Barang Preloved untuk Si Kecil? Enggak Masalah!
Hai! Saya Begita, dan di usia 26 tahun, saya melahirkan Bram. Bulan ini, Bram akan berusia 3 tahun.
Sebelum melahirkan, seperti kebanyakan calon ibu lainnya, saya menginventarisasi barang apa saja yang kelak diperlukan Bram. Saya juga merinci harga-harga barang yang mungkin akan saya beli dan mencocokkannya dengan isi rekening.
Setelah dihitung-hitung, jumlahnya ternyata tidak sedikit. Perintilan yang banyak dan harga yang lumayan mahal itu membuat saya ragu untuk segera membeli semua keperluan bayi seperti calon ibu lainnya.
Beruntung, saya punya kakak yang masih menyimpan rapi barang-barang keperluan anaknya ketika bayi. Padahal, usia anaknya sudah 8 tahun lho. Kakak saya itu memang sangat telaten. Barang-barangnya pun masih bersih dan bagus.
Baca Juga: Punya Bayi dan Tinggal Jauh dari Orang Tua, Menantang!
Beruntung Dapat Banyak Barang Preloved dengan Kualitas Baik
Kakak saya punya cukup banyak barang yang bisa dilungsurkan kepada Bram. Tanpa butuh waktu lama, barang-barang seperti baby walker, boks bayi dari kayu, tas baju bayi, bedong bayi, selimut, alas ompol, sandal dan sepatu, boneka, dan yang lainnya dikirim dari Majalengka ke Bandung, tempat tinggal saya.
Saya merasa bersyukur bisa mendapat banyak perlengkapan bayi dengan kualitas baik tanpa harus mengeluarkan uang. Selebihnya, seperti baju sehari-hari, celana, baju hangat, topi, dan lainnya saya beli sesuai dengan perkembangan usia Bram.
Ternyata, keperluan Bram tidak sebatas itu. Sebagai ibu bekerja, saya membutuhkan peralatan untuk mendukung keinginan saya memberikan ASI eksklusif kepada Bram. Sebagai ibu karir, saya sadar tidak dapat memberikan ASI langsung dengan delapan jam bekerja di kantor.
Saya pun mulai mencari tahu apa saja, berapa biaya, dan semua tentang perlengkapan ASI perah ini. Hasilnya? Wah lumayan juga ya biaya yang harus saya keluarkan.
Saya setidaknya harus memiliki pompa asi, wadah penyimpanan ASIP, tas pendingin dan ice gel-nya, penghangat ASIP, alat steril, dan tentunya botol susu untuk Bram.
Setelah berselancar dari e-commerce ke e-commerce, memantau aneka akun online shop di Instagram, saya pun menemukan banyak referensi dan alternatif perlengkapan memerah ASI yang harganya terjangkau.
Untuk pompa, saya membeli alat yang elektrik dengan harga murah, botol penyimpan ASI rekondisi alias bekas tapi telah disterilisasi, tas pendingin baru beserta ice gel, dan alat steril baru yang muat untuk sekira 6-8 botol. Botol-botol susu, ada yang hasil membeli, dan ada yang dari kado saat lahiran.
Untuk penghangat, saya dapat pemberian dari atasan dan sahabat saya. Keduanya sama-sama barang preloved, alias bekas.
Sialnya, pompa elektrik yang saya beli dengan harga yang berdasar pencarian saya itu paling murah (sekitar Rp300.000), tidaklah berfungsi baik. Seorang teman yang sudah berhenti memerah ASI-nya memberikan alat pompa manual bekasnya.
Kebiasaan tidak selalu membeli barang baru ini terus saya terapkan hingga sekarang. Bram menggunakan stroller yang juga preloved. Kereta dorong yang dia pakai sejak bayi sampai sekarang sudah 16 kilogram beratnya itu, dibeli dalam kondisi 95 persen lantaran pemilik pertamanya jarang menggunakan stroller.
Saya merasa cukup beruntung bisa mendapatkan stroller bayi dengan kondisi baik tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.
Meskipun kadang saya dan Baba, pangilan Bram untuk ayahnya, membelikannya mainan baru, Bram punya banyak sekali mainan lungsuran. Teman Baba mengirimkan berdus-dus mainan bekas anaknya yang kini sudah SD. Kami memilah dan mencucinya sebelum sekarang memenuhi berbagai sudut rumah kami.
Bram kini sedang asyik belajar mengendarai sepeda roda empat yang juga hasil lungsuran.
Suka Duka Pakai Barang Preloved untuk Anak
Sama halnya dengan menggunakan barang baru, menggunakan barang preloved juga ada suka dukanya. Sukanya tentu saja karena harga yang dibayarkan tidak sebanyak ketika membeli barang baru.
Barang preloved sangat menekan pengeluaran, sehingga kami bisa menyimpan sisa anggarannya untuk keperluan lain.
Dukanya, namanya barang bekas, kualitasnya tentu tidak seperti barang baru. Salah satu yang paling saya ingat adalah sepatu boots kusam dengan motif yang sudah luntur hampir tidak terlihat. Tapi, karena kondisi sepatunya yang masih bisa dipakai, warna kusam dan motif yang sudah luntur seharusnya tidak jadi persoalan meskipun memang jadinya terlihat kurang bagus.
Selain itu, Bram juga terkadang mendapat barang preloved anak perempuan. Secara model dan warna tentu tidak cocok digunakan oleh anak laki-laki seperti Bram. Apalagi barang tersebut adalah pakaian.
Untungnya, karena anak seumuran Bram lekas sekali tumbuh besar, barang-barang seperti itu tidak perlu dipakai lama oleh Bram. Lagi pula, pakaian-pakaian tersebut hanya saya pakaikan saat berada di rumah, untuk bermain atau tidur.
Agar mendapatkan barang preloved yang sesuai dengan kebutuhan, Moms mungkin harus lebih jeli dalam memilih dan memadupadankannya.
Baca Juga: Punya Anak dengan Seabrek Aktivitas? Kenapa Tidak!
Mengajarkan Berbagi sejak Dini
Menggunakan barang preloved tidak hanya bisa menghemat pengeluaran. Lebih dari itu, saya jadi bisa mengajarkan Bram tentang hikmah dari berbagi.
Kita bisa merasakan manfaatnya hingga Bram seusia ini, dan memberikan manfaat juga untuk orang lain dengan melungsurkan lagi barang preloved kami ke yang membutuhkan.
Nah, buat para Moms yang masih kebingungan dengan banyaknya barang kebutuhan Si Kecil, tidak ada salahnya kok untuk mempertimbangkan barang-barang preloved. Si Kecil pakai barang preloved? Enggak masalah!
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.