21 Januari 2024

8 Ragam Pakaian Adat Sulawesi Utara, Unik dan Mewah!

Setiap etnis memiliki busana adat yang khas
8 Ragam Pakaian Adat Sulawesi Utara, Unik dan Mewah!

Foto: adatindonesia.org

Potongan baju tanpa kerah dan kancing. Ketika dipakai, dipadukan dengan kain sarong batik warna gelap dan topi mahkota yang disebut kronci.

Selain itu, dilengkapi juga dengan selempang warna kuning atau merah, selop, kalung leher dan sanggul.

Umumnya hiasan yang dipakai adalah motif bunga terompet.

Busana tonaas dan walian wangko umumnya dipakai untuk acara-acara resmi oleh hampir semua kalangan.

4. Laku Tepu

Pakaian Adat Sulawesi Utara
Foto: Pakaian Adat Sulawesi Utara (Teropongsulut.com)

Laku tepu adalah pakaian adat Sulawesi Utara khas suku Sangihe. Pakaian ini dikenakan oleh laki-laki dan perempuan.

Ciri khas busana ini adalah bentuknya terusan panjang.

Baju pria mencapai lutut dan telapak kaki, dan dilengkapi dengan ikat kepala disebut paporong.

Sedangkan baju wanita panjangnya mencapai betis.

Bagian bawahnya menggunakan kain sarung yang disebut balri.

Umumnya, baju laku tepu berwarna terang dan mencolok seperti merah, ungu, kuning tua, dan hijau tua.

Warna-warna berbeda pada baju laku tepu menunjukkan identitas pemakainya.

Warna laku tepu yang dikenakan seorang pemimpin dalam lingkup pemerintahan berbeda dengan pegawai biasa.

Pemimpin atau bangsawan mengenakan laku tepu biru, merah dan kuning.

Warna kuning atau putih pegawai tinggi oleh mereka dengan posisi tinggi.

Warna biru sebagai simbol pegawai menengah.

Sementara biru atau ungu sebagai simbol pegawai rendah.

Baca Juga: 7 Jenis Essential Oil untuk Ibu Hamil, Aman dan Menenangkan

5. Baju Pengantin Bolaang Mongondow

Pakaian Adat Sulawesi Utara
Foto: Pakaian Adat Sulawesi Utara (Instagram.com/cubimatafoto)

Bolaang Mongondow adalah salah satu etnis di Sulawesi Utara yang memiliki pakaian adat pengantin yang unik dan berkelas.

Baju atasan untuk pengantin pria berupa baju kurung dari kain satin antalas yang mengkilap wama kekuning-kuningan.

Bagian muka baju terbelah sampai ke bawah memakai kancing berwarna emas.

Celananya dari kain antalas yang dilingkarkan kain sutera warna putih pada pinggang dan disisipkan keris yang bersarung emas.

Di bagian pinggang hingga lutut dililit kain sarung pomerus, yang warnanya kontras dengan celana.

Hiasan kepala berupa mogilenso atau sakapeti, topi yang bentuknya agak tinggi sekitar 28-30 cm.

Sementara untuk pengantin wanita memakai baju salu, dengan leher model huruf V yang agak membulat.

Bentuk lengan panjang dan warna baju mencolok, atau dibuat senada dengan warna pakaian pengantin pria.

Sekitar leher dan dada dililitkan perhiasan hamsei dengan bintik-bintik keemasan, terbuat dari kain beludru dan diberi hiasan mengkilap keemasan.

Selain itu dipermanis dengan perhiasan kalung dari untaian emas, cincin, giwang dan lokis untaian rambut berbentuk bunga pada dahi.

Umumnya keturunan bangsawan yang mengenakan pakaian pengantin ini.

Sementara pakaian pengantin untuk golongan kedua sesudah bangsawan disebut Kohongian, dan baju Simpal untuk golongan pendamping pemerintah dalam kerajaan.

Model baju dan aksesoris untuk baju Kohongian dan simpal lebih sederhana.

6. Kohongian

Pakaian Adat Kohongian
Foto: Pakaian Adat Kohongian (Pinhome.id)

Nah, seperti yang sudah disinggung sedikit di atas, golongan kedua sesudah bangsawan akan mengenakan pakaian Kohongian.

Baju ini tentu lebih sederhana dari kaum bangsawan.

Meski demikian, Kohongian juga tidak bisa dipakai semabarangan orang, Moms.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb