
Pada dasarnya, diare adalah kotoran bertekstur encer atau berair.
Menurut US Library of Medicine, biasanya orang yang diare akan sering buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari.
Kondisi ini biasanya berlangsung hanya satu atau dua hari yang disebut diare akut.
Sedangkan, diare yang berlangsung lebih lama dari beberapa hari bisa menandakan masalah serius yang disebut diare kronis.
Menurut Rudolph Bedford, MD, seorang ahli gastroenterologi di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California, diare terjadi ketika sistem pencernaan gagal mengeluarkan cukup air dari tinja saat bergerak.
Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi ketika tinja bergerak terlalu cepat melalui saluran pencernaan atau tinja terdilusi oleh kelebihan air yang dikeluarkan oleh usus.
Baca Juga: Kenali 5 Tanda Peradangan Usus Besar, dari Diare Sampai Kelelahan
Foto: diare kehamilan - pixabay (1).jpg (pixabay.com)
Foto: pixabay.com
Diare sangat umum terjadi selama kehamilan. Tetapi dilansir oleh National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, bukan berarti setiap diare berhubungan langsung dengan kehamilan Moms.
Perubahan hormon selama kehamilan bisa menyebabkan diare. Namun, diare selama kehamilan juga bisa disebabkan oleh infeksi usus atau gangguan usus.
Dokter menganggap diare sebagai tiga atau lebih gerakan usus yang encer dan berair dalam sehari. Diare yang persisten dapat menyebabkan dehidrasi dan kekurangan gizi.
Selama kehamilan, diare bisa membahayakan wanita dan janin sehingga perlu mencari bantuan medis segera. Kondisi ini termasuk normal pada wanita hamil.
Karena, semua orang bisa mengalami diare, termasuk wanita hamil. Menurut American College of Gastroenterology (ACG), tidak ada penelitian terbaru tentang prevalensi diare pada wanita hamil.
Selama kehamilan, diare dapat timbul dari perubahan hormon atau fisik. Namun, itu juga bisa tidak berhubungan dengan kehamilan dan hasil dari infeksi atau gangguan usus yang mendasarinya.
Salah satu perubahan hormon yang menyebabkan diare saat hamil adalah kenaikan kadar prostaglandin.
Prostaglandin, seperti oksitosin untuk membantu merangsang kontraksi di dalam rahim tetapi juga bisa meningkatkan gerakan di sepanjang saluran pencernaan.
Jika buang air besar terlalu cepat melalui usus, dapat menyebabkan diare. Peningkatan kadar prostaglandin juga bisa menyebabkan diare selama siklus menstruasi.
Prostaglandin sintetis seperti obat yang disebut misoprostol (cytotec), yang bisa menyebabkan diare sebagai efek samping.
Karena, misoprostol dapat menyebabkan tinja menyerap lebih banyak air dan elektrolit dari lambung, berkontribusi terhadap diare.
Baca Juga: Ibu Menyusui Minum Antibiotik Dapat Menyebabkan Bayi Diare?
Foto: diare kehamilan - pixabay (2).jpg (Pixabay.com)
Foto: pixabay.com
Moms mungkin akan lebih sering mengalami diare menjelang hari persalinan atau trimester ketiga.
Namun, dilansir oleh healthline.com, diare tidak selalu berarti Moms akan melahirkan dalam beberapa hari. Jadi, jangan khawatir dengan meningkatnya frekuensi diare ketika trimester ketiga kehamilan.
Bahkan beberapa wanita juga bisa tidak mengalami diare pada trimester ketiga, meskipun yang lain akan mengalami diare. Karena, kondisi setiap ibu hamil akan berbeda.
Baca Juga: Diare Selama Kehamilan, Apa yang Harus Moms Lakukan?
Foto: diare kehamilan - pixabay (3).jpg (pixabay.com)
Foto: pixabay.com
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan diare selama kehamilan, antara lain:
Nah, itulah penjelasan tentang simpang siur apakah diare bisa menjadi pertanda kehamilan, ya, Moms. Jadi, jangan sampai bingung lagi.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.