07 Mei 2024

Amir Hamzah, Pahlawan Indonesia yang Juga Seorang Sastrawan

Terkenal dengan puisi berjudul "Buah Rindu" dan "Njanji Seonji"
Amir Hamzah, Pahlawan Indonesia yang Juga Seorang Sastrawan

Foto: Goodreads.com dan Commons.wikimedia.org

Amir Hamzah merupakan salah satu penyair terbesar Indonesia yang meninggalkan warisan sastra tak terlupakan dalam sejarah kesusastraan Indonesia.

Sebagai seorang sastrawan, penyair, dan pejabat pemerintahan daerah, Amir Hamzah mengukir namanya dalam sejarah dengan karya-karyanya yang kaya akan simbolisme dan tema-tema yang mendalam, terutama tentang cinta dan agama.

Dalam perjalanan hidupnya, Amir tidak hanya menciptakan puisi-puisi yang indah, tetapi juga memperjuangkan kebebasan berpikir dan berekspresi.

Lebih lanjut, mari cari tahu kehidupan, karya, dan warisan yang ditinggalkan oleh Amir Hamzah di dunia sastra Indonesia.

Baca Juga: 5 Masjid di Jakarta Timur, Salah Satunya Masjid At Tin

Biodata Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah
Foto: Biodata Amir Hamzah (Commons.wikimedia.org)

Sebelum mencari tahu lebih lanjut tentang sosok sang sastrawan, mari simak dahulu biodata singkatnya berikut ini.

  • Nama Lengkap: Tengku Amir Hamzah
  • Tanggal Lahir: 28 Februari 1911
  • Tempat Lahir: Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Timur, Hindia Belanda
  • Tanggal Wafat: 20 Maret 1946 (umur 35)
  • Tempat Wafat: Kwala Begumit, Binjai, Langkat, Indonesia
  • Pekerjaan: Sastrawan, Penyair, Pejabat Pemerintahan Daerah
  • Bahasa: Indonesia, Melayu
  • Kebangsaan: Indonesia
  • Genre Sastra: Simbolisme
  • Tema Utama: Cinta, Agama
  • Karya Terkenal: "Buah Rindu" (1937) dan "Njanji Soenji" (1941)
  • Pasangan: Tengku Poeteri Kamiliah
  • Anak: Tengku Tahoera
  • Makam: Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Timur, Indonesia

Baca Juga: 11 Kandungan Gizi Susu UHT, Banyak Nutrisi Penting untuk Anak!

Perjalanan Hidup Amir Hamzah

Amir Hamzah
Foto: Amir Hamzah (Dkpus.langkatkab.go.id)

Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911, di Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Timur, di bawah pemerintahan Hindia Belanda.

Dikutip dari laman Badan Bahasa Kemdikbud, ia tumbuh dalam keluarga bangsawan dan dibesarkan di lingkungan keraton Langkat yang taat pada agama Islam.

Pamannya, Machmud, adalah Sultan Langkat yang tinggal di ibu kota Tanjung Pura, yang memerintah dari tahun 1927 hingga 1941.

Ayahnya, Tengku Muhammad Adil (yang juga saudara dari Sultan Machmud), menjadi wakil sultan di Luhak Langkat Bengkulu dan tinggal di Binjai, Sumatra Timur.

Awalnya, Amir belajar di Langkatsche School di Tanjung Pura pada tahun 1916.

Kemudian, pada tahun 1924, dia masuk sekolah MULO (sekolah menengah pertama) di Medan.

Setahun kemudian, dia pindah ke Jakarta dan menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1927.

Amir kemudian melanjutkan sekolah di AMS (sekolah menengah atas) Solo, Jawa Tengah, jurusan Sastra Timur, dan lulus.

Setelah itu, dia kembali ke Jakarta dan masuk sekolah hakim tinggi hingga meraih gelar sarjana muda hukum.

Pada tanggal 29 Oktober 1945, Amir diangkat menjadi Wakil Pemerintah Republik Indonesia untuk Langkat yang tinggal di Binjai.

Saat itu, Amir juga menjadi Pangeran Langkat Hulu di Binjai.

Ketika Sekutu datang dan mencoba mendapatkan dukungan dari para sultan, kesadaran rakyat tentang revolusi semakin meningkat.

Mereka mendesak Sultan Langkat untuk segera mengakui Republik Indonesia.

Kemudian, Revolusi Sosial pecah pada tanggal 3 Maret 1946.

Salah satu sasarannya adalah keluarga bangsawan yang dianggap tidak memihak kepada rakyat, termasuk Amir Hamzah.

Pada dini hari tanggal 20 Maret 1946, mereka dihukum pancung.

Namun, kemudian terbukti bahwa Amir Hamzah hanyalah korban yang tidak bersalah dari revolusi sosial tersebut.

Pada tahun 1975, Pemerintah Republik Indonesia memberinya gelar Pahlawan Nasional.

Sejak masa kecil, Amir telah terpapar pada sastra lisan, seperti pantun dan syair, yang memengaruhi perkembangan bakat sastranya.

Selama pendidikan formalnya, Amir membaca karya sastra dari berbagai budaya, termasuk Arab, Persia, dan Hindu.

Ia juga terpengaruh oleh karya-karya sastra dari berbagai negara Timur lainnya, seperti Tiongkok, Jepang, dan India.

Meskipun ia membaca terjemahan dalam bahasa Belanda, pengaruh dari karya-karya tersebut tercermin dalam tulisan-tulisannya.

Hal ini menunjukkan kedalaman pemikiran dan kekayaan inspirasi yang dimiliki oleh Amir dalam menciptakan karya sastra yang berharga.

Melansir laman Ensiklopedia Kemdikbud, Amir Hamzah telah menciptakan beragam karya sastra yang...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb