04 Agustus 2019

Anak Punya Cita-Cita Jadi YouTuber? Ketahui Plus Minusnya

Menjadi seorang YouTuber bisa mengontrol sendiri jenis konten yang diinginkan sehingga minim tekanan
Anak Punya Cita-Cita Jadi YouTuber? Ketahui Plus Minusnya

Perkembangan teknologi membuat sebuah fenomena baru, di mana kini banyak kalangan masyarakat yang ingin meraih kepopuleran dengan menggunakan platform media seperti YouTube.

Tidak hanya dari kalangan orang dewasa, bahkan anak-anak pun juga kini ingin menjadi seorang YouTuber dengan harapan dirinya tidak kalah terkenal dari publik figur seperti artis, atau musisi.

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kebebasan akses berinternet yang dilakukan oleh anak di Generasi Z, yang lebih sering menggunakan internet dibanding generasi lainnya.

Generasi Z merupakan generasi setelah Generasi Milenial, yang secara demografis lahir pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an.

Baca Juga: Ternyata Ini 5 Hal yang Paling Sering Dilakukan Ibu-Ibu Ketika Internetan

Kekhawatiran Orang Tua dengan Penggunaan Internet Anak

internet pada anak
Foto: internet pada anak

Mengutip Good Housekeeping, menurut laporan Common Sense Media baru-baru ini tentang penggunaan internet keluarga, ada dua kekhawatiran utama orang tua.

Kekhawatiran tersebut adalah berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk berinternet, dan berbagi informasi pribadi secara berlebihan.

Namun bagi Generasi Z, internet tidak begitu mengkhawatirkan dan bahkan dilihat sebagai sebuah peluang yang menarik.

Meridith Valiando Rojas, salah pendiri DigiTour Media, produsen terbesar acara langsung yang menampilkan talenta media sosial, mengatakan, "Salah satu dari lima aspirasi karir teratas dari Generasi Z adalah menjadi bintang media sosial."

YouTube mengatakan bahwa untuk bisa membuat akun YouTube, setidaknya anak tersebut berusia 13 tahun. Tetapi tentu saja, hal ini tidak menghentikan banyak orang tua untuk membuatkan aku bagi anak mereka yang jauh lebih muda.

Bahkan, beberapa saluran YouTube paling populer, seperti Zara Cute, kini memiliki jumlah pelanggan 2,1 juta Tak heran bila ia bisa menghasilkan sekitar US$220 ribu (Rp3,2 miliar) hingga US$3,5 juta (Rp52 miliar) per tahun.

Beberapa orang tua nampaknya juga memutar otak dengan membuat akun YouTube keluarga yang isinya adalah video mengenai kegiatan keluarga, baik itu vlogs, atau bentuk tantangan menarik.

Contohnya Keluarga Gen Halilintar, yang bahkan sebelas anaknya memiliki kanal YouTuber-nya sendiri. Juga sukses meniti karier sebagai influencer dari ragam platform media (YouTube, Instagram).

Awal tahun 2019, YouTube mendapat kecaman setelah pengguna mem-posting video yang menjelaskan cara-cara untuk memfasilitasi eksploitasi seksual anak di bawah umur.

Akibatnya, YouTube melarang komentar di sebagian besar video yang mencakup anak-anak 13 tahun ke bawah.

Baca Juga: 4 YouTubers Cilik Indonesia Idola Anak-anak

Sisi Positif Menjadi YouTuber

anak jadi youtuber-1.jpg
Foto: anak jadi youtuber-1.jpg (YouTube)

Seperti hal lain yang ada di dunia ini, menjadi seorang YouTuber memiliki sisi negatif dan positif. Karenanya, Moms perlu memahami terlebih dahulu hal berikut sebelum memutuskan untuk membuat kanal YouTube untuk anak.

Mengutip dari Vidooly, berikut sisi positif menjadi seorang YouTuber.

1. Tidak Ada yang Menghalangi untuk Mengikuti Minat

Memiliki sebuah pekerjaan di balik meja benar-benar hal yang biasa. Tidak setiap lulusan atau profesional terdidik akhirnya bekerja untuk sesuatu yang menyenangkan.

Namun, YouTube memberikan pilihan untuk mengikuti hasrat sendiri, membebaskan kreativitas untuk dituangkan sebagai konten untuk kanal sendiri.

Seperti yang dilakukan oleh Little Princess Shinta, seorang YouTuber cilik dengan jumlah pelanggan lebih dari 2 juta, memiliki konten video tentang review mainan, unboxing, hingga aktivitas sehari-harinya.

2. Menjadi Bos Sendiri

Ketika orang-orang berinternet, mereka mencari informasi yang relevan, menghibur, mendidik dan menginspirasi. Selama seseorang dapat membuat konten yang menarik hati audiens, mereka dapat menikmati kariernya sebagai YouTuber tanpa perlu gelar besar.

Selain itu, YouTube juga dikenal telah membantu banyak musisi dan artis menemukan audiens online dan bahkan membuat kesepakatan dengan perusahaan rekaman besar.

3. Tidak Ada Tekanan Persaingan

YouTube di satu sisi memang sangat kompetitif, tetapi yang biasanya dibutuhkan adalah keyakinan dan pengertian.

Karenanya, seorang YouTuber perlu memahami seperti apa audiens mereka, mempelajari apa yang mereka cari dan topik apa yang paling dihormati.

Namun, menjadi YouTuber juga tidak perlu khawatir tentang tekanan pekerjaan pada umumnya. Cukup dengan menulis skrip dan kerjakan kapan saja.

4. Membuka Peluang

Ada lebih banyak keuntungan dengan membuat kanal YouTube, seperti berfungsi sebagai portofolio yang bagus untuk videografer dan sutradara.

Bisa juga dengan menjadi musisi, hingga menyentuh kelas nasional seperti Gamaliel Audrey dan Cantika, yang awalnya melakukan cover lagu di kanal YouTube mereka.

Seseorang hanya perlu menemukan dan memupuk audiensi dengan ide-ide orisinal, segar, menarik perhatian, dan menghibur.

Baca Juga: 6 Cara Agar Internet Aman Untuk Anak

Sisi Negatif Menjadi YouTuber

anak jadi youtuber-2.jpg
Foto: anak jadi youtuber-2.jpg (YouTube)

Meskipun menyenangkan, Moms perlu memahami juga ada sisi negatif bila seseorang membuat kanal YouTube. Kurangnya konsistensi membuat konten dapat mengurangi daya tarik pengguna untuk melihat video yang dibuat.

Berikut ini sisi negatif menjadi YouTuber yang sebaiknya bisa untuk dipertimbangkan sebelum membuat kanal YouTube.

1. Biaya Produksi Konten yang Besar

Memang, tidak selalu konten yang baik memiliki peralatan lebih bagus dan canggih ketimbang sekadar memakai ponsel.

Tetapi jika ingin menjadi seorang YouTuber sukses terkadang sebuah konten benar-benar membutuhkan peralatan yang layak.

2. Konsistensi

Memproduksi video secara konsisten dengan kualitas yang sama adalah tantangan lain karena pengembangan skrip yang tepat membutuhkan waktu.

Selain itu, mungkin akan sulit bagi seorang pengguna untuk bertahan dalam sebuah kanal bila seorang YouTuber juga jarang mengunggah konten.

3. Membutuhkan Waktu

Untuk membuat sebuah video viral, sulit mencari penyebab pasti, Mungkin karena kekuatan SEO, atau ada taktik lain yang digunakan.

Meskipun banyak YouTuber membuat konten yang terfokus pada tren, sulit untuk menemukan audiens. Apalagi dengan adanya 300 jam video diunggah ke Youtube setiap menit. Memupuk audiens organik hingga ratusan ribu pelanggan mungkin membutuhkan waktu.

Nah itu dia Moms yang perlu diketahu seputar menjadi seorang YouTuber!

FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.