
Scroll untuk melanjutkan membaca
Anoreksia dan bulimia adalah gangguan makan yang tidak bisa dianggap sepele. Meski memiliki beberapa gejala yang sama, seperti citra tubuh yang terdistorsi.
Baik anoreksia nervosa maupun bulimia ditandai oleh dorongan yang terlalu tinggi untuk menjadi kurus dan gangguan dalam perilaku makan. Namun, kedua gangguan makan ini ternyata berbeda.
Ciri perilaku gangguan makan antara bulimia dan anoreksia ternyata tidak sama.
Psikolog Timothy J. Legg dari Binghamton, New York, Amerika Serikat (AS) menjelaskan, orang yang menderita anoreksia sangat mengurangi asupan makanan untuk menurunkan berat badan.
Sementara penderita bulimia memilih makan dalam jumlah yang berlebihan dalam waktu singkat, kemudian berupaya menyingkirkan makanan yang baru dimakan untuk mencegah bertambahnya berat badan. Banyak dari penderita bulimia, memuntahkan kembali makanannya dengan sengaja.
Gangguan makan tidak secara spesifik terjadi pada jenis kelamin dan usia tertentu. Namun, tidak bisa dipungkiri jika gangguan makan ini banyak melanda kaum perempuan.
Berdasarkan data dari Asosiasi Nasional Anoreksia Nervosa dan Gangguan Terkait (ANAD), sekitar 1 persen dari semua perempuan Amerika berpotensi menderita anoreksia, dan 1,5 persen lainnya bisa mengalami bulimia.
"Secara keseluruhan, ANAD memperkirakan bahwa setidaknya 30 juta orang Amerika hidup dengan kelainan makan seperti anoreksia atau bulimia," papar Dr. Legg seperti dikutip dari healthline.com.
Gangguan makan biasanya ditandai dengan keasyikan yang intens dengan makanan. Namun, di sisi lain banyak orang yang memiliki kelainan makan ini mengaku tidak puas dengan bentuk tubuh mereka.
Lantas apa saja tanda dan gejala bulimia dan anoreksi? yuk simak ulasannya di bawah ini.
Baca Juga: Hati-Hati Anoreksia Saat Hamil
Anoreksia seringkali berasal dari citra tubuh yang terdistorsi, yang mungkin diakibatkan oleh trauma emosional, depresi, atau kecemasan.
Beberapa orang dengan anoreksia, mungkin melihat diet ekstrem atau penurunan berat badan sebagai cara untuk mendapatkan kembali kendali dalam hidup mereka.
Ada banyak gejala emosi, perilaku, dan fisik berbeda yang dapat menandakan anoreksia.
Gejala-gejala fisik yang parah bahkan bisa mengancam jiwa, di antaranya:
Seseorang dengan anoreksia dapat menunjukkan perubahan perilaku tertentu sebelum gejala fisik terlihat. Antara lain:
Gejala emosional anoreksia juga dapat meningkat saat gangguan berlanjut. Seperti, harga diri dan citra tubuh yang buruk, jadi lekas marah, agitasi, atau perubahan suasana hati lainnya.
Kemudian, penderita juga mudah depresi dan gelisah, serta cenderung mengisolasi diri.
Baca Juga: 3 Alasan Bulimia dan Anoreksia Dapat Memengaruhi Kesuburan
Seseorang dengan bulimia dapat menyebabkan hubungan yang tidak sehat dengan makanan dari waktu ke waktu. Mereka mungkin menikmati pesta makan, tapi kemudian panik dengan kalori yang sudah dikonsumsinya.
Ini dapat menyebabkan perilaku ekstrem demi mencegah penambahan berat badan.
Ada dua jenis bulimia. Upaya untuk membersihkan (purging) digunakan untuk membedakan keduanya.
Seseorang dengan tipe ini akan secara teratur sengaja memuntahkan kembali makanannya setelah pesta makan. Mereka juga dapat menyalahgunakan diuretik, pencahar, atau enema.
Alih-alih membersihkan atau menyingkirkan makanan dalam tubuhnya secara paksa, seperti muntah, seseorang dengan tipe ini lebih memilih berpuasa atau melakukan olahraga ekstrim untuk mencegah penambahan berat badan setelah pesta makan.
Banyak penderita bulimia yang mengalami kecemasan karena perilaku makan mereka di luar kendali.
Seperti halnya anoreksia, ada banyak gejala emosi, perilaku, dan fisik yang berbeda, dapat memberi sinyal bulimia. Bulimia pun bisa menimbulkan gejala fisik yang parah hingga bisa menyebabkan kematian. Di antaranya:
Seseorang dengan bulimia juga mungkin menunjukkan perubahan perilaku tertentu sebelum gejala fisik terlihat. Ini termasuk:
Gejala emosional dapat meningkat saat gangguan berlanjut. Gejala-gejalanya sangat mirip dengan anoreksia.
Sebenarnya apa yang menyebabkan gangguan makan seperti ini? Dr Legg mengungkapkan, tidak jelas apa yang menyebabkan anoreksia atau bulimia berkembang.
Banyak ahli medis meyakini jika keduanya kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis, dan lingkungan yang kompleks. Berikut ini faktor-faktor yag bisa menjadi penyebab gangguan makan tersebut.
Baca Juga: Pahami dan Waspadai Risiko Bulimia Selama Kehamilan Berikut Ini
Menurut sebuah studi pada tahun 2011, kita lebih berpotensi mengalami gangguan makan jika memiliki anggota keluarga yang juga mengalaminya. Kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kecenderungan genetik pada sifat-sifat yang terkait dengan gangguan makan, seperti perfeksionisme.
"Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah memang ada kaitan genetik," kata Dr. Legg.
Orang-orang yang mengalami trauma atau memiliki kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi, lebih mungkin untuk mengalami gangguan makan.
Perasaan stres dan rendah diri juga dapat berkontribusi pada perilaku ini.
Bentuk tubuh yang menjadi standar kesempurnaan adalah tubuh yang langsing atau bahkan kurus. Para penderita Bulimia maupun anoreksia cenderung terobsesi dengan bentuk tubuh ini.
Ditambah dengan tekanan dari media sosial serta lingkungan sekitarnya.
Dr. Legg mengungkapkan, tidak ada obat yang instan untuk gangguan makan ini. Tetapi ada sejumlah perawatan yang tersedia untuk mengobati anoreksia dan bulimia.
Dokter biasanya akan merekomendasikan kombinasi terapi bicara, obat resep, dan rehabilitasi untuk mengobati kedua kondisi tersebut.
(SERA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.