal apa yang bisa disyukuri selama menjalani work from home (WFH) dan school from home (SFH). Misalnya, jadi punya lebih banyak waktu dengan anak, kalau masih sibuk artinya masih ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Ajak anak melakukan salat/ibadah bersama, mengungkapkan hal apa yang membuat mereka senang.

  3. Gunakan Waktu untuk Melakukan Kegiatan yang Positif
    Berolahraga, baca buku, nonton film favorit atau memperkaya diri dengan ikut kelas pengembangan diri online atau baca eduseries ini. Namun, ingat untuk cukup istirahat dan terus menjaga kesehatan, ya!

  4. Curhat
    Moms and Dads, curhat dapat meringankan sampai dengan 50% beban yang dirasakan. Tentunya kepada pihak yang tepat, ya. Curhat kepada orang yang salah, justru dapat menambah beban psikologis dan emosional, bahkan menambah masalah baru.

    Sebaiknya pilih orang yang cukup netral, bijaksana dan bisa mendengarkan dengan objektif. Jika memungkinkan, cari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog. Saat ini, bukan hanya orang dengan masalah kejiwaan berat saja yang perlu ke konselor/psikolog.

Catatan kecil:

Moms and Dads, mungkin proses belajar di rumah tidak selalu berjalan lancar. Kondisi tak terduga bisa muncul tanpa permisi. Inilah saatnya kita sebagai orang tua belajar menerima jika hasil tidak sempurna. Dengan mengatur ekspektasi diawal, menyiapkan hati untuk kemunculan berbagai kejutan, kita bisa lebih tenang dalam menjalankannya.


quote.jpg
Foto: quote.jpg


Mari bersama kita nikmati kondisi ini.
Lakukan yang terbaik dan berdoa semoga keadaan segera membaik 😊


Moms and Dads, jadilah yang pertama mereview Orami Parenting Eduseries!

Klik di sini!


Seri ini bekerjasama dengan IDEplus (Lembaga Pendidikan Soft Skill untuk Anak dan Remaja):

Website: www.ideplus.co.id/

Instagram: @ideplus.id


Pranala Luar/Referensi

  • Santrock, J. W. (2001). Child Development (9th Ed.). Boston : McGraw-Hill


Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb