06 November 2022

Infeksi Jamur: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Infeksi jamur bisa terjadi di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering pada sistem pernapasan dan kulit
Infeksi Jamur: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Penting bagi Moms untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh agar terhindar dari infeksi jamur.

Hal ini karena tubuh manusia terdiri dari banyak organisme, termasuk jamur.

Jika kebersihannya tidak terjaga dengan baik, jamur akan tumbuh secara berlebihan dan mencetuskan infeksi.

“Infeksi jamur adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan jenis yang berbeda-beda dan dapat terjadi pada berbagai macam bagian tubuh. Risiko terjadinya infeksi jamur lebih tinggi pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,” terang dr. Kamila Fitri I. Irianto, Dokter Umum RS Pondok Indah - Bintaro Jaya.

Lalu, apa saja yang termasuk gejala infeksi jamur dan bagaimana cara mengatasi infeksi jamur?

Simak penjelasannya di bawah ini, ya, Moms!

Baca Juga: Mengenal Fungal Acne, Jerawat yang Disebabkan Jamur di Kulit

Gejala Infeksi Jamur

Gatal Akibat Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)
Foto: Gatal Akibat Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)

Selanjutnya, dr. Kamila Fitri I. Irianto mengatakan bahwa gejala infeksi jamur sangat bervariasi, tergantung dari bagian tubuh yang terkena infeksi jamur.

Secara umum, tanda dan gejala dari infeksi jamur, meliputi:

  • Ruam
  • Bintik kulit
  • Luka melepuh/bernanah
  • Gatal (jika infeksi terjadi pada kulit)
  • Batuk
  • Demam
  • Sesak napas (jika infeksi terjadi pada saluran pernapasan)
  • Mata merah
  • Penglihatan kabur
  • Air mata berlebihan
  • Sakit kepala (jika infeksi terjadi pada mata)

Baca Juga: 4 Jenis Jamur Kulit Paling Menyebalkan, Simak Cara Menghindarinya!

Penyebab Infeksi Jamur

Penyebab Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)
Foto: Penyebab Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks) (Orami Photo Stocks)

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), karena jamur sering ditemukan di lingkungan kehidupan sehari-hari dan dapat terhirup/kontak langsung, bagian tubuh yang paling utama/sering terkena infeksi jamur adalah sistem pernapasan dan kulit.

Sedangkan untuk penyebab infeksi jamur tergantung pada jenis dan lokasi infeksi itu sendiri.

Mengutip laman Johns Hopkins Medicine, penyebab yang memungkinkan terjadinya infeksi jamur, yaitu:

  • Kerusakan pada area kulit
  • Ragi atau jamur yang tumbuh berlebih karena pengaruh kondisi hangat atau lembab
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Mengonsumsi antibiotik karena dapat menyebabkan pertumbuhan jamur secara berlebihan dan membunuh bakteri sehat di tubuh yang biasanya menjaga keseimbangan ragi.

Perlu Moms ketahui bahwa sebagian besar infeksi yang berkaitan dengan pertumbuhan berlebih jamur disebabkan oleh jamur yang dikenal sebagai Candida.

Ada lebih dari seratus spesies candida yang ada pada manusia, dengan yang paling umum adalah Candida albicans.

Memiliki jamur di seluruh tubuh dalam jumlah tertentu adalah normal, dan biasanya hal ini dikendalikan oleh bakteri lokal dan sistem kekebalan tubuh.

Namun, jika populasi kandida tumbuh di luar kendali, dapat menyebabkan infeksi di seluruh tubuh yang disebut kandidiasis (infeksi jamur).

Jamur menyukai tempat yang lembap, mereka biasanya tumbuh di dalam mulut, usus, vagina, dan permukaan kulit seperti ketiak atau selangkangan.

Jadi, infeksi jamur juga biasanya terjadi pada area-area tersebut, Moms.

Namun, apabila pertumbuhan jamur semakin invasif, jamur bisa tumbuh dan memengaruhi aliran darah, tulang, hingga persendian.

Baca Juga: 3 Manfaat Probiotik untuk Kesehatan Vagina

Faktor Risiko Infeksi Jamur

Gatal-Gatal Akibat Jamur (Orami Photo Stocks)
Foto: Gatal-Gatal Akibat Jamur (Orami Photo Stocks)

Sebenarnya, infeksi jamur dapat terjadi pada siapa pun tanpa pandang bulu.

Meski demikian, dr. Kamila Fitri I. Irianto menjelaskan bahwa risiko terjadinya infeksi jamur lebih tinggi pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Beberapa orang dengan kondisi tertentu juga dapat meningkatkan risiko infeksi jamur.

Berikut faktor risiko yang menyebabkan infeksi jamur, dikutip dari University of Rochester Medical Center:

  • Bayi atau orang dewasa yang mengompol memakai popok.
  • Orang dengan lipatan kulit besar.
  • Orang yang memakai gigi palsu.
  • Orang yang memakai antibiotik.
  • Orang yang menjalani pengobatan kanker.
  • Orang dengan kondisi kesehatan lain, seperti HIV atau diabetes.

Baca Juga: Kandidiasis, Jamur Vagina yang Pengaruhi Kesuburan?

Cara Mengatasi Infeksi Jamur

Cara Mengatasi Infeksi Jamur
Foto: Cara Mengatasi Infeksi Jamur (Hellosehat.com)

“Pengobatan untuk infeksi jamur disesuaikan dengan lokasi, jenis, tingkat keparahan dari infeksi yang dialami. Individu yang terkena infeksi jamur akan diberikan obat antijamur dengan dosis dan durasi pengobatan yang berbeda-beda,” terang dr. Kamila Fitri I. Irianto.

Berikut jenis-jenis infeksi jamur dan cara mengatasinya, dikutip dari laman Goop:

1. Topical Candida

Candida (jamur) dapat tumbuh berlebih di kulit, menyebabkan ruam merah, bercak bersisik, bengkak, atau gatal.

Biasanya, gejala ini berkembang di area tubuh yang lembab seperti lipatan kulit, di bawah payudara, dekat selangkangan, ketiak, atau di antara jari tangan dan kaki.

Antijamur azol topikal (obat yang mengandung cincin azol, seperti klotrimazol atau mikonazol) serta obat poliena, seperti nistatin, dapat bekerja efektif dalam mengobati jenis infeksi jamur ini.

Selain itu, pastikan untuk menjaga area yang terinfeksi jamur tetap kering untuk mendorong penyembuhan.

2. Infeksi Kuku

Candida dan jamur lain juga dapat menyebabkan infeksi kuku, jari kaki, dan kuku yang langka.

Kondisi ini mungkin terlihat seperti kuku putih, cokelat, atau kuning yang mungkin mudah patah atau mulai hancur.

Puing juga bisa terkumpul di bawah kuku, dan kuku mungkin tebal serta sulit dipotong.

Infeksi kuku jamur biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi memakai sepatu tertentu mungkin tidak nyaman.

Beberapa infeksi jamur kuku akan hilang dengan sendirinya. Sementara yang lain membutuhkan pengobatan, yang dapat berkisar dari antijamur oral, seperti terbinafine atau itraconazole, hingga sesuatu yang lebih drastis, seperti pencabutan kuku.

Baca Juga: 5 Cara Merawat Kuku Agar Selalu Sehat dengan Bahan Alami

3. Sariawan

Sariawan Karena Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)
Foto: Sariawan Karena Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)

Infeksi kandida pada mulut atau tenggorokan disebut sariawan.

Biasanya muncul sebagai bercak putih bergelombang di lidah, pipi, gusi, amandel, atau tenggorokan yang bisa terasa sakit atau berdarah saat disentuh.

Sariawan juga dapat menyebabkan sakit tenggorokan dan kesulitan menelan jika menyebar lebih jauh ke kerongkongan.

Untuk mendiagnosis sariawan, penyeka biasanya diambil dari bagian belakang tenggorokan dan dipelajari di bawah mikroskop untuk mengetahui adanya jamur.

Infeksi jamur ini dapat diobati dengan obat antijamur azol oral, seperti klotrimazol, atau poliena oral, seperti nystatin.

Sariawan paling sering terjadi pada bayi, orang dewasa yang lebih tua, dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Bayi dapat menularkan sariawan dari mulut ke payudara ibunya selama menyusui, yang dapat menyebabkan merah sensitif, puting pecah-pecah, kulit bersisik, atau nyeri saat menyusui.

Ibu dan anak yang mengalami sariawan mungkin dapat diobati dengan antijamur, seperti nistatin atau flukonazol (yang keduanya aman untuk bayi), untuk meredakan nyeri.

4. Infeksi Jamur Vagina

Hampir setengah dari wanita di seluruh dunia akan mengalami infeksi jamur vagina sebelum usia 50 tahun.

Infeksi jamur vagina ditandai dengan gejala berupa rasa gatal, terbakar, dan keluarnya cairan kental dari vagina.

Meski gejalanya tidak nyaman, infeksi jamur vagina mudah diobati.

Banyak orang bahkan memilih untuk tidak ke dokter, mereka hanya mengonsumsi supositoria vagina antijamur yang dijual bebas, seperti mikonazol, atau menggunakan asam borat.

Namun, jika masih mengalami gejala infeksi jamur setelah pengobatan atau jika infeksi terus kambuh, sebaiknya menemui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dokter mungkin akan memberikan obat yang lebih agresif untuk membunuh semua kandida, atau mungkin “resisten azole” atau yang resisten terhadap mikonazol, flukonazol, atau obat antijamur serupa.

Baca Juga: Antibiotik untuk Keputihan, Bisa Mengatasi Infeksi Akibat Bakteri

5. Infeksi Jamur Penis

Tak hanya menyerang alat kelamin wanita, pria juga berisiko mengalami infeksi jamur pada penis.

Hal ini biasanya terjadi karena mereka tertular dari pasangan wanitanya saat berhubungan seksual.

Jika seorang pria melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita yang mengalami infeksi jamur vagina, kemungkinan besar mereka tidak akan mengembangkan infeksi jamur pada alat kelamin mereka sendiri.

Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, pria mungkin mengalami radang kepala penis, kemerahan, gatal, terbakar, bercak putih dan mengeluarkan cairan dari kulit penis atau mungkin tidak ada gejala sama sekali.

Pria yang kekebalannya terganggu, seperti menderita diabetes, atau tidak disunat mungkin lebih rentan terhadap infeksi jamur.

Baca Juga: 5 Jenis Kelainan Penis Pada Anak Laki-Laki

6. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Jamur-Infeksi Saluran Kemih
Foto: Infeksi Jamur-Infeksi Saluran Kemih (istockphoto)

Sebagian besar infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan oleh bakteri seperti E. coli, tetapi kandida juga dapat menyebabkan ISK.

ISK ditandai dengan gejala tidak nyaman seperti sering ingin buang air kecil disertai sensasi terbakar, nyeri di perut bagian bawah, atau urine berwarna keruh dan berwarna gelap.

Pasien rawat inap berisiko lebih tinggi terkena kandida ISK karena penggunaan kateter, dan orang dewasa yang lebih tua juga berisiko tinggi mengalami hal ini.

Penanganan ISK pada umumnya berupa flukonazol oral atau intravena, amfoterisin B intravena, atau flusitosin oral.

7. Kandidiasis Invasif

Ketika kandida menyebar dan memasuki aliran darah atau organ, hal itu dikenal sebagai kandidiasis invasif, yang bisa sangat berbahaya dan memiliki angka kematian yang tinggi.

Pasien rawat inap, bayi di unit neonatal, dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah paling rentan terhadap kandida invasif.

Untuk mendiagnosis kandidiasis invasif, dokter sering melakukan tes urine untuk menentukan kadar d-arabinitol, metabolit dari sebagian besar spesies kandida.

Pilihan pengobatan ISK saat ini untuk orang dewasa dengan kandidiasis invasif adalah echinocandin IV. Pilihan lain termasuk obat antijamur, seperti flukonazol atau amfoterisin B.

Sayangnya, tingkat kematian akibat kandida invasif tetap tinggi, dan ada kasus kandida yang resisten terhadap obat, yang berarti bahwa bahkan setelah pengobatan dengan obat antijamur tradisional, infeksi akan tetap ada.

8. Candida Auris

Jika pengobatan standar terhadap infeksi jamur tidak berhasil, pasien mungkin akan berurusan dengan bakteri atau jamur yang kebal obat.

Salah satu jamur tersebut, Candida auris yang ditemukan pada tahun 2009 dan telah menyebar di fasilitas perawatan kesehatan di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat.

Meskipun C. auris jarang ditemukan, tetapi jamur ini juga mematikan karena dapat menginfeksi aliran darah dan menyebabkan infeksi invasif yang serius.

Pasien yang dirawat di rumah sakit atau sebelumnya telah mengonsumsi antibiotik atau antijamur berada pada risiko tertinggi terkena candida auris.

Meskipun sebagian besar kasus infeksi jamur candida auris bisa diobati dengan IV echinocandin, tetapi dalam beberapa kasus, telah ditemukan bahwa infeksi jamur ini dapat menular melalui kontak kulit bahkan setelah pengobatan.

Sementara pada kasus lain, infeksi jamur C. auris mungkin benar-benar resisten terhadap pengobatan dengan tiga kelas obat antijamur.

Hingga kini, CDC masih bekerja dalam mengembangkan model untuk menampung dan mengelola C. auris dengan obat-obatan lainnya.

Baca Juga: Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak, Ini Semua Hal yang Perlu Moms Ketahui!

Pencegahan Infeksi Jamur

Cara Mencegah Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)
Foto: Cara Mencegah Infeksi Jamur (Orami Photo Stocks)

"Pencegahan infeksi jamur dapat dilakukan dengan menjaga area sekitar agar tidak lembab sehingga jamur tidak dapat tumbuh di lingkungan. Hal serupa juga sebaiknya dilakukan untuk kesehatan kulit, jamur cenderung lebih cepat berkembang biak pada area tubuh yang lembap/basah," tambah dr. Kamila Fitri I. Irianto.

Selain itu, dapat juga dihindari dengan tidak melakukan hal-hal berikut:

Nah, itu dia informasi seputar gejala dan cara mengatasi infeksi jamur. Mulai sekarang, lebih pedulilah dengan kebersihan diri agar infeksi jamur dapat dicegah.

  • https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/candidiasis-yeast-infection
  • https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=85&contentid=P00265
  • https://goop.com/wellness/health/candida-and-yeast-infections/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb