23 Juli 2022

Penting! Ketahui Tahap Perkembangan Emosi Anak dari Bayi hingga Remaja

Sejak bayi, anak sudah mengenal dan mengekspresikan berbagai jenis emosi
Penting! Ketahui Tahap Perkembangan Emosi Anak dari Bayi hingga Remaja

Perkembangan emosi anak memang tidak terlalu kentara, tapi sebenarnya sama penting dengan perkembangan fisik atau motorik maupun perkembangan kognitif.

Menurut Virtual Lab School, perkembangan sosial emosional anak berkaitan dengan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, mengendalikan perasaan dan perilaku, bergaul dengan teman sebaya, juga berinteraksi dengan orang dewasa.

Kemampuan sosial emosional anak sangat berpengaruh pada kesuksesan akademis dan kelancaran fungsi berbagai area kehidupannya, sehingga perlu dipantau perkembangannya.

Baca Juga: 4 Tahapan Perkembangan Motorik Anak SD, Catat!

Tahapan Perkembangan Emosi Anak dari Bayi hingga Remaja

Emosi anak sudah bisa dilihat bahkan sejak bayi, meskipun masih dalam tahap emosi dasar.

Saat anak berada di usia sekolah (6-12 tahun), kemampuan kognitif mereka mulai berkembang.

Dengan begitu, kemampuan untuk dapat mengekspresikan emosinya lebih bervariasi dan terkadang dapat mengekspresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda, bahkan bertolak belakang.

Terlepas dari kecepatan perkembangan setiap anak yang berbeda, tonggak perkembangan sosial emosional berikut umumnya dicapai anak pada rentang usia tertentu.

1. Bayi (Sejak Lahir hingga Usia 2 Tahun)

Ini 5 Hal yang Menjadi Alasan Bayi Menangis 03.jpg
Foto: Ini 5 Hal yang Menjadi Alasan Bayi Menangis 03.jpg

Foto: anak bayi (Orami Photo Stock)

Bayi yang telah lahir hingga usia 24 bulan dapat mengekspresikan berbagai emosi dasar, seperti ketidaknyamanan, kesenangan, kemarahan, ketakutan, kesedihan dan kegembiraan.

Di usia tersebut, bayi sudah dapat mengembangkan keterikatan dengan orang yang mengasuhnya, seperti orang tua dan juga telah bisa menunjukkan kecemasan ketika dipisahkan dari orang-orang penting yang berada dalam hidup mereka.

2. Balita (Usia 3–5 Tahun)

Balita (Usia 3–5 Tahun)
Foto: Balita (Usia 3–5 Tahun)

Foto: anak balita (Orami Photo Stock)

Dari usia 3 hingga 5 tahun, anak-anak sudah dapat belajar mengenai kemandirian.

Mereka sudah bisa mulai berpakaian, makan dan menggunakan toilet sendiri, serta juga mulai mengembangkan keterampilan sosial dengan berteman dengan orang sekitarnya.

Di usia ini, anak akan berbicara terus-menerus dan mengajukan banyak pertanyaan karena secara kognitif, rentang perhatian mereka meningkat dan pemahaman mereka tentang cerita, dan hubungan antara angka dan objek juga tumbuh.

Dilansir dari First Five Years, secara emosional, anak-anak dengan usia ini telah mengalami perkemabangan, seperti:

  • Mulai mengerti ketika seseorang terluka dan mungkin mencoba menghiburnya.
  • Telah menunjukkan preferensi yang lebih kuat untuk teman dan bermain hal-hal tertentu.
  • Menjadi mandiri dan tegas.
  • Suka memberi dan menerima kasih sayang.
  • Sudah bisa memuji diri sendiri dan membanggakan diri.

Baca Juga: Peran Penting Asam Linoleat bagi Perkembangan Anak Sejak Dini

3. Kelas 1 SD (6–7 Tahun)

Kelas 1 SD (6–7 Tahun)
Foto: Kelas 1 SD (6–7 Tahun)

Foto: anak usia 6–7 tahun (freepik.com)

Kita awali dari tahapan perkembangan emosi anak SD.

Rasa kemandirian anak semakin meningkat di awal sekolah, tapi semakin membutuhkan perhatian dan persetujuan dari orang tua.

Si Kecil juga mulai memahami kalau hubungan pertemanan sebenarnya bisa dipengaruhi oleh berbagai hal di luar kendalinya.

"Di saat ini kala anak mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi sebagaimana juga mereka menguasai keterampilan regulasi perilaku," jelas dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja, RS Pondok Indah, Tangerang Selatan.

Di akhir kelas 1 SD, berbagai tonggak perkembangan sosial emosional anak yang umumnya sudah dicapai adalah:

  • Mudah bertengkar dan baikan dengan teman, juga mulai sering berkomentar tentang temannya.
  • Mudah tersinggung perasaannya, tapi juga mulai bisa mengerti perasaan orang lain.
  • Selalu ingin menyenangkan orang lain dan selalu ingin jadi nomor satu.
  • Bisa membedakan salah dan benar, dan mulai mencari celah dalam aturan supaya bisa mendapatkan keinginannya.
  • Tumbuh kesadaran akan pandangan orang lain terhadap dirinya.
  • Mulai memahami perasaan malu.

Bahkan, tahapan perkembangan emosi anak saat ini, membuatnya mempunyai kemampuan untuk menjadi anak yang penuh kasih sayang.

Selain itu, anak juga dapat merasakan perasaan anak lain yang sedang sedih, mulai merasa bersimpati, dan timbul rasa ingin menolong.

Baca Juga: Mengenal Teori Piaget, 4 Tahapan Perkembangan Kognitif dan Kecerdasan Anak

4. Kelas 2 dan 3 SD (7-9 Tahun)

Kelas 2 dan 3 SD (7-9 Tahun)
Foto: Kelas 2 dan 3 SD (7-9 Tahun)

Foto: anak usia 7–9 tahun (freepik.com)

Di usia ini, perkembangan emosi anak mulai terlihat.

Mereka punya beberapa teman baik, tapi hubungan pertemanannya masih mudah berubah akibat pengaruh berbagai faktor.

Si Kecil juga sangat ingin diterima oleh teman sebayanya dan banyak mencoba berbagai kepribadian baru untuk tahu mana yang paling cocok untuknya.

Di akhir kelas tiga, sebagian besar anak akan menunjukkan perkembangan sosial emosional seperti:

  • Mulai suka menjadi bagian dari suatu kelompok.
  • Bisa membedakan fakta, fiksi, dan fantasi.
  • Menunjukkan perubahan emosi ekstrem, tapi cepat kembali lagi seperti sedia kala.
  • Mulai melihat dunia kesehariannya dari berbagai sudut pandang berbeda.
  • Semakin menyadari pandangan orang lain tentang dirinya.
  • Mulai berbagi rahasia dan candaan dengan temannya.
  • Ingin bersikap baik, tapi belum cermat dalam mengikuti perintah.

Baca Juga: Ketahui Tahap Perkembangan Motorik Anak Mulai dari Bayi, Balita, hingga Usia 12 Tahun

5. Kelas 4 dan 5 SD (9-11 Tahun)

Kelas 4 dan 5 SD (9-11 Tahun)
Foto: Kelas 4 dan 5 SD (9-11 Tahun)

Foto: anak usia 9–11 tahun (freepik.com)

Di kelas empat dan lima, anak mulai menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan sebagian di antaranya juga ada yang mulai memasuki masa puber.

Dilansir dari Developmental Stages of Social Emotional Development In Children, pada rentang usia ini kebutuhan anak untuk diterima sebagai bagian kelompok semakin besar, sehingga fokusnya lebih besar untuk teman dan komunitasnya.

Berikut adalah perkembangan sosial emosional lain yang ditunjukkan anak di akhir kelas 5 SD.

  • Lebih bisa mengendalikan emosi, tapi masih sering mengalami mood swing dan rasa tidak percaya diri.
  • Mulai pandai mengatasi konflik dan bernegosiasi.
  • Mulai mengetes sejauh mana mereka bisa mengubah batasan dan aturan yang sudah ada.
  • Mulai banyak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
  • Memiliki hubungan pertemanan yang lebih kompleks dan kuat.
  • Lebih banyak aktif di kegiatan dengan teman ketimbang keluarga.
  • Memahami bahwa hubungan pertemanan bukan sekadar tentang persamaan minat.
  • Mulai tertarik pada teman lawan jenis atau pura-pura tertarik pada teman lawan jenis agar diterima oleh teman sebaya.

Baca Juga: Cara Bermain Pop It dan Manfaatnya untuk Perkembangan Anak

6. Kelas 6 SD (11-12 Tahun)

Kelas 6 SD (11-12 Tahun)
Foto: Kelas 6 SD (11-12 Tahun)

Foto: anak usia 11–12 tahun (freepik.com)

Di tahun terakhir sekolah dasar, bisa dibilang anak berada dalam masa transisi menjadi seorang remaja.

Kemandiriannya semakin matang dan pengaruh teman pun semakin kuat, sehingga perlu terus didampingi dan dipantau kondisi sosial emosionalnya.

Beberapa tonggak perkembangan yang ditunjukkan anak kelas 6 SD di antaranya adalah:

  • Sangat peduli dengan pandangan orang lain tentang dirinya, tapi juga meyakini kalau pengalaman dan emosinya tidak dialami oleh orang lain.
  • Mulai bisa membaca perspektif dan emosi orang lain.
  • Mampu menentukan sudut pandang dalam melihat suatu masalah.
  • Mulai bisa mengendalikan reaksinya terhadap suatu hal.
  • Mulai bisa menempatkan diri di berbagai situasi dan lingkungan berbeda.

Baca Juga: 6 Tips untuk Membantu Perkembangan Anak Prasekolah

7. Perkembangan Emosi Usia Anak Remaja (SMP-SMA)

Usia Anak Remaja (SMP-SMA)
Foto: Usia Anak Remaja (SMP-SMA)

Foto: anak remaja (Orami Photo Stock)

"Ketika anak berusia 12 tahun ke atas, mereka sudah mampu menganalisis dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu," tambah dr. Anggia.

Begitu juga terhadap orang lain, anak yang hampir memasuki masa remaja ini, sudah dapat merasakan bentuk empati yang lebih dalam.

Perbedaan dalam perkembangan emosi membutuhkan perhatian khusus agar anak memiliki kemampuan meregulasi emosi mereka dengan tepat.

Melansir Raising Children, tahapan perkembangan emosi anak di usia remaja, seperti:

  • Lebih baik dalam perencanaan tujuan.
  • Dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah yang sulit.
  • Berperilaku dengan cara yang sesuai secara normal sosial.
  • Memikirkan perilaku diri sendiri terhadap orang lain.
  • Menjadi lebih mandiri.

Anak-anak memiliki beragam perasaan selayaknya orang dewasa. Setiap anak juga memiliki karakteristik yang khas dan khusus yang dapat membedakan mereka dengan teman seusianya.

Baca Juga: Mengenal Fase Phallic, Saat Anak Senang Memainkan Alat Kelamin Sendiri

Cara Membantu Anak Mengendalikan Emosinya

Cara Membantu Anak Mengendalikan Emosinya
Foto: Cara Membantu Anak Mengendalikan Emosinya

Foto: ayah dan anak (Orami Photo Stocks)

Memiliki anak dengan kecerdasan emosional memang memerlukan tahapan dan waktu yang tidak sebentar.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan melatih anak untuk bisa mengatur emosinya.

Berikut ini beberapa langkah untuk membantu anak supaya bisa mengendalikan emosinya:

  • Ajarkan ia mengenali emosi atau perasaan diri (name the feeling).
  • Ajarkan ia mengenali emosi atau perasaan orang lain.
  • Hadir dan dengarkan perasaan anak.
  • Menanggapi dengan tepat apa yang menjadi kebutuhan anak.
  • Tidak bereaksi negatif saat anak rewel atau marah.
  • Menjadi role model.
  • Menunjukkan emosi positif dan ketertarikan saat bermain dengan anak.
  • Ajarkan anak teknik-teknik relaksasi (emotional toolbox).

Baca Juga: Buat Anak Tumbuh Cerdas dengan 3 Faktor Penting Ini!

Mengenal Gangguan Emosi pada Anak

Faktor Masalah Emosi pada Anak
Foto: Faktor Masalah Emosi pada Anak

Foto: gangguan emosi pada anak (Orami Photo Stocks)

Tak jarang meski telah tumbuh sesuai tahapan perkembangan emosi anak seusianya, banyak orang tua yang masih sulit mengindentifikasi pemicu emosinya.

Terkadang anak-anak dapat mengalami emosi yang negatif, yang terkadang menjadi ledakan emosi.

Sebenarnya hal ini dianggap wajar. Namun, ledakan emosi pada anak harus diwaspadai.

Tantrum dan perilaku anak telah membuat distress atau kesulitan dalam keseharian keluarga.

Tantrum terjadi ketika anak tidak mampu mengendalikan emosi marahnya dan merasa dirinya “buruk”

Ada beberapa faktor penyebab masalah emosi yang terjadi pada anak, antara lain:

  • ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
  • Kecemasan/anxiety.
  • Trauma.
  • Kesulitan belajar.
  • Gangguan pemrosesan sensori (sensory processing issues).
  • Spektrum autisme.
  • Sedikit mendapat kasih sayang dari keluarga maupun teman.
  • Terlalu terikat dengan satu figur yang dominan.
  • Tantrum dan ledakan (outbursts) terjadi pada tahapan usia perkembangan di mana seharusnya sudah tidak terjadi, yaitu di atas usia 7-8 tahun.
  • Perilaku anak sudah membahayakan dirinya atau orang lain.
  • Perilaku anak menimbulkan masalah serius di sekolah.
  • Perilaku anak memengaruhi kemampuannya bersosialisasi dengan teman, sehingga anak “dikucilkan” oleh teman-temannya.

Kepercayaan terhadap orang tua dan model figur yang mereka amati dalam keluarga berperan dalam membentuk kepercayaan diri anak.

Hal ini dapat membantu anak untuk meregulasi emosinya dan mendorongnya menjadi mandiri, serta berani mengambil risiko.

Apabila Si Kecil memiliki karakter ini, diharapkan anak dapat berperilaku tepat dalam lingkungan sosialnya dan terhindar dari masalah penyesuaian diri dalam hidupnya.

Baca Juga: Luar Biasa! 4 Manfaat Bermain Rubik Bagi Anak

Untuk mendukung perkembangan emosi anak yang sehat dan positif, penting sekali untuk menjaga kelancaran komunikasi dengan Si Kecil serta menerapkan batasan dan aturan tegas ya, Moms.

Bagaimana menurut Moms, apalagi yang bisa dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan sosial emosional anak?

  • https://dmh.mo.gov/healthykids/parents/social-emotional-development
  • https://raisingchildren.net.au/school-age/development/school-age-social-emotional-development/self-regulation
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534819/
  • https://ecampusontario.pressbooks.pub/childgrowthanddevelopment/chapter/7-emotional-development-in-infancy-and-toddlerhood/#:~:text=Infants%20(birth%20to%2024%20months,important%20adults%20in%20their%20lives.
  • https://www.firstfiveyears.org.au/child-development/child-development-milestones-3-to-5-years
  • https://www.virtuallabschool.org/preschool/social-and-emotional-development/lesson-2

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb