23 Mei 2020

Bruxisme pada Anak, Apakah Berbahaya?

Kadang, anak menggertakkan gigi sebagai respons terhadap rasa sakit
Bruxisme pada Anak, Apakah Berbahaya?

Orang tua jadi cemas saat mendapati anaknya yang sedang tertidur mengeluarkan suara kasar akibat gigi saling beradu. Menggerinda gigi atau mengepalkan rahang semacam itu dalam istilah medis disebut dengan bruxisme.

Bruxisme pada anak cukup banyak terjadi, namun persoalan ini kerap diabaikan.

Menurut Kids Health, dua sampai tiga dari 10 anak mengalami bruxisme. Bruxisme dilaporkan terjadi pada sekitar 20 persen anak hingga usia 11 tahun.

Angka itu diperkirakan lebih sedikit dibanding kondisi sesungguhnya karena kondisi itu tidak diperhatikan oleh semua orang tua. Bruxisme sering terjadi selama fase tidur nyenyak atau ketika anak-anak sedang stres.

Baca Juga: Bayi Menggertakkan Gigi Saat Tidur? Waspadai Bahaya Bruxism Ini

Penyebab Bruxisme pada Anak

bruxisme pada anak
Foto: bruxisme pada anak

Foto: Orami Photo Stock

Para ahli tidak selalu yakin dengan faktor penyebab terjadinya bruxisme. Dalam beberapa kasus, anak-anak mengepalkan rahang karena gigi atas dan bawah tidak selaras.

Kasus lain menunjukkan, anak-anak menggertakkan gigi sebagai respons terhadap rasa sakit, seperti dari sakit telinga atau tumbuh gigi. Anak-anak mungkin menggertakkan gigi mereka sebagai cara untuk meringankan rasa sakit, sama seperti mereka menggosok otot yang sakit.

Stres juga diduga sebagai penyebab lainnya. Stres biasanya menimbulkan ketegangan saraf atau kemarahan. Misalnya, anak mungkin mengkhawatirkan ujian di sekolah atau perubahan dalam rutinitas (saudara baru atau guru baru).

Bahkan berdebat dengan orang tua dan saudara kandung dapat menyebabkan stres yang cukup untuk mendorong anak mengepalkan rahang.

Sebagian anak hiperaktif juga mengalami bruxisme. Anak-anak dengan kondisi medis yang lain, seperti misalnya cerebral palsy, atau yang menggunakan obat-obatan tertentu juga dapat mengalami bruxism.

Banyak kasus bruxisme tidak terdeteksi tanpa efek buruk. Tetapi ada pula yang menyebabkan sakit kepala atau sakit telinga. Namun yang paling sering terjadi, bruxisme ini sering mengganggu anggota keluarga yang lain karena suaranya yang ditimbulkan.

Baca Juga: Mengenal Bruxism, Gigi Gemeretak Saat Tidur

Pada beberapa kasus, menggeretakkan gigi saat tidur malam hari dapat merusak enamel gigi, gigi chip, meningkatkan sensitivitas suhu, dan menyebabkan sakit wajah yang parah dan masalah rahang, seperti penyakit sendi temporomandibular joint (TMJ).

Meski begitu, kebanyakan anak yang menggertakkan gigi tidak mengalami TMJ, kecuali mereka sangat sering menggeretakkan gigi.

Bruxism.org menyebut, episode bruxisme berlangsung sekitar 4 detik dan terjadi sekitar 6 kali dalam satu jam. Bruxisme cenderung terjadi pada malam hari. Sebuah studi menemukan, 60 persen episode bruxisme disertai dengan nafsu.

Empat puluh persen dari anak-anak dalam penelitian ini dilaporkan memiliki perhatian klinis yang signifikan atau masalah perilaku. Sebuah studi menarik menemukan, masalah perilaku dan bruxisme pada anak-anak terkait dengan depresi ibu.

Peningkatan nafsu dan masalah perilaku pada anak-anak secara signifikan berkorelasi dengan orang tua yang melaporkan keluhan psikologis atau fisik.

Kebanyakan bruxisme pada anak akan berhenti ketika mereka kehilangan gigi susunya. Namun, pada sebagian anak bruxisme terus terjadi hingga remaja. Jika bruxisme disebabkan oleh stres, itu akan berlanjut sampai stres mereda.

Mengatasi Bruxisme pada Anak

artikel_HERO Bayi Menggertakkan Gigi Saat Tidur Waspadai Bahaya Bruxism Ini.jpg
Foto: artikel_HERO Bayi Menggertakkan Gigi Saat Tidur Waspadai Bahaya Bruxism Ini.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Pengamatan orang tua dan kunjungan ke dokter gigi bisa membantu mengendalikan masalah ini sampai selesai. Jika bruxisme membuat wajah dan rahang anak sakit atau merusak gigi, dokter gigi dapat meresepkan alat khusus untuk digunakan.

Alat yang berfungsi sebagai penjaga pada malam hari ini dibentuk pada gigi anak-anak, mirip dengan corong pelindung yang dikenakan oleh para atlet. Meski perlu waktu untuk membiasakan penggunaannya, namun hasil positifnya bisa terjadi dengan cepat.

Baca Juga: Ternyata Ini 3 Alasan Anak Sering Mengigau Saat Tidur

Entah penyebabnya adalah fisik atau psikologis, anak-anak dapat mengendalikan bruxisme dengan bersantai sebelum tidur. Misalnya dengan mandi air hangat, mendengarkan musik menenangkan selama beberapa menit, atau membaca buku.

Bruxisme yang disebabkan oleh stres, bisa diatasi dengan menanyakan tentang apa yang membuat anak kesal dan temukan cara untuk membantunya. Misalnya, seorang anak yang khawatir dengan perjalanan berkemah pertama, maka ia perlu diyakinkan bahwa ibu atau ayah akan berada di dekatnya jika diperlukan.

Jika masalahnya lebih rumit, diskusikan kekhawatiran anak dan cobalah untuk mengurangi ketakutannya. Jika Moms masih khawatir, bicarakan dengan dokter.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb