"Papa Kok Main Hape Terus... Main Sama Akunya Kapan Dong?"

Seri: Peran Ayah dalam Membangun Kedekatan dengan Anak
"Papa Kok Main Hape Terus... Main Sama Akunya Kapan Dong?"

Cerita Pengantar

"Pa, kenapa sih gajah itu binatang yang besar sekali?" tanya Mimi sembari melebarkan tangannya untuk menunjukkan besarnya seekor gajah.

Papa Ardo yang sedang sibuk mengetik di handphonenya, hanya menoleh sebentar sembari berkata,

“Oh… Sudah dari sananya diciptakan besar, Nak.”

“Terus binatang apalagi yang besar, Pa?” tanya Mimi.

“....”

Papa Ardo tidak menjawab dan matanya malah semakin lekat dengan layar hapenya dan senyum-senyum sendiri.

“Pa… Ceritain ke Mimi... Binatang apalagi yang besar?” tanya Mimi yang mulai kesal diacuhkan.

“Hummm apalagi, ya? nanti Papa pikirin ya, Mimi main boneka dulu ya di sana,” kilah Papa Ardo menjawab dengan cepat.

“Papa kok main hape terus, main sama akunya kapan dong?” Mimi merengut kesal.


Halo Moms and Dads,

Rasanya situasi yang terjadi antara Papa Ardo dan Mimi menggambarkan kebanyakan keluarga milenial saat ini, dimana hape merupakan sebuah alat teknologi yang tidak bisa lepas dari pekerjaan atau kehidupan sosial kita.

Tetapi, ketika penggunaannya berlebihan, tentunya kurang bijak juga ya, apalagi kalau sampai membuat anak merasa kita lebih suka tenggelam dengan hape, daripada berinteraksi dengan mereka.

Lalu, apakah anak Anda juga pernah protes dengan nada yang serupa seperti Mimi?

Dalam Orami Parenting Eduseries Seri Peran Ayah dalam Membangun Kedekatan dengan Anak, Moms and Dads akan belajar mengenai:

  1. Kenapa Saya Sebagai Dads Harus Terlibat dalam Pengasuhan?
  2. Mengapa Peran Saya Sebagai Dads dalam 5 Tahun Pertama Si Kecil Sangat Penting?
  3. Bagaimana Caranya Saya Hadir dan Membangun Kedekatan dengan Anak Ketika Saya Sibuk Bekerja/Pulang Larut Malam atau Terpaksa Harus Bekerja Berbeda Kota dalam Jangka Waktu yang Lama?
  4. Ide Aktivitas Apa yang Bisa Saya Lakukan Sebagai Dads dengan Anak Saya?


Bagian 1: Kenapa Saya Sebagai Dads Harus Terlibat dalam Pengasuhan Anak?

shutterstock_639624706.jpg
Foto: shutterstock_639624706.jpg

Sebagian besar keluarga di Indonesia masih meletakkan tanggung jawab utama pengasuhan anak pada ibu. Seolah terdapat batasan bahwa tanggung jawab utama ayah adalah untuk mencari nafkah saja.

Moms and Dads, apakah pernah mendengar istilah Fatherless Generation? Fatherless Generation (Generasi Tanpa Ayah) merupakan istilah yang digunakan ketika sosok ayah tidak ada dalam kehidupan seorang anak. Ini tidak bicara karena masalah kematian/perceraian saja, melainkan ketidakhadiran ayah yang lebih luas, terutama ada secara fisik, tapi tidak hadir secara utuh, seperti terlalu sibuk bekerja, tidak berniat mengajak main anak, menaruh seluruh beban pengasuhan di pundak ibu dan tidak hadir memberikan nilai-nilai moral.

Berdasarkan data riset di Amerika Serikat, diketahui dampak dari Generasi Tanpa Ayah ini menjadi penyebab dari:

  • 63% tingkat bunuh diri remaja (US Dept of Health/Census) atau 5x lebih tinggi dari rata-rata
  • 90% anak yang kabur dari rumah atau 32x lebih tinggi dari rata-rata
  • 85% anak yang memiliki masalah perilaku - (Center of Disease) atau 20x lebih tinggi dari rata-rata
  • Penyebab 80% tindakan kriminal dan masalah amarah atau 14x lebih tinggi dari rata-rata
  • 71% anak yang keluar dari sekolah atau 9x lebih tinggi dari rata-rata (Berdasarkan National Principals Association Report)

Sedangkan, menurut Teori Psikoanalisis Carl Gustav Jung, ayah adalah penyeimbang dari sisi kelembutan yang dimiliki oleh seorang ibu. Bagi anak lelaki, ayah adalah panutan dalam ketegasan dan maskulinitas. Sementara, bagi anak perempuan, ayah merupakan lawan jenis pertama yang ia jumpai di dalam rumah di mana ia merasa dikasihi dan spesial. Sehingga, ketika remaja perempuan memasuki masa pubertas, ia tidak mencari rasa aman dan kasih dari luar rumah.

Dr Jennifer St George, peneliti dan pakar perkembangan anak dari University of Newcastle menyatakan sebuah rumus sederhana, jika hubungan ayah dan si kecil semakin renggang, maka si kecil akan semakin bandel. Kebandelan anak bisa terjadi karena anak mencari perhatian dan karena kurangnya pelajaran disiplin yang ia dapatkan.

Nah, Moms and Dads yang baik, ternyata Dads memiliki peranan dan sangat krusial dalam pengasuhan anak. Anda memiliki peran yang sama pentingnya, sehingga pengasuhan anak semestinya menjadi tanggung jawab bersama.

Secara naluri alamiah, Moms and Dads memiliki gaya pengasuhan anak yang berbeda. Kehadiran Dads memiliki peran esensial dalam membantu anak dalam memahami kesepakatan aturan yang menjadi basis kedisiplinan.

Perbedaan pengasuhan antara Moms and Dads:

Tabel Moms and Dads.jpg
Foto: Tabel Moms and Dads.jpg

Catatan Kecil:

Kehadiran Moms and Dads dalam hidup anak merupakan pondasi dari kehidupan anak secara holistik. Perkembangan kognitif, emosional, sosial seorang anak sangat dipengaruhi peran Moms and Dads.

Khusus untuk Dads, tentu lelah ya jika setelah bekerja, harus hadir dan ikut mengasuh si kecil. Namun, jika Dads dapat melihat bahwa partisipasi aktif Anda adalah investasi bagi tumbuh kembang si kecil dan membantu si kecil untuk berhasil menjalankan peran dalam masyarakat kelak, tentu rasa lelah itu tak sebanding dengan buah yang akan dipetik dikemudian hari. Semangat ya, Dads!


Bagian 2: Mengapa Peran Saya sebagai Dads dalam 5 Tahun Pertama Si Kecil Sangat Penting?

shutterstock_1335299771.jpg
Foto: shutterstock_1335299771.jpg

Walaupun peran orangtua, terutama Dads tidak berhenti hanya sampai si kecil lulus balita. Namun, pastinya peran aktif Dads di 5 tahun awal kehidupan anak turut membantu anak dalam menemukan konsep diri, memahami diri dan mengelola emosi dengan baik.

Menurut BMJ Open Journals, Dads yang ikut aktif dalam pengasuhan si kecil sejak awal masa kanak-kanak, memiliki risiko 28% lebih rendah dalam menghadapi masalah perilaku pada anak dimasa depan.

Nah, Moms and Dads perlu tahu nih, apa saja peran penting Dads dalam 5 tahun awal si kecil?

  • Usia 0 Sampai 2 Tahun :
    Membangun Kedekatan Emosi
    (Emotional Bonding) dengan Anak
    Walau biasanya si kecil akan lebih banyak diasuh oleh Moms pada usia ini, namun bukan berarti Dads tidak dapat berperan aktif.

    Emotional bonding antara anak dengan Moms memang sangat kuat, karena sudah terjalin sejak di dalam kandungan, dilanjutkan dengan momen menyusui.

    Sementara, untuk Dads, agar dapat menciptakan ikatan yang kuat, Dads dapat terlibat untuk mengganti baju dan popok anak, memberikan susu/MPASI anak, memandikan atau menemani anak bermain.

  • Usia 2 Tahun - 5 Tahun
    Mendukung Perkembangan Sosial dan Emosi Anak
    Moms and Dads, diusia 3-4 tahun, anak mulai mengenali emosinya dan mencontoh apapun yang ia lihat dari orangtuanya.

    Anak-anak membutuhkan waktu untuk dapat mengenali dan mengendalikan emosi yang dirasakan. Dalam hal ini, Dads bisa hadir dan menjadi contoh dalam memberikan respon terhadap luapan emosi anak.

    Contoh: ketika si kecil tantrum, Dads bisa berkata, “Wah kamu lagi marah ya? Nggak apa-apa marah. Itu wajar ya, Nak. Tetapi, kalau lagi marah jangan melukai diri sendiri, jangan menyakiti orang lain serta tidak boleh merusak barang, ya."

    Dads bisa memeluk anak dan berkata, anak aman untuk mengeluarkan emosinya. Emosinya diterima dengan baik, namun tetap ada koreksi dari perilakunya.

    Anak dapat belajar bagaimana mengendalikan emosinya dengan tepat. Ketika Dads merespon kemarahan anak dengan ketenangan, maka hal tersebut dapat membantu anak untuk tidak berperilaku agresif.

Catatan Kecil:

Nah, Dads, banyak kan keterlibatan Dads yang bisa dilakukan di 5 tahun pertama si kecil.

Jika belum pede untuk memulai, jangan ragu untuk minta tolong Moms, ya!

Untuk Moms, biarkan Dads mengasuh si kecil dengan cara yang paling nyaman untuknya, jangan dikit-dikit dikritik ya atau berharap punya standar sesuai Moms.

Tetap semangati dan berikan kepercayaan Dads untuk ikut proaktif menciptakan ikatan emosi dan kedekatan dengan anak. Namanya juga Dads in training :)


Bagian 3 : Bagaimana Caranya Saya Hadir dan Membangun Kedekatan dengan Anak Ketika Saya Sibuk Bekerja/Pulang Larut Malam atau Terpaksa Harus Bekerja Berbeda Kota dalam Jangka Waktu yang Lama?

shutterstock_1722572125.jpg
Foto: shutterstock_1722572125.jpg

Mungkin saat ini Moms atau Dads memiliki kesibukan pekerjaan, sehingga memiliki waktu yang sangat minim untuk berinteraksi dengan anak.

Tak perlu khawatir, Moms and Dads dapat mengatasinya dengan mengalokasikan waktu atau momen khusus bersama anak dengan cara-cara berikut:

  • Menggunakan bantuan teknologi (Video Call) untuk mengobrol bersama anak atau mengirimkan voice note sebagai penyemangat hari
  • Bekerja sama dengan Moms untuk menuliskan surat di dalam bekal/kotak makan si kecil bertuliskan “Selamat makan ya. Papa sayang kamu.”
  • Membawakan hadiah/oleh-oleh kecil ketika harus pulang larut /ke luar kota (makanan kesukaan, mainan unik dari kota tempat Dads bekerja atau buku bacaan)
  • Komitmen untuk tidak memegang hape atau lanjut bekerja di rumah saat anak belum tidur. Manfaatkan waktu yang hanya beberapa jam untuk bermain, makan bersama atau membacakan cerita sebelum tidur
  • Buatlah akhir pekan sebagai saat untuk terkoneksi sepenuhnya dengan keluarga. Kalau bicara soal pekerjaan memang nggak habis-habis kan, Dads?
  • Buat Dads yang bekerja di luar kota, Anda bisa dengan kreatif bersama Moms untuk mengadakan “virtual dinner” yaitu membuat agenda makan malam bersama dan bercerita secara daring (online).

Catatan Kecil :

Anak mengeja kasih dengan waktu. Kehadiran Dads dalam perjalanan tumbuh kembang seorang anak amatlah penting. Walaupun terbatas, namun jadikan setiap momen sebagai sarana pembelajaran (teachable moment), sehingga anak dapat merasakan peran Dads dan Moms seimbang dalam pengasuhan.

Yuk, kompak mengasuh anak!


Bagian 4: Ide Aktivitas Apa yang Bisa Saya Lakukan Sebagai Dads dengan Anak Saya?

shutterstock_291643295.jpg
Foto: shutterstock_291643295.jpg

Moms and Dads,

Cara paling mudah untuk Dads agar terlibat aktif baik secara fisik dan psikis dalam pengasuhan anak adalah dengan aktivitas bermain bersama.

Nah, berikut adalah contoh aktivitas yang bisa jadi referensi:

  • Aktivitas Fisik
    Aktivitas fisik sering menjadi pilihan aktivitas untuk Dads dan anak. Memanfaatkan fasilitas taman bermain bisa menjadi opsi menarik, Dads dan anak bisa jalan-jalan di taman, bermain perosotan, jungkat-jungkit, dan ayunan.

    Tidak harus menggunakan peralatan, cara paling sederhana adalah Dads bisa berpura-pura menjadi kuda-kudaan untuk si kecil, atau menaruh si kecil di pundak dan menerbangkannya layaknya pesawat.

  • Sentuhan
    Mungkin waktu menjadi isu di tengah kesibukan Dads. Namun, saat hadir secara fisik, Dads dapat melibatkan sentuhan fisik Sentuhan dapat menjadi bagian dari menunjukkan kasih sayang Dads kepada anak. Misal: Berjalan sore sembari bergandengan tangan, mengelus kepala anak atau menepuk pundak untuk memberi semangat serta memberikan pelukan dan ciuman sebelum berangkat bekerja juga dapat menumbuhkan kedekatan Dads dan anak.

  • Bermain Pura-Pura
    Untuk menyenangkan anak tidak selalu harus dengan barang yang mahal. Permainan pura-pura justru dapat menjadi sarana efektif untuk Dads menghabiskan waktu dengan si kecil.

    Misal: bermain masak-masakan, mendirikan tenda dan berpura-pura tengah berada di hutan. Menjadi bajak laut dan mencari harta karun tersembunyi di dalam rumah.

    Permainan ini tidak hanya menstimulasi perkembangan anak, namun juga menumbuhkan kedekatan emosional anak dengan Dads.

  • Membacakan Cerita
    Jika Dads merasa kurang kreatif, cara termudah adalah membacakan buku cerita anak dengan berbagai macam intonasi suara dan mimik wajah.

    Membacakan satu cerita sebelum tidur akan menjadi momen berharga Dads dan si kecil diantara keterbatasan waktu.

Catatan Kecil:

Moms and Dads, si kecil akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Waktu yang berlalu tidak akan bisa kembali atau diulang.

Mari pergunakan waktu sebaik mungkin untuk mendampingi si kecil bertumbuh. Lihatlah ini sebagai kesempatan untuk semakin mengenal anak Anda, menjadi satu-satunya poros cinta dan kehidupan mereka, karena tanpa Anda sadari, mereka akan beranjak dewasa dan memiliki agendanya masing-masing.

Duh, kalau sudah begitu, pasti kangen dengan masa kecil mereka ya Dads, Moms!


Quote Penutup

"Anyone can be a father, but it takes someone special to be a dad, and that's why I call you dad, because you are so special to me. You taught me the game and you taught me how to play it right,"
-Wade Boggs-


Moms and Dads, jadilah yang pertama mereview Parenting Eduseries!

Klik di sini


Baca seri Orami Parenting Eduseries lainnya:
Kenapa Sih Ma, Aku Harus Beresin Mainan?


Pranala Luar/Referensi

  • Farida Hidayati, Dian Veronika Sakti Kaloeti, Karyono. (2019). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
  • Palkovitz, R. (2002). Involved fathering and child development: Advancing our understanding of good fathering. In C. S. Tamis-LeMonda & N. Cabrera (Eds.), Handbook of father involvement: Multidisicplinary perspectives (pp. 119 – 140). Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
  • Veneziano, R.A. (2000). Perceived paternal and maternal acceptance and rural African American and European American youths’ psychological adjustment. Journal of Marriage and Family, 62 (1), 123-132.
  • Yogman, M.W. Kindlon, D. & Earls, F. (1995). Father involvement and cognitive/behavioral outcomes of preterm infants. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 34, 58-66
  • https://bmjopen.bmj.com
  • https://www.kidcentraltn.com/development/0-12-months/fathers-play-an-important-role-in-child-development.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb