12 Februari 2023

Penyebab Mental Breakdown, Bisa Karena Tekanan Pekerjaan!

Jangan dianggap sepele ya Moms!
Penyebab Mental Breakdown, Bisa Karena Tekanan Pekerjaan!

Sama halnya dengan kesehatan fisik, kesehatan mental juga bisa mengalami gangguan, salah satunya mental breakdown.

Seringkali gangguan ini begitu besar sehingga orang tersebut tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

Mental breakdown merupakan masalah kesehatan jiwa serius yang membutuhkan penanganan profesional dan segera.

Hal ini dipicu oleh stres berlebih dan kurangnya mekanisme penanganan yang sehat untuk mengelola stres tersebut.

Tingkatan stres menyebabkan gangguan berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun mental breakdown bersifat sementara, kondisi ini merupakan hal yang serius.

Berdasarkan jurnal di Psychology Research and Behavior Management, menyatakan bahwa masalah kesehatan jiwa, seperti mental breakdown merupakan salah satu masalah serius di Indonesia.

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia adalah 1,7%.

Umumnya, saat mengalami mental breakdown , seseorang mungkin tidak dapat bekerja, pergi ke sekolah, mengurus keluarga, atau melakukan kegiatan yang biasa mereka lakukan.

Lantas, apa penyebab dari mental breakdown? Dan bagaimana cara menanganinya? Yuk kita simak penjelasannya di bawah ini!

Baca Juga: Depersonalisasi, Gangguan Kesehatan Mental Seolah Tubuh Terpisah dari Jiwa

Penyebab Mental Breakdown

Ilustrasi Perempuan Mengalami Mental Breakdown
Foto: Ilustrasi Perempuan Mengalami Mental Breakdown (Freepik.com/zeguzkitza)

Pada umumnya, mental breakdown disebabkan oleh stres dan ketidakmampuan untuk mengatasi stres.

Gangguan ini menyebabkan hilangnya kemampuan tubuh untuk berfungsi secara normal.

Stres tersebut bisa disebabkan oleh pengaruh luar, seperti:

1. Depresi

Tidak jarang mental breakdown terjadi pada seseorang yang memiliki penyakit mental yang mendasari, tidak terdiagnosis, dan tidak diobati.

Paling umum, gangguan kecemasan atau depresi berat dapat memicu mental breakdown.

Kondisi ini, jika tidak ditangani, dapat menjadi tantangan bagi seseorang untuk mengatasi stres yang mungkin tidak terlalu signifikan.

Depresi adalah kondisi kesehatan mental lain yang sangat umum dan jika tidak ditangani dapat memicu mental breakdown.

Seseorang dengan depresi merasa terus menerus sedih, putus asa, lelah, dan tidak lagi tertarik pada aktivitas yang sebelumnya dia nikmati.

Sehingga, penderita depresi sulit untuk melakukan aktivitas normal.

Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Parafilia, Kelainan Perilaku Seksual yang Berhasrat pada Hal Tidak Umum

2. Tekanan Pekerjaan

Mental breakdown dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, tetapi bagi banyak orang, stres akibat pekerjaan adalah penyebab utama atau satu-satunya.

Melansir dari WebMD, adanya sindrom kelelahan akibat yang dapat disebabkan karena pekerjaan, dapat memicu terjadinya mental breakdown.

Gejala sindrom kelelahan memiliki tiga tanda utama yang mirip seperti yang dialami oleh seseorang yang mengalami mental breakdown.

Adapun tiga tanda tersebut, antara lain:

  • Kelelahan yang ekstrim

Kelelah ekstrim dapat terjadi ketika menghabiskan waktu selama berjam-jam melakukan sesuatu yang dapat bersifat fisik dan emosional.

Kelelhan ekstrim ini umumnya terjadi pada seseorang yang memiliki pekerjaan dalam merawat orang, seperti bekerja di bidang perawatan kesehatan yang memiliki banyak kemungkinan mengalami kelelahan emosional.

  • Kinerja yang buruk

Seperti halnya gejala mental breakdown, sindrom kelelahan juga dapat menyebabkan kinerja yang buruk di tempat kerja.

Selain di tempat kerja, hal ini juga dapat memengaruhi kehidupan di bidang lainnya.

  • Gangguan depersonalisasi

Stres kerja dapat menyebabkan gangguan depersonalisasi, yang membuat seseorang menjadi datar, apatis, dan sulit merasa bahagia, sedih, dan perasaan lainnya.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Psikolog Surabaya untuk Atasi Beragam Kondisi Kesehatan Jiwa

3. Gejala Psikotik

Gangguan psikotik adalah mental breakdown yang memicu gejala psikosis, seperti kehilangan kontak dengan kenyataan.

Melansir dari Bridges to Recovery, psikosis lebih berisiko dialami seseorang yang mengidap penyakit mental serius, seperti skizofrenia.

Jenis psikosis umum yang dialami selama mental breakdown adalah gangguan depersonalisasi.

Penderitanya mungkin akan merasa seolah-olah mereka tidak benar-benar menjadi bagian dari situasi tertentu, seperti bekerja atau makan malam bersama keluarga.

Ini juga dapat membuat seseorang merasa seolah-olah dirinya bukan dirinya sendiri.

Gejala mungkin juga termasuk halusinasi, suara atau gambar yang tampak nyata tetapi sebenarnya tidak ada, serta delusi dan paranoia.

Baca Juga: Bahaya Self Diagnose, Bisa Memperburuk Kondisi hingga Memicu Rasa Cemas yang Tidak Perlu

4. Serangan Panik

Beberapa serangan panik dapat mengarah pada diagnosis mental breakdown. Gejala serangan panik meliputi:

  • Ketakutan atau rasa takut yang kuat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
  • Takut kehilangan kendali atau mati
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Detak jantung yang cepat
  • Hot flashes, menggigil, atau keduanya
  • Sakit perut
  • Mual
  • Sesak napas
  • Kesemutan dan mati rasa di bagian tangan atau kaki
  • Sakit kepala
  • Sakit dada

Serangan panik datang tiba-tiba dan tanpa peringatan.

Meskipun beberapa orang yang mengalami serangan panik mungkin tidak mengalami banyak stres dalam hidupnya, serangan ini dapat dipicu oleh banyak stres, seperti halnya mental breakdown.

Baca Juga: Studi Sebut Penderita Covid-19 Rentan Alami Masalah Kesehatan Jiwa setelah Pulih

5. Insomnia

Bagi sebagian orang, stres yang berlebihan dapat menyebabkan insomnia atau gangguan tidur, sehingga merasa sulit untuk tertidur atau tidur dengan lelap.

Ketika seseorang mengalami kesulitan tidur, otak dan tubuh tidak dapat pulih dari stres, yang pada akhirnya dapat memperburuk stres dan gangguan kecemasan.

Kurang tidur juga dapat memengaruhi kesehatan fisik serta mental seseorang.

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Depresi, Pastikan Lakukan Konsultasi dengan Psikolog

Gejala Mental Breakdown

Ilustrasi Stres
Foto: Ilustrasi Stres (Freepik.com/victorflowerfly)

Karakteristik atau gejala mental breakdown tergantung pada masalah kesehatan yang mendasarinya dan bagaimana penderitanya tersebut umumnya mengalami stres.

Namun, melansir dari Medical News Today, berikut beberapa gejala yang umum terjadi pada penderita mental breakdown.

  • Merasa cemas, depresi, mudah menangis, atau mudah tersinggung.
  • Merasa lelah secara emosional dan fisik.
  • Mengalami ketegangan otot.
  • Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit.
  • memiliki rasa sakit dan nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
  • Gemetar.
  • Merasa tidak berdaya, putus asa, dan memiliki kepercayaan diri rendah.
  • Bergerak atau berbicara lebih lambat dari biasanya.
  • Menarik diri, atau menghindari situasi sosial.
  • Lupa makan atau mandi.
  • Kurang motivasi dan minat.
  • Mengalami kesulitan bergaul atau menoleransi orang lain.
  • Kehilangan minat pada seks.
  • Mengalami kesulitan berpikir, fokus, dan mengingat.
  • Memiliki gejala kardiovaskular, seperti detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
  • Mengalami infeksi pada tubuh yang lebih sering, karena stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
  • Mengalami perubahan nafsu makan dan berat badan.
  • Mengalami gejala gastrointestinal.
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau berpikir untuk melukai diri sendiri.

Baca Juga: Tips Berdamai dengan Diri Sendiri, Bantu Tenangkan Jiwa dan Pikiran

Faktor Risiko Mental Breakdown

Ilustrasi Masalah Percintaan
Foto: Ilustrasi Masalah Percintaan (Freepik.com/freepik)

Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi mental ini.

Melansir dari Cleveland Clinic, berikut beberapa faktor risiko terjadinya mental breakdown.

  • Memiliki riwayat pribadi atau riwayat keluarga yang mengalmi gangguan kecemasan.
  • Memiliki penyakit atau kondisi medis yang memburuk dan dapat memengaruhi kemampuan pasien untuk berfungsi secara efektif.
  • Memiliki gangguan kejiwaan yang semakin parah karena suatu peristiwa yang sedang berlangsung.
  • Memiliki masalah dalam hubungan keluarga dan percintaan.

Baca Juga: Mengenal Emotional Eating, Makan Berlebihan saat Stres

Diagnosis Mental Breakdown

Ilustrasi Diagnosis Penyakit
Foto: Ilustrasi Diagnosis Penyakit (Freepik.com/yanalya)

Istilah mental breakdown, pada dasarnya tidak diakui secara medis, sehingga tidak ada cara yang dilakukan secara khusus untuk mendiagnosisnya.

Namun, beberapa gejala dari keadaan ini bisa didiagnosis, seperti merasa kewalahan oleh stres, memiliki perasaan cemas, atau merasa tidak mampu menjalani kehidupan sehari-hari, maka harus melakukan konsultasi dengan dokter ahli.

Dokter akan mencoba mengidentifikasi faktor atau kondisi medis apa pun yang berkemungkinan dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap masalah mental yang dialami.

Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan cara:

  • Menanyakan tentang gejala dan gaya hidup yang dijalani.
  • Melakukan pemeriksaan fisik
  • Meninjau riwayat kesehatan

Selain beberapa tindakan di atas, biasanya dokter juga akan menggunakan DSM‑5 (the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition), untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental.

Melakukan pemeriksaan menggunakan DSM-5 diharapkan dapat membantu pasien untuk mengidentifikasi penyebab gangguan yang dialami dan pengobatan yang sesuai.

Baca Juga: Akibat Berbohong Bisa Berpengaruh pada Kesehatan Mental

Cara Mengatasi Mental Breakdown

Ilustrasi Terapi Mental Breakdown
Foto: Ilustrasi Terapi Mental Breakdown (Freepik.com/dcstudio)

Bila Moms mengalami beberapa gejala dari mental breakdown, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menganganinya, yaitu:

1. Terapi

Moms bisa berkonsultasi dengan terapis secara teratur.

Hal ini dapat membantu Moms mengelola dan meminimalkan stres, mempelajari mekanisme penanganan yang sehat, dan mengambil langkah-langkah menuju perubahan gaya hidup yang diperlukan.

Terapi kelompok juga dapat membantu Moms berbagi dan memahami bagaimana orang lain pulih.

Baca Juga: Voyeurisme, Kelainan Seksual Senang Mengintip Orang Lain Telanjang atau Berhubungan Intim

2. Mengonsumsi Obat-obatan

Tidak jarang Moms yang mengalami mental breakdown didiagnosis dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Bergantung pada diagnosis, Moms mungkin diberi resep obat.

Pengobatan ini berfungsi untuk meredakan atau mencegah gejala mental breakdown, sehingga Moms harus meminumnya secara teratur sesuai anjuran dokter.

Baca Juga: 8 Manfaat Lavender yang Tak Terduga, Bisa Redakan Kecemasan!

3. Perubahan Gaya Hidup

Moms yang pernah mengalami mental breakdown harus mempertimbangkan untuk melihat secara mendalam penyebab stres dalam hidup dan menyesuaikannya.

Moms harus mulai menjalani gaya hidup dan lingkungan yang sehat. Terkadang ini berarti mencari pekerjaan baru, mengakhiri hubungan, atau mengurangi tanggung jawab yang dimiliki.

4. Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah jenis konseling psikologis (psikoterapi) yang dapat membantu anggota keluarga meningkatkan komunikasi, menyelesaikan konflik, dan bagaimana mereka dapat mendukung Moms dengan sebaik-baiknya.

Melansir dari Journal of Orthomolecular Medicine, memiliki sistem pendukung yang baik adalah aset yang pasti dan merupakan bagian integral dari pemulihan.

Banyak keluarga dan teman memberikan dukungan penuh kasih dan dorongan yang membantu.

Terapi keluarga biasanya disediakan oleh psikolog, pekerja sosial klinis, atau terapis berlisensi.

Baca Juga: Menyelami Gangguan Kesehatan Mental pada Ibu Pascamelahirkan

5. Relaksasi

Terapi alternatif dan holistik juga dapat digunakan untuk mengobati mental breakdown. Paling umum, meditasi, yoga, dan olahraga bisa membantu memulihkan Moms.

Nah itu dia Moms, penyebab dan cara mengatasi mental breakdown. Mulai sekarang kebih memerhatikan kesehatan mental, ya Moms!

  • https://www.researchgate.net/publication/328637002_Stigma_toward_people_with_mental_health_problems_in_Indonesia
  • researchgate.net/publication/261949446_The_Manifestations_and_Triggers_of_Mental_Breakdown_and_its_Effective_Treatment_by_Increasing_Stress_Resilience_with_Psychosocial_Strategies_Therapeutic_Lifestyle_Changes_and_Orthomolecular_Interventi
  • https://www.bridgestorecovery.com/nervous-breakdown/types-nervous-breakdowns/
  • https://www.webmd.com/mental-health/signs-nervous-breakdown
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/321018
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22780-nervous-breakdown

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb