26 Januari 2023

Wajib Tahu, 8 Jenis Sakit Kepala, Penyebab dan Gejalanya

Cari tahu beragam jenis sakit kepala dan cara mengatasinya
Wajib Tahu, 8 Jenis Sakit Kepala, Penyebab dan Gejalanya

Kepala Moms terasa berat dan sedikit nyeri? Ternyata Moms perlu tahu terdapat beragam jenis sakit kepala yang dapat dibedakan dari penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.

Setiap jenis sakit kepala yang menyerang rasanya membuat Moms tidak nyaman, ya.

Jadi, Moms perlu segera mengatasinya atau bila perlu, langsung meminta pertolongan pada tenaga medis agar dapat ditangani.

Meski terkadang beberapa jenis sakit kepala terasa sangat menyakitkan, sakit kepala dapat diatasi dengan obat penghilang rasa sakit sederhana sehingga bisa mereda secara cepat.

Namun, sakit kepala yang muncul secara terus-menerus pasti akan mengganggu aktivitas. Moms pun tidak dapat leluasa dalam melakukan sesuatu jika sakit kepala tak kunjung hilang.

Itu sebabnya, penting bagi Moms untuk mengetahui jenis sakit kepala, penyebab, dan penanganannya.

Baca Juga: 9 Penyebab Munculnya Sakit Kepala Belakang

Jenis Sakit Kepala Primer

Secara umum, ada dua jenis sakit kepala, yaitu sakit kepala primer dan sekunder.

Sakit kepala primer, yang tidak disebabkan oleh kondisi lain

Sementara sakit kepala sekunder, yang disebabkan oleh gejala dari hal lain, seperti sakit kepala akibat cedera atau sakit kepala akibat mengonsumsi kafein.

Berikut beberapa jenis sakit kepala yang sering Moms alami.

1. Migrain

Jenis Sakit Kepala (Orami Photo Stock)
Foto: Jenis Sakit Kepala (Orami Photo Stock)

Salah satu jenis sakit kepala primer yang mungkin Moms alami, ialah migrain atau sakit kepala sebelah.

Migrain merupakan jenis sakit kepala yang ditandai dengan rasa nyeri yang berdenyut-denyut.

Sakit kepala sebelah atau migrain dapat terjadi pada sisi kepala di bagian kiri maupun kanan. Selain itu, saat migrain melanda, Moms juga bisa saja mengalami gejala lainnya, seperti:

  • Gangguan sensorik, seperti perubahan pada system penglihatan.
  • Mengalami kepekaan atau sensitivitas terhadap cahaya, suara, dan bau.
  • Mual, yang mungkin juga disertai muntah.

Ada beberapa pemicu migrain, seperti stress, cemas, gangguan tidur, perubahan hormon, melewatkan makan, dehidrasi, efek dari beberapa makanan dan obat-obatan, lampu terang, hingga suara keras.

Migrain dapat terjadi selama berulang kali dan bisa berlangsung hingga tiga hari lamanya.

Namun pada beberapa kasus, migrain dapat kambuh terus-menerus seumur hidup. Kondisi ini tentu saja sangat mengganggu dan dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang.

Menurut National Health Service, ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi jenis sakit kepala sebelah atau migrain.

Namun, setiap orang mungkin akan memiliki cara yang berbeda dalam perawatannya karena menyesuaikan dengan masing-masing kondisi.

Berikut pengobatan migrain yang dapat Moms lakukan:

  • Berbaring atau tidur di ruangan yang gelap selama migrain melanda.
  • Mengonsumsi obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas, seperti parasetamol, aspirin, dan ibuprofen yang dapat membantu mengurangi gejala migrain. Jangan lupa baca aturan pakai dan dosis aman pada setiap kemasan obat ya, Moms.
  • Apabila migrain tidak kunjung sembuh usai minum obat dan sering kambuh, segeralah konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan lain yang cocok.

Baca Juga: Stres Saat Hamil, Ini Tanda dan Tips Menguranginya

2. Sakit Kepala Karena Tegang

Sakit Kepala Karena Tegang (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Karena Tegang (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stock)

Sakit kepala primer berikutnya yang umum dialami, yaitu sakit kepala karena tegang. Jenis sakit kepala ini biasanya ditandai dengan timbulnya rasa nyeri secara bertahap.

Jadi, rasa sakitnya tidak terlalu berat, tetapi terjadi konstan di kedua sisi kepala.

Gejala lain yang mungkin menyertai sakit kepala karena tegang juga termasuk perasaan tertekan di belakang mata dan sensitivitas terhadap cahaya maupun suara.

Jenis sakit kepala ini biasanya dapat berlangsung selama 30 menit hingga beberapa jam.

Selain itu, tingkat keparahannya dapat bervariasi, tetapi tidak memengaruhi kenyamanan saat beraktivitas.

Moms dapat melakukan aktivitas meski kepala terasa sakit karena tegang.

Penyebab sakit kepala karena tegang biasanya tidak jelas. Namun stres, kecemasan, dan depresi bisa menjadi pemicu terjadinya jenis sakit kepala ini, Moms.

Pemicu lain dari sakit kepala karena tegang, ialah dehidrasi, kurang olahraga, kurang tidur, postur tubuh yang buruk, atau melewatkan makan.

Adapun beberapa cara yang bisa Moms coba untuk mengatasi sakit kepala karena tegang, antara lain:

  • Coba kompres bagian kepala yang sakit dengan kompres es berbentuk khusus.
  • Minum obat pereda nyeri atau penghilang rasa sakit kepala yang dijual bebas di pasaran, seperti parasetamol, aspirin, dan ibuprofen yang dapat membantu mengurangi gejala migrain. Jangan lupa baca aturan pakai dan dosis aman pada setiap kemasan obat ya, Moms.
  • Apabila mengonsumsi obat-obatan tidak dapat mengatasi sakit kepala karena tegang, cobalah hubungi dokter untuk perawatan lainnya. Hindari mengonsumsi obat penghilang rasa sakit kepala karena bisa ketergantungan atau bahkan menurunkan efektivitas obat sehingga meningkatkan risiko sakit kepala kronis.
  • Mencoba perawatan rumahan dengan minyak esensial, mandi air hangat, pijat, Teknik relaksasi, atau yoga.

Baca Juga: 3 Cara Mengatasi Nyeri Otot setelah Berolahraga

3. Sakit Kepala Cluster

Sakit Kepala Cluster (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Cluster (Orami Photo Stock)

Jenis sakit kepala lain yang dapat terjadi adalah sakit kepala cluster. Sakit kepala cluster dapat menyebabkan sensasi terbakar yang menyakitkan di belakang mata.

Sakit kepala ini bisa terjadi berulang hingga enam kali secara berturut-turut. Namun, jenis sakit kepala ini lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita.

Gejala lain yang dapat menyertai sakit kepala cluster, yaitu:

  • Mata berair dan tampak kemerahan.
  • Kelopak mata bengkak.
  • Hidung tersumbat atau berair.
  • Sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
  • Gelisah.
  • Rasa nyeri singkat yang parah.
  • Wajah berkeringat.

Jenis sakit kepala cluster biasanya mendadak, tanpa peringatan, dan berlangsung antara 15 menit hingga 3 jam.

Sakit kepala cluster dapat terjadi hingga delapan serangan dalam seharinya.

Penyebab sakit kepala cluster tidak jelas, tetapi mereka lebih cenderung terjadi pada perokok.

Tentunya, kondisi ini membuat Moms dan Dads harus menghindari rokok apabila terjadi sakit kepala jenis ini.

Belum ada obat untuk mengatasi sakit kepala cluster, tetapi obat-obatan, seperti sumatriptan dan perawatan lain.

Termasuk terapi oksigen dapat membantu mengurangi kejadian serta tingkat keparahan serangan sakit kepala cluster.

Perawatan tersebut dapat bertujuan untuk meredakan beberapa gejala, memperpendek periode sakit kepala, dan mengurangi frekuensi sakit kepalanya.

Obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas (OTC), seperti aspirin atau ibuprofen, tidak disarankan untuk mengatasi jenis sakit kepala cluster.

Hal ini karena obat-obatan tersebut tidak efektif, rasa sakit dimulai dan berakhir begitu cepat sehingga pada saat obat mulai bekerja, sakit kepala mungkin sudah hilang.

Beberapa pilihan pengobatan sakit kepala cluster yang dapat meredakan gejala dengan cepat, antara lain menghirup oksigen, obat-obatan yang dilakukan secara intravena, obat semprot hidung atau hirup, atau obat tetes.

Baca Juga: Tangan Di Infus tapi Bengkak? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

4. Sakit Kepala Saat Beraktivitas

Sakit Kepala Saat Beraktivitas (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Saat Beraktivitas (Orami Photo Stock)

Jenis sakit kepala ini umumnya disebabkan oleh latihan fisik yang berat dan dapat dipicu ketika seseorang melakukan kegiatan lain, seperti berlari, melompat, angkat berat, berhubungan seksual, serangan batuk, atau bersin.

Sakit kepala ini biasanya sangat singkat tetapi kadang-kadang juga bisa bertahan hingga 2 hari.

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab sakit kepala saat beraktivitas.

Misalnya, kadar gula darah yang rendah, terlalu lama terpapar sinar matahari, dehidrasi, otot-otot tegang atau kurang pemanasan.

Dalam mengatasinya, dapat menggunakan obat penghilang rasa sakit kepala atau mencegah datangnya sakit kepala dengan cara makan sebelum beraktivitas agar tubuh menghasilkan cukup energi.

Jangan lupa untuk hindari paparan sinar matahari langsung secara berlebihan, minum cukup air, dan lakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas berat.

Jika dirasa tidak membantu, maka segeralah meminta pertolongan pada tenaga medis karena sakit kepala bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan serius.

Baca Juga: Selain Kopi, 5 Minuman Ini Juga Mengandung Kafein Lho!

Jenis Sakit Kepala Sekunder

Selanjutnya, ada jenis sakit kepala sekunder. Apa saja? Simak jenis dan penyebabnya berikut ini, Moms.

5. Sakit Kepala karena Minum Banyak Obat

Sakit Kepala Karena Minum Obat (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Karena Minum Obat (Orami Photo Stock) (Orami Photo Stocks)

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan sakit kepala, lho. Moms mungkin sering mengalaminya ketika minum obat secara berlebihan.

Jenis sakit kepala karena obat ini termasuk jenis paling umum dari sakit kepala sekunder.

Sakit kepala ini awalnya merupakan respon dari obat penghilang rasa sakit, tetapi memang dapat terulang beberapa waktu kemudian.

Seseorang mungkin akan lebih rentan mengalami sakit kepala jenis ini jika sering menggunakan pereda nyeri yang dijual bebas, seperti asetaminofen, ibuprofen, aspirin, dan naproxen yang digunakan lebih dari 15 hari dalam sebulan.

Penggunaan obat-obatan ini secara berlebihan justru akan menyebabkan lebih banyak sakit kepala, daripada meredakan sakit kepala yang ada.

Jenis sakit kepala ini juga dapat dipicu oleh penggunaan obat-obatan yang mengandung kafein.

Satu-satunya pengobatan sakit kepala ini adalah dengan berhenti minum obat sakit kepala. Namun, ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter.

Selain itu, dikutip dari laman Healthline, cara yang baik untuk mencegah sakit kepala akibat penggunaan obat secara berlebihan adalah dengan meminum obat harian pencegah sakit kepala.

6. Sakit Kepala Sinus

Sakit Kepala Sinus (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Sinus (Orami Photo Stock)

Sakit kepala sinus disebabkan oleh sinusitis, atau pembengkakan sinus, yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau alergi.

Gejalanya terdiri atas nyeri ringan, nyeri di sekitar mata, pipi, dan dahi. Rasa sakitnya bisa memburuk dengan gerakan atau tegang dan kadang-kadang bisa menyebar ke gigi hingga rahang.

Jenis sakit kepala ini biasanya disertai dengan keluarnya cairan hidung yang tebal berwarna hijau atau kuning.

Gejala lain termasuk hidung tersumbat, demam, mual, dan sensitivitas terhadap cahaya atau suara.

Sebenarnya, sakit kepala sinus ini jarang terjadi.

Jika tidak ada gejala berupa cairan dari hidung, maka sakit kepala yang hampir mirip seperti gejala ini biasanya lebih cenderung termasuk dalam sakit kepala sebelah atau migrain.

Sakit kepala sinus biasanya akan diobati dengan cara mengencerkan lendir yang menumpuk dan menyebabkan tekanan sinus.

Semprotan steroid hidung, dekongestan OTC seperti fenilefrin (Sudafed PE), atau antihistamin seperti setirizin (Alergi Zyrtec D + Kemacetan) dapat membantu mengatasi hal ini.

Sakit kepala sinus juga bisa menjadi gejala infeksi sinus.

Dalam kasus ini, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk membersihkan infeksi dan meredakan sakit kepala serta gejala lainnya.

Baca Juga: Gejala Flu Singapura pada Anak, Ketahui Cara Pencegahannya

7. Sakit Kepala Karena Kafein

Sakit Kepala Karena Kafein (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Karena Kafein (Orami Photo Stock)

Konsumsi kafein yang terlalu berlebihan atau lebih dari 400 miligram (mg), sekitar 4 cangkir kopi terkadang dapat menyebabkan sakit kepala, Moms.

Apabila Moms mengonsumsi lebih dari 200 mg kafein setiap hari selama lebih dari 2 minggu, dapat menyebabkan sakit kepala yang mirip migrain.

Biasanya, ini terjadi dalam 24 jam setelah berhenti mengonsumsi kafein secara tiba-tiba.

Gejala lain yang mungkin termasuk dalam jenis sakit kepala ini, yaitu kelelahan, sulit berkonsentrasi, suasana hati memburuk atau lekas marah, dan mual.

Efek kafein bervariasi tiap orang, tetapi mengurangi asupan bisa mengurangi risiko sakit kepala.

Membatasi konsumsi kafein pun terkadang direkomendasikan untuk orang yang menderita migrain kronis.

Selain itu, menghentikan konsumsi kafein juga dapat mengurangi gejala dan mencegah sakit kepala.

Baca Juga: 5 Sumber Kafein Tersembunyi Dalam Minuman Favorit Anak

8. Sakit Kepala karena Haid

Sakit Kepala Karena Haid (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Kepala Karena Haid (Orami Photo Stock)

Sakit kepala sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon. Pada wanita, migrain sering dikaitkan dengan menstruasi karena perubahan alami kadar estrogen.

Sakit kepala karena menstruasi ini berkembang pada hari-hari sebelum atau selama periode, atau kadang-kadang selama terjadinya ovulasi.

Gejalanya cukup mirip dengan migrain, tetapi bisa bertahan lebih lama.

Sakit kepala terkait hormon juga dapat disebabkan oleh kontrasepsi oral, menopause, dan kehamilan.

Perawatan untuk sakit kepala haid sama dengan perawatan untuk migrain. Dokter dapat memberi saran tentang kemungkinan tindakan pencegahan.

Dengan meresepkan obat pereda nyeri, seperti naproxen (Aleve) atau frovatripan (Frova) yang dapat bekerja untuk mengendalikan nyeri ini.

Diperkirakan sekitar 60 persen wanita penderita migrain juga mengalami migrain saat menstruasi, jadi pengobatan alternatif mungkin berperan dalam mengurangi sakit kepala secara keseluruhan setiap bulan periode menstruasi.

Misalnya, melakukan teknik relaksasi, yoga, akupunktur, atau mengonsumsi makanan yang dapat mencegah sakit kepala migrain.

Itulah jenis sakit kepala yang umumnya terjadi, disertai penyebab, gejala, dan pengobatannya.

Di antara 8 jenis sakit kepala di atas, manakah yang sering Moms alami? Bila sakit kepala berlangsung lama, ada baiknya segera konsultasi ke dokter.

  • https://www.nhs.uk/conditions/migraine/treatment/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb