10 Jenis Pakaian Tradisional Jepang, Tak Hanya Kimono Lho!
Ada berbagai macam pakaian tradisional Jepang, namun yang paling populer adalah kimono dan yukata.
Sering dianggap sama, kedua pakaian tradisional Jepang ini berbeda, lho.
Diketahui, kimono berusia lebih tua, sangat tradisional dan dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti sutra atau brokat.
Kimono umumnya dikenakan sepanjang tahun, dan memiliki motif berbeda sesuai dengan musim.
Sementara yukata lebih kasual dan dibuat dari bahan seperti katun yang harganya relatif lebih murah.
Yukata pun lebih sering dikenakan pada musim panas atau sebagai jubah mandi di pemandian air panas.
Selain kedua pakaian tradisional Jepang tersebut, ternyata ada beberapa jenis pakaian tradisional Jepang lainnya.
Yuk, cari tahu lebih lanjut dalam artikel ini!
Baca Juga: 4 Perbedaan Onigiri dan Sushi, dari Bentuk hingga Isian
Jenis Pakaian Tradisional Jepang
Ini dia informasi seputar pakaian tradisional Jepang beserta keunikannya yang perlu Moms dan Dads ketahui. Beri tahu pada Si Kecil juga, ya.
1. Kimono
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang terdiri dari kanji "ki" (着) yang berarti pakai, dan "mono" (物) berarti benda atau barang.
Kimono pertama kali dikenakan oleh kalangan bangsawan sekitar tahun 794-1185 yang dalam sejarah Jepang dikenal dengan periode Heian.
Seiring berjalannya waktu, pakaian ini makin populer di kalangan masyarakat, dan sering dikenakan oleh aktor kabuki saat pentas dan geisha.
Di tahun 1683 sempat terjadi pelarangan pemakaian kimono, khususnya yang mencolok dan mahal.
Namun, pakaian tradisional Jepang ini kembali mengemuka pada abad ke-19, ketika Jepang mulai membuka diri terhadap dunia modern.
Keunikan pakaian kimono salah satunya terlihat dari bentuknya yang seperti huruf T, dengan panjang hingga pergelangan kaki.
Busana kimono wanita berbentuk baju terusan, sementara busana kimono pria berbentuk setelan.
Ketika dikenakan, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Kimono juga terdiri dari beberapa bagian.
Khusus untuk kimono wanita terdiri dari nagajuban atau lapisan paling dalam, date eri berupa kerah tambahan untuk membuat pemakainya terlihat mengenakan dua lapis nagajuban.
Lalu, kimono utama sebagai lapisan terluar dan memiliki motif yang indah.
Obi yaitu sabuk dari kain yang dililitkan pada pinggang.
Ada pula obiage berupa kain berwarna yang dililitkan di bawah obi supaya obi tidak melorot, dan obijimaje yaitu tali kecil yang berfungsi memperkuat ikatan obi.
2. Yukata
Pakaian tradisional Jepang selanjutnya adalah yukata yang dibuat dari bahan katun, tipis, dan tanpa lapisan dalam.
Ini membuatnya sebagai pilihan pakaian yang tepat dikenakan pada musim panas dan pesta kembang api.
Awalnya, yukana dibuat untuk dikenakan di rumah. Itulah mengapa rancangannya lebih sederhana.
Dulunya, pakaian tradisional Jepang ini hanya terdiri dari warna putih dan biru tua.
Namun karena pengaruh fashion Barat, yukata berbagai macam warna seperti hitam, hijau tua, krem, oranye dan merah muda menjadi populer.
Corak atau motif yukata pun lebih beraneka ragam dibanding kimono, seperti motif bunga, polkadot, buah-buahan dan beragam motif lainnya.
Aksesoris pada kimono dan yukata hampir serupa.
Selain memakai obi atau sabuk di pinggang, kimono dan yukata juga dikenakan dengan alas kaki yang bernama geta atau zori, dan kaus kaki atau tabi.
Sementara gadis muda yang memakai yukata juga mengenakan aksesoris berupa jepit rambut, kipas, serta tas dan dompet, yang terbuat dari kain bermotif atau berwarna sama dengan yukata.
Baca Juga: 15 Manfaat Permainan Tradisional untuk Anak, Wajib Tahu!
3. Furisode
Furisode adalah pakaian tradisional Jepang berupa kimono formal untuk wanita yang belum menikah.
Salah satu fitur yang paling mencolok dari furisode adalah lengan panjangnya yang mencapai hingga pergelangan tangan atau bahkan hingga lantai.
Lengan-lengan ini menunjukkan status wanita yang memakainya sebagai wanita muda yang belum menikah atau baru saja masuk ke dalam dunia dewasa.
Biasanya dipakai dalam acara-acara khusus termasuk upacara kedewasaan, upacara minum teh, dan menghadiri acara pernikahan.
Furisode terbuat dari sutra dan memiliki desain yang sangat cerah dan berwarna-warni.
Pola furisode juga dapat bervariasi dari bunga-bunga hingga motif alam, serta desain tradisional seperti tsuru (bangau) atau sakura (bunga cherry blossom).
4. Jinbei
Jinbei adalah jenis pakaian tradisional Jepang yang kebanyakan dikenakan pria dan wanita di musim panas.
Pakaian tradisional Jepang ini dibuat menggunakan kain yang nyaman, sehingga dapat membuat tubuh tetap sejuk meski suhu udara di luar meningkat.
Jinbei seringkali dibuat dalam warna dan pola cerah untuk mewakili suasana musim panas. Bagian lengannya bisa panjang atau pun pendek.
Atasan jinbei biasanya memiliki kancing atau tali pengikat di depan, dan celana pendeknya memiliki karet di pinggang untuk kenyamanan.
Meskipun jinbei lebih santai daripada kimono atau pakaian tradisional Jepang lainnya, pakaian ini masih memegang unsur-unsur desain dan gaya tradisional.
Ini adalah pilihan yang populer bagi mereka yang mencari pakaian yang nyaman namun tetap ingin menunjukkan sentuhan budaya Jepang.
Baca Juga: 11 Rekomendasi Makanan Kaleng Khas Indonesia, Praktis!
5. Haori dan Hakama
Ketika dipakai bersama, haori dan hakama adalah pakaian formal untuk pria yang biasanya dikenakan oleh pengantin pria saat pernikahan, upacara kedewasaan, atau acara besar lainnya.
Haori adalah mantel yang dikenakan di atas kimono sebagai outer.
Di masa lalu, haori dikenakan oleh pria dalam pertempuran untuk melindungi mereka dari hawa dingin.
Namun, di Jepang modern saat ini, haori juga digunakan sebagai seragam kerja bagi mereka yang bekerja di teater klasik Jepang, atau sebagai mantel untuk dikenakan di atas yukata di ryokan.
Tidak hanya pria, para wanita juga dapat mengenakan haori saat mereka mengenakan kimono.
Sementara itu, hakama adalah celana seperti rok yang dikenakan bersama dengan kimono.
Hakama Jepang awalnya hanya dikenakan oleh pria seperti samurai dan orang-orang yang berpartisipasi dalam ritual Shinto.
Namun saat ini, wanita juga memakainya pada acara-acara tertentu termasuk wisuda universitas.
Hakama juga dipakai oleh orang yang bekerja di kuil, atau saat melakukan kendo (ilmu pedang Jepang), kyudo (panahan Jepang), aikido, dan seni bela diri lainnya.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.