17 Desember 2019

Program Hamil di Klinik Fertilitas, Apa Saja yang Didiskusikan?

Ini dia prosedur program hamil di klinik fertilitas.
Program Hamil di Klinik Fertilitas, Apa Saja yang Didiskusikan?

Moms dan Dads mempertimbangkan untuk program hamil ke klinik fertilitas? Sudah melakukan hubungan seksual teratur 2-3 hari sekali, tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan sudah 1 tahun belum hamil?

Tidak perlu ragu untuk melakukannya! Dr. David Hwang, SpOG dari Klinik Fertilitas Bocah Indonesia, dalam acara Orami Parenting Festival, FX Sudirman Jakarta (14/11) menjelaskan apa saja yang perlu didiskusikan.

“Dalam merencanakan kehamilan, kita perlu mempertimbangkan kualitas sperma dan sel telur. Kalau kualitas sperma Dads bagus tapi salurannya tersumbat, tentu susah hamil. Mau sel telur distimulasi, ya tidak bisa hamil kalau masalahnya di pria. Kalo masalahnya di sperma, tapi yang distimulasi ibu, tentu akan sulit hamil juga,” kata dr. David.

Apa Saja Faktor Utama Infertilitas?

Program Hamil di Klinik Fertilitas 01.png
Foto: Program Hamil di Klinik Fertilitas 01.png (womensvoice.com)

Foto: womensvoice.com

Dikatakan dr. David, ada dua faktor utama yang menentukan kesuburan, yakni usia dan masalah kelamin.

Usia

Dikatakan dr. David, usia juga berpengaruh terhadap kesuburan. Di bawah umur 35 tahun,kadar infertilitas masih 4,5 persen. Di umur 35-40 tahun, kadar infertilitas sebesar 31,3%. Sedangkan, di atas umur 40 tahun, kadar infertilitas meningkat hingga 70%.

Baca Juga: Apa Hubungan Antara Ejakulasi Dini dan Infertilitas Pada Pria?

Jenis Kelamin

Jika ditilik, ada 3 unsur penyebab infertilitas, yakni keadaan sel telur, sel sperma, dan saluran reproduksi. Persentase kesulitan hamil, 40% ada di faktor perempuan, 40% ada di faktor laki-laki, 10% ada di faktor kedua jenis kelamin, dan 10%nya lagi tidak bisa dijelaskan.

“Bagi wanita, belum tentu kesalahannya ada di sel telur. Bisa jadi ada sumbatan di rahim. Jika cepat ketahuan, bisa dengan mudah dibersihkan dengan cairan. Tapi kalau ditunda, bisa sulit karena sumbatan tersebut bisa berkembang menjadi myom atau kista. Makanya, sebelum merencanakan hamil, sebaiknya USG dulu. Sebab, kalau ternyata berhasil hamil tapi ada kistanya, kehamilan tentu terganggu.

Soal sel sperma, masalah yang terjadi bisa bermacam-macam. Bisa jumlahnya yang kurang, jumlahnya banyak tapi kelainan bentuk, bisa juga jumlahnya banyak dan bentuknya normal, tapi tidak bisa bergerak.

“Padahal, di dalam rahim, sel sperma masih bisa bergerak aktif selama dua hari,” kata dr. David.

Jika faktor infertilitas telah diketahui, maka prosedur program hamil di klinik fertilitas bisa segera dimulai. Sebab, masalahnya telah diketahui.

"Banyak Moms dan Dads yang takut mengunjungi klinik fertilitas karena tidak siap mendengar masalah yang bisa terjadi. Padahal, lebih menakutkan tidak ketemu masalahnya, tapi tidak kunjung hamil juga. Kalau ketemu masalahnya, kan bisa langsung diobati," kata dr. David.

Tahapan Teknik Reproduksi Berbantu

Program Hamil di Klinik Fertilitas 02.png
Foto: Program Hamil di Klinik Fertilitas 02.png (thetimes.co.uk)

Foto: bbc.co.uk

Dijelaskan pula oleh dr. David, bahwa ada 5 jenis teknik reproduksi berbantu sebagai jalan untuk memudahkan Moms dan Dads dalam melakukan program hamil di klinik fertilitas. Berikut ini adalah jenis-jenisnya. Pilihan teknik reproduksi berbantu ini bisa didiskusikan saat memulai program hamil di klinik fertilitas, setelah melakukan pemeriksaan menemukan masalah kesuburan pada pasangan calon orang tua.

Baca Juga: 10 Kesalahan Yang Umum Terjadi Saat Program Hamil

1. Minimal Invasive Surgery

Teknik ini disebut juga laparoskopi, yakni bedah invasif minimal dengan alat-alat berukuran kecil. Minimal invasive surgery ini biasa digunakan untuk mengecek adanya kista atau myom.

2. Stimulasi Ovarium terkendali

Merupakan pil penyubur kandungan. Namun, pil ini tidak bisa diminum terus-terusan karena bisa menyebabkan kista.

3. Inseminasi Intra Uterin

Merupakan prosedur memasukkan sperma ke dalam rahim.

4. Bayi Tabung (In-Vitro Fertilization)

Merupakan prosedur mempertemukan sel sperma dan sel telur di luar tubuh dan mengembangkannya menjadi embrio. Embrio yang dianggap matang, kemudian dimasukkan ke dalam rahim.

5. Surrogate Mother

Sekarang, ibu tanpa rahim pun bisa punya anak. Caranya adalah dengan memasukkan embrio ke dalam seorang perempuan dengan rahim yang sehat, alias meminjam rahim seseorang. Namun, prosedur ini tidak boleh dilakukan di Indonesia.

Nah, itulah hal-hal yang didiskusikan saat melakukan program hamil di klinik fertilitas. Sekarang, Moms dan Dads, tidak ragu lagi mengunjungi klinik fertilitas, kan?

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb