28 Agustus 2018

Tali Pusat Bayi Tidak Dipotong Setelah Lahir, Bisa Picu Infeksi?

Risiko infeksi plasenta dapat menyebar pada bayi
Tali Pusat Bayi Tidak Dipotong Setelah Lahir, Bisa Picu Infeksi?

Moms mungkin sudah tahu bahwa tengah menjadi tren cara melahirkan dengan proses yang dikenal dengan istilah lotus birth. Apa itu? Lotus birth adalah saat tali pusat bayi yang baru lahir dibiarkan tetap melekat pada plasenta alias tidak dipotong hingga tali pusatnya putus secara alami.

Proses ini sebenarnya masih menuai pro dan kontra. Ada risiko bayi yang baru lahir ini terinfeksi penyakit. Pasalnya, plasenta yang mengandung darah rentan terjangkit infeksi. 

Lotus Birth Menjadi Tren

shutterstock 435235663
Foto: shutterstock 435235663

Lotus birth ini tak hanya menjadi tren medis di luar negeri. Di Indonesia, beberapa selebriti melakukan proses lotus birth. Sebut saja misalnya penyanyi Andien, ataupun selebriti Atiqah Hasiholan. Dari post di akun Instagram, terlihat bayi mungil mereka dengan ari-ari yang masih tersambung dengan plasenta.

Orang yang menjalani proses lotus birth memercayai bahwa dengan proses ini bayi memiliki kontak lebih lama dengan plasenta sehingga memudahkan transisi bayi baru lahir ke kehidupan di luar rahim, sehingga bermanfaat bagi bayi.

Baca Juga: 3 Cara Merawat Tali Pusat Bayi yang Perlu Moms Ketahui

Bahaya Tidak Memotong Tali Pusat

shutterstock 435235666
Foto: shutterstock 435235666

Nah, sekali lagi, metode lotus birth ini sendiri masih menjadi hal yang kontroversial bagi banyak pihak. Bagi sebagian pakar kesehatan, melekatnya tali pusat lebih lama dengan plasenta dapat memicu risiko bagi bayi baru lahir. Bahkan mereka berpendapat bahwa lotus birth berbahaya bagi bayi.

Seperti yang dikatakan Dr. William Schweizer, dokter kandungan dan profesor klinis di New York University Langone Medical Center, kepada Live Science bahwa ada risiko bayi baru lahir terhubung dengan organ mati dan membusuk.

"Risiko bayi terinfeksi dari plasenta. Setelah keluar dari tubuh, plasenta adalah jaringan mati. Darah di dalamnya rentan terhadap pertumbuhan bakteri," ujar Schweizer seperti dilansir dari Live Science. “Saat dalam rahim, tali pusat adalah jalur kehidupan. Plasenta sebagai sumber nutrisi. Tetapi begitu bayinya keluar, plasenta tidak lagi diperlukan.”

Schweizer menjelaskan bahwa setelah bayi baru lahir, tali pusat dapat dijepit atau diikat sebelum dipotong, untuk menjaga janin dari kehilangan darah yang berlebihan sampai pembuluh darah umbilikus menutup.

Baca Juga: Menyimpan Darah Tali Pusat Bayi Baru Lahir, Sejauh Mana Manfaatnya?

Diajurkan Tidak Memotong Tali Pusat Terlalu Cepat

shutterstock 741523021
Foto: shutterstock 741523021

Awal abad ke-18, dokter memperingatkan bahwa pada persalinan normal, mengikat dan memotong tali pusat terlalu cepat dapat membuat bayi yang baru lahir lemah sehingga disarankan menunggu hingga tali pusat berhenti berdenyut.

Pada persalinan cesar, umumnya para dokter segera menjepit tali pusat agar dapat mengangkat bayi yang baru lahir dari tempat operasi dan melakukan perawatan rahim ibu.

Menurut jurnal American College of Obstetricians and Gynecologists, menunda pemotongan ari-ari bermanfaat bayi bagi yang baru lahir sampai titik tertentu. Studi terbaru menunjukkan, menunda menjepit hingga 30 hingga 60 detik setelah bayi dilahirkan dapat bermanfaat bagi bayi.

Peneliti menemukan bahwa menunda penjepitan dapat meningkatkan tingkat hemoglobin bayi baru lahir dan meningkatkan cadangan zat besi untuk bulan pertama bayi. Sedangkan pada bayi yang lahir prematur, penundaan singkat sebelum penjepitan tali pusat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi kebutuhan akan transfusi.

Schweizer menjelaskan, menunda pemotongan tali pusat selama 60 detik berbeda dengan membiarkan tali pusat mengering dan putus secara alami.

Nah, semakin banyak ibu yang menjalani proses lotus birth di Inggris membuat khawatir Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG). Maka pada 2008, RCOG mengeluarkan peringatan agar tidak membiarkan bayi baru lahir tersambung dengan jaringan yang mati. Pasalnya, mereka akan rentan terhadap perkembangbiakan bakteri berbahaya.

“Jika dibiarkan dalam jangka waktu setelah kelahiran, ada risiko infeksi plasenta, yang dapat menyebar ke bayi,” tegas Dr. Patrick O’Brien, juru bicara RCOG.

(HIL)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb