14 Juli 2021

9 Penyebab Ibu Meninggal setelah Melahirkan, Salah Satunya Mungkin Dialami oleh Istri Chico Hakim

Perdarahan juga dapat menyebabkan ibu meninggal setelah melahirkan
9 Penyebab Ibu Meninggal setelah Melahirkan, Salah Satunya Mungkin Dialami oleh Istri Chico Hakim

Foto: Instagram.com/chicohakim

Kabar duka menyelimuti keluarga Chico Hakim. Sang istri, Citra Soeroso meninggal dunia, Rabu, 14 Juli 2021 usai melahirkan anak kedua. Ternyata ada beberapa penyebab ibu meninggal setelah melahirkan

Chico membagikan postingan duka dari rekan-rekannya di akun Instagram pribadinya. Banyak orang yang tak menyangka dengan kepergian Citra yang secepat ini.

Sebelum sang istri meninggal, Chico sempat mencari donor ASI untuk anak kedua yang baru dilahirkan.

Hingga kini, penyebab meninggalnya Citra Soeroso ini belum diketahui secara pasti.

Namun, secara umum ada beberapa penyebab ibu meninggal setelah melahirkan. Apa saja? Mari simak penjelasannya di bawah ini.

Baca Juga: Tingkat Kematian pada Ibu setelah Melahirkan Masih Tinggi? Perhatikan Hal-Hal Berikut

Penyebab Ibu Meninggal setelah Melahirkan

Penyebab ibu meninggal setelah melahirkan dapat terjadi saat kondisi ibu di masa kehamilan, pada saat persalinan, atau dalam waktu 42 hari setelah melahirkan.

Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menempatkan rasio pada 18 kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan terbitan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro target kematian ibu saat melahir sebanyak 16 kematian atau 91,45 kematian dari 100 ribu kelahiran.

Sayangnya, hingga Agustus tahun 2020, kematian masih di atas ambang target, yaitu 27 kematian atau 227,22 kematian per 100 ribu kelahiran.

Maka dari itu, untuk mengantisipasinya, Moms harus tahu penyebab ibu meninggal setelah melahirkan:

1. Plasenta Previa

Placenta Previa.jpg
Foto: Placenta Previa.jpg (bbmundo.com)

Foto: bbmundo.com

Penyebab ibu meninggal setelah melahirkan pertama adalah ternjadinya plasenta previa.

Kondisi ini merupakan implantasi abnormal plasenta di dekat atau di atas serviks. Tanda dan gejala meliputi perdarahan vagina yang tiba-tiba, biasanya setelah 28 minggu. Plasenta previa dapat dengan mudah didiagnosis dengan ultrasound.

Jika tidak didiagnosis dengan tepat, perdarahan hebat bisa terjadi.

Faktor risiko termasuk sebelum plasenta previa, kelahiran cesar, penggunaan alkohol selama kehamilan, wanita di bawah usia dua puluh, dan wanita di atas usia tiga puluh (meningkatkan risiko dengan usia lebih tinggi).

2. Solusio Plasenta (Abrupsio Plasenta)

placental abruption.jpg
Foto: placental abruption.jpg (netmums.com)

Foto: netmums.com

Kondisi ini terjadi saat plasenta memisahkan diri dari dinding rahim. Pemisahan itu menyebabkan perdarahan antara dinding rahim dan plasenta.

Hal ini sangat berbahaya saat darah terjebak dalam rahim (pendarahan tersembunyi), karena dokter dan perawat tidak akan melihat tanda-tanda perdarahan.

Pelepasan plasenta bisa terjadi kapan saja, tapi sekitar 50% terjadi antara 30 minggu dan persalinan, dan 15% terjadi saat persalinan.

Abrupsio plasenta beresiko membahayakan bayi, tapi bisa juga menjadi penyebab ibu meninggal setelah melahirkan karena perdarahan (kehilangan darah), gagal jantung atau gagal ginjal.

Baca Juga: Waspadai Penyebab Perdarahan Setelah Melahirkan

3. Ruptur Uteri

melahirkan
Foto: melahirkan (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Melansir BMC Pregnancy Childbirth, ruptur uteri merupakan penyebab utama ibu meninggal setelah melahirkan di negara berkembang.

Ruputur Uteri merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dimana robeknya dinding rahim. Hal ini dapat terjadi sebelum atau selama persalinan, dan sebagian besar terkait dengan bekas luka rahim sebelumnya, seperti operasi sebelumnya atau operasi cesar.

Di ruang persalinan dan persalinan, malpraktik medis termasuk dorongan perut yang berlebihan (untuk membantu persalinan) atau penggunaan oksitosin atau pitocin yang tidak tepat, dapat menyebabkan ruptur uterus.

Komplikasi ini bisa menyebabkan kehilangan darah ibu atau syok hipovolemik dan menjadi salah satu penyebab kematian ibu setelah melahirkan.

4. Non Obstetrik Bleeding

pendarahan ibu hamil
Foto: pendarahan ibu hamil (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Perdarahan terjadi karena komplikasi ginekologi lainnya selama kehamilan. Ini bisa termasuk kanker serviks, cervicitis, polip, dan kanker vagina.

Diagnosis biasanya dilakukan dengan menggunakan pap smear, kultur, atau pemeriksaan dengan spekulum.

Perdarahan setelah persalinan dapat disebabkan laserasi selama operasi cesar atau oleh sebab-sebab alami. Dalam kedua kasus, perdarahan harus segera diidentifikasi untuk mencegah kehilangan darah yang signifikan.

Baca Juga: Mengapa Timbul Ambeien Usai Melahirkan Normal?

5. Preeklampsia dan Sindrom HELLP

tekanan darah
Foto: tekanan darah (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Ini terjadi ketika seorang ibu memiliki tekanan darah tinggi yang berbahaya selama kehamilan. Kegagalan untuk mengobati preeklampsia dapat menyebabkan pemisahan plasenta, kejang maternal, atau sindrom HELLP.

Sindrom HELLP adalah sejenis preeklampsia yang melibatkan hemolisis, peningkatan enzim hati dan platelet rendah. Ibu dengan sindrom HELLP biasanya memiliki fungsi hati yang memburuk dengan cepat.

6. Penyakit Jantung

jantung
Foto: jantung (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Sebuah penelitian European Society of Cardiology telah membuktikan bahwa, seorang wanita hamil yang memiliki riwayat jantung juga bisa menjadi salah satu penyebab ibu meninggal setelah melahirkan.

Kehamilan menyebabkan perubahan luas pada fungsi jantung seorang wanita, ada peningkatan volume darah total 50%, penurunan resistensi vaskular, misalnya.

Wanita yang memiliki penyakit jantung berisiko tinggi mengalami kematian maternal, terutama karena perubahan ini.

Baca Juga: Ketahui Ragam Cara Menunda Kehamilan, Dari yang Alami Hingga Pil KB

7. Usia

Ibu Hamil
Foto: Ibu Hamil (shutterstock.com)

Foto: Orami Photo Stock

Wanita berusia dua puluhan cenderung memiliki lebih sedikit komplikasi selama kehamilan dibandingkan wanita yang lebih muda atau lebih tua.

Melansir World Health Organization (WHO), wanita hamil yang berusia di bawah usia 15 tahun memiliki kemungkinan komplikasi yang jauh lebih besar saat melahirkan dan dapat menyebabkan kematian.

Risikonya juga meningkat seiring bertambahnya usia ibu dan meningkat saat wanita hamil di usia akhir 30-an, atau di usia 40-an dan 50-an.

8. Gumpalan Darah di Paru-Paru

paru-paru
Foto: paru-paru (shawglobalnews.com)

Foto: Orami Photo Stock

Emboli paru (PE) adalah gumpalan darah di paru-paru. PE dapat berkembang setelah melahirkan dan risikonya lebih tinggi dengan operasi caesar. Sekitar 3 persen kematian ibu melahirkan disebabkan oleh emboli paru.

9. COVID-19

covid-19
Foto: covid-19 (Orami Photo Stocks)

Foto: Orami Photo Stock

Studi terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan ibu hamil yang positif COVID-19 memiliki risiko tinggi mengalami gejala penyakit yang lebih parah hingga meninggal dunia.

Di Indonesia sendiri, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencatat setidaknya ada 536 ibu hamil yang terinfeksi virus corona sepanjang April 2020 hingga Mei 2021.

Sekitar tiga persen di antaranya meninggal dan 4,5 persen masuk ruang gawat darurat atau Intensive Care Unit (ICU).

Baca Juga: Payudara Sakit Saat Hamil Berapa Minggu? Simak Jawabannya Berikut Ini!

Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan

ibu hamil
Foto: ibu hamil (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Moms, sebagian besar penyebab ibu meninggal setelah melahirkan dapat dicegah, karena solusi perawatan kesehatan untuk mencegah atau mengelola komplikasi sudah dikenal luas.

Semua wanita membutuhkan akses ke perawatan berkualitas tinggi selama kehamilan, dan selama dan setelah melahirkan.

Kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir memiliki hubungan yang erat.

Sangatlah penting bahwa semua kelahiran dibantu oleh tenaga kesehatan profesional, karena penanganan dan pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebab kematian ibu setelah melahirkan.

Berikut ini hal yang dapat mencegah penyebab ibu meninggal setelah melahirkan, yaitu:

  • Pastikan Moms rutin melakukan konsultasi ke dokter selama kehamilan dan menjelang persalinan. Setidaknya lakukan 4 kali konsultasi dokter selama masa kehamilan.
  • Pastikan Moms mendapatkan akses terhadap tenaga keperawatan (dokter bersalin, bidan bersertifikat dan suster profesional) yang terampil saat persalinan dan perawatan setelahnya.
  • Risiko dapat dikurangi secara signifikan jika masalah pada kehamilan dapat ditanggulangi sejak dini dan menjalani proses persalinan di klinik atau rumah sakit yang memiliki peralatan medis lengkap dan tenaga kesehatan yang terlatih.

Baca Juga: Ibu Hamil Dengan Kondisi Ini Sebaiknya Melahirkan Secara Caesar

Itu dia Moms penyebab ibu meninggal setelah melahirkan dan cara mencegahnya.

Mari kita sama-sama mendoakan agar istri Chico Hakim, Citra Soeroso beristirahat dengan tenang dan diterima amal ibadahnya oleh Yang Maha Kuasa.

  • https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternal-mortality/pregnancy-mortality-surveillance-system.htm?CDC_AA_refVal=https%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Freproductivehealth%2Fmaternalinfanthealth%2Fpregnancy-mortality-surveillance-system.htm
  • https://dinkes.bojonegorokab.go.id/berita/baca/49
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6206465/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5389173/#:~:text=Uterine%20rupture%20is%20the%20leading,to%20uterine%20rupture%20in%20Ethiopia.
  • https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb