31 Juli 2019

Perjuangan Menyusui Bayi BBLR, Dimulai dengan Dot hingga Akhirnya Bisa Direct Breastfeeding

Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, butuh banyak perjuangan hingga bisa menyusui langsung
Perjuangan Menyusui Bayi BBLR, Dimulai dengan Dot hingga Akhirnya Bisa Direct Breastfeeding

Halo! Nama saya Serenata, 26 tahun. Saya merupakan ibu dari seorang putri bernama Sky Almarina, 1 tahun yang kala itu lahir BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), yakni 2.190 kg.

Saat usia anak sudah satu tahun, biasanya saya masih mendapat pertanyaan seperti, “Minumnya apa? ASI?” atau “Masih ASI sampai sekarang?” dan dengan bangga saya bisa menjawab, “Iya, dong! Masih ASI sejak lahir sampai sekarang dan rencana sampai 2 tahun!”

Tapi, kebanggaan saya sekarang ini bukan tanpa perjuangan, Moms. Di awal-awal usai melahirkan, Sky dengan bibir sangat mungilnya belum bisa menyusu langsung.

Saya pun sebagai ibu baru yang masih dengan sedikit pengetahuan dan pengalaman merasa sedih, kecewa, marah, semua bercampur jadi satu.

Kala itu, saya kerap membatin, kalau ibu lain bisa menyusu langsung bayi mereka, kenapa saya tidak?

Baca Juga: Jurus Ampuh Bertahan Hidup sebagai Ibu Bekerja dengan 2 Batita tanpa ART

Pompa Elektrik adalah Teman Terbaik Saya

Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 4-resize.jpg
Foto: Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 4-resize.jpg (Orami/Serenata)

Karena Sky dilahirkan dengan berat di bawah rata-rata, saya semakin yakin kalau ASI merupakan satu-satunya jalan yang bisa menjadi dia bertumbuh dengan optimal.

Saya bisa saja memberikan susu formula, tetapi susu buatan Tuhan niscaya lebih ampuh dibanding buatan manusia, bukan? Untuk itulah, saya bersikeras mau memberikan ASI buat Sky, bagaimanapun caranya.

Namun, permasalahan muncul ketika saya tidak bisa membuat Sky menyusu langsung karena ada beberapa penyebab. Seperti bibir Sky yang masih terlalu kecil dan ASI saya yang terlalu deras hingga menyembur, juga puting yang datar sehingga sulit bagi anak untuk latching, serta ketidaktahuan tentang proses latching yang sempurna.

Karena saat itu belum bisa menyusui Si Kecil langsung, maka pompa elektrik yang menjadi andalan saya. Sejak melahirkan, pompa elektrik sudah jadi barang esensial yang harus selalu siap.

Bersyukur, karena H+1 lahiran, ASI saya sudah keluar cukup banyak sehingga bisa langsung dipompa untuk diberikan ke Sky.

Awalnya, saya mencoba untuk menggunakan cup feeder, karena menurut info dari berbagai sumber yang saya baca, menggunakan dot botol malah membuat anak bingung akan puting.

Tapi, kedua kalinya sayang menggunakan cup feeder, Sky kecil malah tersedak sampai biru. Alhasil, saya kapok menggunakan cup feeder dan beralih ke dot.

Saya sempat berpikir, tidak apa-apa deh jika saat ini pakai dot, daripada harus melihat anak tersedak lagi.

Jadi, setiap 2 jam sekali saya harus memompa ASI. Kondisi ini memang cukup melelahkan. Karena, bukan hanya pompanya yang harus selalu dicuci dan steril, tetapi juga botol susu Sky.

Terutama ketika mau jalan-jalan, bahkan sekadar ke mal yang berlokasi dekat rumah. Bawaannya menjadi banyak sekali! Mulai dari membawa pompa ASI, botol susu, kantong ASI, air panas, wadah untuk merendam katong ASI, juga apron menyusui.

Belum lagi kalau Sky sudah menangis minta susu, kantong isi ASI-nya masih harus direndam air panas untuk menghangatkan ASI dingin yang memang disimpan kulkas.

Alhasil, Sky harus menangis dulu beberapa saat demi menunggu ASI hangat. Tapi, demi memberikan anak saya ASI, semua hal tersebut saya lakukan dengan niat dan ikhlas.

Perjuangan dengan Pompa ASI

Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 5-resize.jpg
Foto: Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 5-resize.jpg (Orami/Serenata)

Karena harus memompa ASI setiap 2 jam sekali, serta harus mencuci dan mensterilkan alatnya, saya merasa kelelahan. Dampaknya saya jadi tidak maksimal untuk mengerjakan hal lain karena selalu fokus untuk memompa ASI.

Untungnya, saya bisa bekerja dari rumah, jadi untuk pekerjaan pun saya bisa mengatur waktu sendiri. Saya tidak bisa membayangkan perjuangan para Moms yang harus memompa ASI dari kantor. Sungguh hebat!

Tidak lama, kendala lain muncul. Produksi ASI saya kian hari kian menurun. Konon, katanya ASI kalau tidak diisap langsung oleh bayi memang akan menurun produksinya, kecuali Moms tetap rajin memompa sesuai waktu.

Jadilah saya merasa khawatir dan cemas karena semakin lama produksi ASI tidak sebanyak di awal melahirkan, terlepas saya sudah memompa ASI 2 jam sekali.

"Wah, enggak bisa begini, nih. Saya harus bisa membuat Sky menyusu langsung!" pikir saya.

Pemikiran ini juga muncul karena beragam alasan, Moms. Pertama, agar saya tidak perlu memompa lagi, karena memang benar-benar menguras tenaga dan waktu.

Kedua, agar tubuh saya bisa memproduksi ASI sesuai kebutuhan Sky. Dan ketiga, agar saya tidak repot bila mau bepergian, hingga ke tempat yang jauh sekali pun.

Baca Juga: Minat Beli Rumah Subsidi? Pelajari Kelebihan dan Kekurangannya!

Bertemu Konsultan Laktasi

Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 3.jpg
Foto: Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 3.jpg

Akhirnya, setelah 1,5 bulan lelah dengan rutinitias memompa ASI, saya mengajak ayah Sky untuk bertemu dengan konsultan laktasi.

Di sini, saya bertemu dengan Ibu Tuti, konsultan laktasi yang membuat saya bisa sukses menyusui Sky sampai sekarang.

Saat berkonsultasi, beliau memberi pesan bahwa saat ini tidak masalah jika Sky menyusu dengan menggunakan dot.

Tetapi dengan syarat, mulai sekarang setiap kali mau menyusu Sky, ia harus diberikan payudara terlebih dulu. Kalau Si Kecil sudah mengamuk, baru berikan ASI lewat botol. Cara ini bertujuan agar Sky bisa mengenal payudara itu sendiri.

Saya pun diajari proses latching yang sempurna agar tidak luka, yakni mulut Sky harus menyedot keseluruhan areola (area sekitar puting yang berwarna gelap), bukan hanya menyedot ujung puting saja.

Menurut Ibu Tuti, dengan pengenalan payudara ini, lama-lama Sky akan tahu perbedaan antara payudara ibunya dan dot botol. Asalkan telaten dilakukan, pasti Sky akan beralih menyusu di payudara langsung, karena memang lebih nyaman.

Usai pulang konsultasi, saya memiliki harapan dan semangat penuh. Semua wejangan Ibu Tuti saya lakukan. Satu pesan yang akan selalu saya ingat dari beliau, “Enggak masalah kalau puting kamu datar, karena pada dasarnya semua ibu bisa menyusui apapun bentuk putingnya.”

Wah, jadi makin percaya diri, nih!

Berhasil Menyusui Langsung

Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 2-resize.jpg
Foto: Perjuangan Menyusui, Mulai dari Pompa hingga Bisa Direct BF 2-resize.jpg (Orami/Serenata)

Sekitar 2 minggu lebih saya melakukan apa yang dikatakan Ibu Tuti, yaitu selalu memberikan payudara dahulu sebelum botol. Hasilnya, membuat saya bersyukur karena kala itu sudah pergi ke konsultan laktasi.

Keberhasilan ini pun butuh proses. Awalnya, Sky mau menyusu langsung hanya sekitar 10 menit saja, sesudah itu ia mengamuk dan harus diberi botol.

Tapi tiga hari kemudian, durasi menyusu langsungnya menjadi lebih lama, sampai pada akhirnya benar-benar tidak menggunakan botol lagi. Sungguh, pada saat itu saya sangat berterima kasih pada Ibu Tuti.

Perjuangan memberikan ASI langsung kepada Sky terbayar dengan melihat kenaikan berat badan tiap bulan yang cukup signifikan, Moms.

Meskipun ketika lahir beratnya hanya 2.190 kg, tetapi kenaikan berat badan setiap bulannya cukup banyak, sehingga saat bulan ketiga dan seterusnya, berat badan Sky sudah masuk dalam tahap aman.

Baca Juga: Serunya Menjalani Kehamilan Pertama Jauh dari Suami sambil Berjuang Mendapatkan Beasiswa

Menuju ASI 2 Tahun

Saya bersyukur karena menjadi ibu yang tidak patah semangat kala itu. Akhirnya, saya jadi bisa menyusui Sky sampai saat ini dan mudah-mudahan bisa sampai ia berusia 2 tahun nanti.

Perjuangan menyusui memang tidak mudah, tapi demi kesehatan anak, apapun pasti akan dilakukan oleh seorang ibu.

Selain lebih sehat, pemberian ASI langsung pada anak juga membuat para Moms jadi tidak ribet. Kenapa? Ya iyalah, mau jalan kemana dan sejauh apapun, ayo! Selamat tinggal peralatan pompa dan botol!

Tak hanya niat, dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh dalam pemberian ASI langsung, Moms. Suami pun harus benar-benar mendukung 100 persen dan tidak membuat istri stres.

Soalnya, kalau ibu merasa stres sedikit saja, pasti akan memengaruhi produksi ASI. Asupan makanan juga penting dijaga ya, Moms. Meskipun bawaannya selalu lapar, tapi usahakan tetap makan makanan yang bergizi dan sehat.

Mungkin saat ini perjuangannya terasa sangat melelahkan, tapi kebahagiaannya akan terbayarkan nanti, kok. Semangat menyusui ya, Moms!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb