12 Juni 2023

Mengenal Sikap Skeptis, Hal yang Buruk atau Bukan?

Ternyata skeptis berlebihan bisa berdampak buruk
Mengenal Sikap Skeptis, Hal yang Buruk atau Bukan?

Skeptis akan suatu hal atau keadaan merupakan hal yang wajar, Moms juga pasti pernah merasakan, bukan?

Awalnya, perasaan ini bisa muncul ketika kita berusaha memvalidasi sesuatu yang belum teruji kebenarannya, sehingga kita dapat lebih berhati-hati akan sesuatu.

Istilah skeptis bisa didefinisikan sebagai perasaan ragu-ragu.

Biasanya, seseorang yang memiliki perasaan ini akan terkesan selalu kurang percaya bahkan berpikiran negatif akan segala aspek.

Ini seperti kesehatan, pekerjaan, percintaan, bahkan saat membangun hubungan sosial dengan masyarakat.

Jadi, dalam banyak hal, skeptisisme itu hal yang sehat.

Mari cari tahu lebih dalam tentang sikap skeptis yang perlu Moms pahami!

Baca Juga: 7+ Persiapan dan Cara Konsultasi ke Psikolog, Jangan Sampai Ragu!

Mengenal Sikap Skeptis

Karier
Foto: Karier (Freepik.com/tirachardz)

Perasaan ini dapat membantu Moms untuk tetap menyimpan uang di saku, menjauhkan diri dari situasi tidak pasti, dan menghindari dimanfaatkan.

Namun, tetap harus ada batasannya.

Awalnya, perasaan ini merupakan sesuatu yang normal.

Tetapi, hal tersebut berubah ketika skeptis yang semula hanya berupa perasaan, menjadi sifat yang berlebihan.

Seseorang dengan sifat skeptisisme berlebihan akan membuat dirinya tidak peduli dengan sekitar dan selalu memiliki visi negatif terhadap semua fenomena di lingkungannya.

Belum lagi skeptis yang berlebihan, bisa merubah seseorang menjadi pribadi yang antikritik.

Sifat skeptis bisa mulai menghalangi hubungan, perkembangan diri, dan risiko lain yang mungkin merugikan.

Oleh karena itu, sifat ini tidak boleh ditolerir dan dibiarkan.

“Ini adalah tindakan penyeimbangan yang rumit,” kata Rachel Botsman, dosen di Business School Oxford dan penulis Who Can You Trust?, sebuah buku tentang hubungan antara kepercayaan dan teknologi.

“Ketakutan dan kekecewaan adalah virus kuat yang menyebar dengan cepat, dan kita bisa menjadi rentan untuk diyakinkan bahwa sesuatu yang positif itu berbahaya,” tambah Botsman.

Sebagai contoh, Botsman menunjuk pada gerakan antivaxxer, yakni skeptisisme yang mengakar.

Sehingga membuat beberapa orang sangat tidak percaya dengan banyaknya bukti medis yang membuktikan keamanan vaksin.

Sehingga mereka bersedia memaparkan anak-anak mereka pada sejumlah penyakit.

Baca Juga: Mengenal Post-Engagement Anxiety, Keraguan untuk Menikah setelah Bertunangan

Cara Mengatasi Sikap Skeptis

Untuk Moms yang juga sedang berusaha mengatasi sifat satu ini, ada beberapa cara yang mungkin berguna dan bisa Moms ikuti.

Yuk, kita simak!

1. Sadar Akan Diri yang Juga Memiliki Kekurangan

Cara Mengatasi Sikap Skeptis
Foto: Cara Mengatasi Sikap Skeptis (healthline.com)

Sebelum Moms dapat mengatasi keraguan dan perasaan skeptis, perlu mengetahui apa saja kekurangan dalam diri.

Selain itu, mengetahui kelemahan khusus pada diri, akan membantu Moms menentukan apa yang yang tidak bisa Moms lakukan dan perlu bantuan orang lain.

Hal ini dikarenakan, orang yang memiliki sifat skeptis akan cenderung tidak percaya pada orang lain.

Ia akan merasa mampu menyelesaikan segala hal dan apapun bentuk permasalahan.

2. Temukan Hobi Baru

Olahraga Lari
Foto: Olahraga Lari (Orami Photo Stock)

Sifat skeptis juga bisa ditujukan kepada suatu hal baru yang belum pernah dicoba.

Seseorang dengan skeptisisme, akan menganggap beberapa hal baru memang tidak layak dicoba dan hanya membuang-buang waktu saja.

Nah, Moms bisa berusaha melawan pemikiran tersebut dengan mencari hobi baru.

Ikuti kelas atau bergabunglah dengan klub.

Jika Moms melakukan sesuatu yang disukai, hidup akan lebih terbuka akan sesuatu yang baru, yang pasti mengarah pada cinta pada diri sendiri.

Selain itu, dengan menunjukkan bakat di tempat umum bersama orang-orang yang memiliki kesamaan passion, Moms bisa lebih menghargai apresiasi dan tanggapan dari orang lain.

Mencari lingkungan baru untuk beradaptasi juga bisa menghilangkan perasaan skeptis pada orang lain.

Hal ini karena bisa menumbuhkan sikap kerjasama, peduli sesama, dan membangun empati antaranggota.

Baca Juga: 5+ Aplikasi Karaoke Terbaik Wajib Coba untuk Moms yang Hobi Menyanyi

3. Ingat Bahwa Manusia adalah Makhluk Sosial

Perempuan Sedang Mengobrol
Foto: Perempuan Sedang Mengobrol (Freepik.com/marymarkevich)

Sebagai makhluk sosial, manusia sangat bergantung dengan kehadiran dari manusia lain sehingga aktivitas sehari-hari dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Hal inilah yang menjadi dasar dari interaksi sosial.

Namun, seseorang dengan sifat skeptis biasanya enggan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Alasannya, rasa percaya yang sangat kurang pada orang lain.

Pada tahap yang lebih buruk, orang dengan skeptisisme percaya bahwa orang lain bisa membawa pengaruh buruk.

Jangan ragu untuk tetap berpikiran terbuka dengan kenalan baru (atau kenalan lama).

Ada beberapa hal yang dapat Moms lakukan saat berinteraksi, seperti:

  • Menjaga kontak mata dengan lawan bicara
  • Menjadi pendengar yang baik
  • Berusahalah untuk berjabat tangan

karena kontak fisik awal menentukan suasana untuk interaksi positif yang akan membangun lebih banyak kepercayaan.

Maka dari itu, Moms perlu mengingat konsep bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Jika tidak ada bantuan dari orang lain, bukan tidak mungkin jika akan menemukan kesulitan dalam kegiatan sehari-hari.

4. Buat Cara Pandang Baru Akan Kegagalan

Perempuan Sedih
Foto: Perempuan Sedih (Freepik.com/jcomp)

Melansir Psychology Today, sifat skeptis pada seseorang bisa jadi dikarenakan pernah merasakan kegagalan yang tidak bisa dilupakan.

Terutama ketika kegagalan tersebut hadir setelah kerja keras yang menyita banyak waktu, tenaga, dan usaha.

Sehingga, ketika ingin mencoba sesuatu, seseorang dengan skeptisisme menganggap sudah tahu bahwa akhirnya adalah kegagalan yang ia pasti temui.

Semakin lama percaya dengan pemikiran serupa, membuat seseorang semakin skeptis pada usaha dan kegagalan.

Jika Moms masih memiliki cara pandang demikian, tidak ada salahnya untuk mencoba melihat segala sesuatu melalui sudut pandang yang berbeda.

Jangan jadikan kegagalan sebagai tujuan valid yang tidak bisa diganggu gugat.

Justru kegagalan adalah langkah pasti yang akan menuntun ke sebuah keberhasilan di masa yang akan datang.

Baca Juga: Tangguh Sejak Kecil, Ini 4 Kiat Ajarkan Balita Belajar Dari Kegagalan

5. Nikmati Setiap Prosesnya

Keluarga Bahagia
Foto: Keluarga Bahagia (Freepik.com/tlrachardz)

Mengubah suatu kebiasaan atau sifat dalam diri, bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan dalam waktu singkat.

Begitu pula untuk menghilangkan sifat skeptis dari diri yang sudah lekat.

Ada baiknya, untuk tetap menikmati setiap proses perkembangan diri yang mengarah ke perubahan yang lebih baik.

Moms bisa berusaha menghilangkan skeptis dalam diri secara perlahan, tidak usah terburu-buru.

Pahami setiap perubahan merupakan hal positif yang dapat membuat diri kita pribadi yang berkualitas.

6. Tetap Rileks

Berpikir Tenang
Foto: Berpikir Tenang (Freepik.com/wayhomestudio)

Ketika sedang mencoba untuk menghilangkan sifat skeptis, bukan tidak mungkin perasaan tersebut muncul kembali ketika menghadapi suatu situasi atau seseorang.

Nah, dalam berusaha mengontrolnya, Moms bisa untuk tetap rileks dan coba alihkan perhatian ke objek yang lain.

Bisa dengan menjalankan hobi, tidur, atau menonton film, supaya pikiran menjadi lebih tenang.

Jangan biarkan sifat skeptis kembali menguasai, ya, Moms!

Baca Juga: 13 Rekomendasi Film Anime Hot, Bukan Tontonan Anak!

Memang akan sulit ya Moms untuk mencoba suatu hal baru dengan merubah kebiasaan lama.

Apalagi, perasaan skeptis bisa muncul kapan saja tanpa kita sadar.

Jika sudah demikian, Moms yang harus mengontrol perasaan diri sendiri.

Ingat juga, jangan lupa untuk tetap menjadi diri sendiri ya. Semangat!

  • https://www.psychologytoday.com/us/blog/rationally-speaking/200909/the-logic-skepticism
  • https://www.bpw.com/blog/2015/07/29/being-skeptical-is-it-really-a-bad-thing/
  • https://www.forbes.com/sites/shanesnow/2020/05/21/how-to-use-skepticism-to-lead-more-innovatively-without-being-a-jerk/?sh=3082d326433e

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb