05 Juni 2023

Kenali Vaksin DPT yang Menjadi Imunisasi Wajib Si Kecil!

Vaksin DPT diberikan saat imunisasi dasar dan lanjutan
Kenali Vaksin DPT yang Menjadi Imunisasi Wajib Si Kecil!

Vaksin DPT diberikan untuk melindungi anak dari penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.

Vaksin ini perlu diberikan sebelum anak berusia 1 tahun. Tak hanya melindungi, vaksin DPT juga dapat mencegah komplikasi yang disebabkan ketiga penyakit tersebut.

Moms pasti pernah mendengar bahwa tetanus terjadi akibat menginjak paku berkarat. Faktanya, bakteri di tanah, debu, dan pupuk kandang bisa membawa bakteri tetanus.

Tetanus masuk ke aliran darah melalui luka pada tubuh. Karena itu, anak-anak yang sering bermain aktif di tanah rentan terkena penyakit tersebut.

Nah, di dalam vaksin DPT, terkandung diphtheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens.

Ketiganya memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang.

Efek samping dari vaksin DPT adalah demam. Karena efek samping ini, banyak orang tua yang khawatir.

Lalu, adakah cara mendapatkan vaksin DPT tanpa efek samping demam? Berikut ini penjelasannya.

Baca Juga: Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks jadi Vaksin Wajib, Seberapa Penting?

Gejala Tetanus

Ilustrasi Anak Sakit (images.ctfassets.net)
Foto: Ilustrasi Anak Sakit (images.ctfassets.net)

Ketika bakteri tetanus masuk ke tubuh, bakteri tersebut mengeluarkan racun yang menyebabkan kontraksi otot yang menyakitkan.

Muncullah gejala yang disebut lockjaw (rahang terkunci).

Menurut Kids Health, gejala awalnya berupa nyeri otot di leher dan perut yang bisa menyebabkan otot terkunci, sehingga membuat sulit bergerak dan menelan.

Selain itu, penderita tetanus juga merasakan nyeri otot di sekujur tubuh, demam, berkeringat, sulit bernapas, epilepsi, dan kejang otot hebat.

Penyembuhan tetanus bisa memakan waktu berbulan-bulan dan penderitanya biasanya harus dirawat di rumah sakit.

Penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak diatasi. Menurut situs Webmd.com, diperkirakan satu dari 10 orang yang terkena tetanus meninggal dunia.

Namun, tidak perlu terlalu khawatir, Moms. Tetanus tidak menular dari manusia ke manusia, melainkan dari kontak langsung dengan sumber bakteri tetanus.

Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.

Baca Juga: Bolehkah Bayi Mandi Setelah Imunisasi?

Vaksin DPT untuk Mencegah Tetanus

Vaksin DPT untuk Mencegah Tetanus (iStock.com)
Foto: Vaksin DPT untuk Mencegah Tetanus (iStock.com)

Vaksin yang sangat efektif mencegah tetanus pada balita dikenal dengan sebutan vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus).

Difteri, pertusis, dan tetanus adalah tiga penyakit mematikan yang disebabkan bakteri. Di Indonesia, vaksin DPT diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan sebagai imunisasi dasar.

Pertusis adalah penyakit sistem pernapasan yang seringnya dipicu oleh bakteri Bordetella pertussis.

Penyakit ini juga kerap disebut sebagai batuk rejan karena gejala utamanya adalah batuk berkepanjangan disertai demam serta pilek.

Penderitanya bisa meninggal jika penyakit tak ditangani hingga menyebabkan pneumonia dan bahkan kerusakan otak.

Tetanus adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.

Gejalanya berkaitan dengan fungsi saraf dan otot, seperti susah membuka mulut dan otot kaku serta kejang.

Bakteri penyebab tetanus masuk lewat luka, misalnya dari goresan di tangan atau kaki. Tetanus bisa menyebabkan kematian jika racun telah menyebar.

Vaksin DPT termasuk dalam imunisasi dasar yang bermanfaat menekan risiko terserang penyakit-penyakit tersebut.

Bila tubuh telah menerima vaksin DPT, daya tahannya akan lebih kuat ketika ada bakteri penyebab difteri, pertusis, dan tetanus yang masuk ke tubuh.

Dengan demikian, potensi penularan ke orang lain juga dapat ditekan.

Tahun lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap yang terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.

Imunisasi dasar saja dianggap tidak cukup. Diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan optimal.

Jadi, vaksin DPT diberikan lagi kepada balita usia 18 bulan sebagai bagian dari imunisasi lanjutan (booster).

Selain itu, karena imunitas terhadap tetanus berkurang seiring bertambahnya umur.

Anak kelas 1 SD memerlukan vaksin DT (tanpa pertusis), sedangkan anak kelas 2 dan 5 SD mendapatkan vaksin Td (vaksin untuk difteri dikurangi).

Vaksin DPT mengandung racun yang dihasilkan bakteri penyebab difteri, pertusis, dan tetanus dalam bentuk tidak aktif.

Racun tersebut tidak lagi memproduksi penyakit, tapi memicu tubuh menciptakan antibodi yang memberikan imunitas terhadap racun tadi.

Baca Juga: Jadwal Imunisasi Dasar Usia 0-18 Tahun Menurut Kemenkes

Efek Samping Vaksin DPT

Anak Demam
Foto: Anak Demam (Verywellhealth.com)

Seperti obat, vaksin DPT juga memiliki efek samping. Masalah yang paling serius adalah reaksi alergi.

Namun, risikonya sangat kecil, yakni 1:1 juta. Selain itu ada masalah ringan yang terjadi 1-3 hari setelah vaksin, di antaranya:

  • Demam
  • Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat bekas suntikan
  • Rewel
  • Lelah
  • Muntah

Untuk meredakan rasa sakit pada area suntik, Moms dapat mengompres area tersebut dengan kain basah.

Moms juga bisa memberikan obat penurun panas jika anak mengalami demam setelah menjalani imunisasi.

Selain itu, hindari memakaikan pakaian atau selimut yang terlalu tebal pada anak setelah imunisasi, karena hal ini justru dapat memerangkap panas di dalam tubuh dan membuat demam tidak kunjung turun.

Pada kasus yang sangat jarang terjadi, vaksin DPT dapat menimbulkan reaksi alergi berat pada anak, antara lain:

  • Demam tinggi
  • Pembengkakan pada wajah atau tenggorokan
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran

Periksakan ke dokter jika anak mengalami reaksi berikut setelah mendapat vaksin DPT:

  • Kejang atau kolaps
  • Menangis nonstop selama tiga jam atau lebih
  • Demam lebih dari 40 derajat C

Baca Juga: 11+ Imunisasi Lanjutan untuk Si Kecil, Jangan Terlewat ya Moms!

Perbedaan Imunisasi DPT 1, 2, dan 3

Salah satu pertanyaan yang mungkin kerap ditanyakan oleh ibu-ibu sebelum melakukan imunisasi adalah apa perbedaan yang mendasari dari imunisasi DPT 1, 2, dan 3.

Perbedaan DPT 1, 2, dan 3 berada pada periode waktu pemberian imunisasinya.

Jelasnya, DPT 1 diberikan pada usia 2 bulan, lalu DPT 2 diberikan pada 3 bulan, dan DPT 3 diberikan pada Si Kecil ketika berusia 4 bulan.

Selain periode waktu pemberiannya, perbedaan DPT 1, 2, dan 3 juga berada pada lokasi suntikannya.

Pada imunisasi DPT 1, suntikan dilakukan di paha kanan, DPT 2 di paha kiri dan DPT 3 di paha kanan.

Pemilihan lokasi imunisasi ini dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan Si Kecil jika melakukan suntikan di tempat yang sama.

Baca Juga: Catat! Ini Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Imunisasi

Vaksin DPT Whole Cell vs Acellular

Anak Imunisasi Rutin
Foto: Anak Imunisasi Rutin (Orami Photo Stock)

Demam merupakan salah satu efek samping yang bisa terjadi pada beberapa anak setelah diberi vaksin.

Karenanya, sejumlah orang tua memilih jenis vaksin DPT impor yang tidak menyebabkan demam.

Demam ternyata disebabkan oleh kandungan pertusis pada vaksin DPT jenis whole cell. Istilah whole cell artinya, pembuatan vaksin menggunakan seluruh sel kuman yang telah dilemahkan.

Akibatnya, anak berisiko demam hingga kejang demam, karena suhu tubuh terlalu tinggi.

Akhirnya, para orang tua memilih vaksin DPT jenis acelluar.

Setelah dilakukan penelitian, vaksin DPT acelluar memang tidak menyebabkan demam atau setidaknya hanya risiko demam yang ringan.

Namun melansir Kids Health, penelitian lebih lanjut menunjukkan, vaksin DPT acelluar bisa menyebabkan anak kembali terkena pertusis saat dewasa.

Jika dibandingkan dengan vaksin DPT acelluar, whole cell ternyata juga memberikan kekebalan yang lebih tahan lama.

Bila orang tua yang memilih vaksin DPT acelluar sebaiknya kembali membawa Si Kecil untuk divaksin ulang setelah beberapa tahun.

Vaksinasi ulang untuk meningkatkan kekebalan dikenal dengan istilah booster.

Di Indonesia, yang digunakan dalam program imunisasi nasional oleh pemerintah adalah vaksin jenis whole cell buatan PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.

Sedangkan, vaksin DPT acelluar yang ada merupakan produk impor. Bio Farma belum memproduksi vaksin acelluar.

Baca Juga: 7 Manfaat Vaksinasi, Mencegah Penularan Penyakit hingga Menghemat Biaya

Bagaimanapun, tanpa vaksin, risiko anak terkena difteri, pertusis, dan tetanus sangat tinggi.

Imunisasi menjadi penting karena tak hanya melindungi anak-anak yang mendapat vaksin, tapi juga seluruh masyarakat.

Jadi, jangan lupa selalu cek jadwal imunisasi DPT untuk anak, ya, Moms.

Dengan demikian, risiko anak tertular tetanus atau terkena dampak fatal akibat kondisi tersebut dapat dihindari.

  • https://en.wikipedia.org/wiki/DPT_vaccine#:~:text=The%20DPT%20vaccine%20or%20DTP,causes%20pertussis%20or%20pertussis%20antigens.
  • https://kidshealth.org/en/parents/dtap-vaccine.html
  • https://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/DTP_vaccine_rates_information_sheet.pdf
  • https://www.biofarma.co.id/en/our-product/detail/dtp-vaccine

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb