Perayaan Rabu Abu, Permulaan Masa Prapaskah Umat Katolik
Tepat pada Rabu (27/2/2020) kemarin, umat Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Rabu Abu.
Setiap tahun, Rabu Abu menandai awal masa Prapaskah dan selalu terjadi 46 hari sebelum Minggu Paskah. Prapaskah adalah musim 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) yang ditandai dengan pertobatan, puasa, refleksi, dan akhirnya perayaan Paskah itu sendiri.
Baca Juga: Ini 10 Nama Bayi Perempuan Katolik yang Indah dan Penuh Makna
Periode 40 hari mewakili waktu pencobaan Kristus di padang gurun, di mana ia berpuasa dan saat itu, setan menggoda Dia.
Prapaskah meminta orang-orang percaya untuk menyisihkan waktu setiap tahun untuk puasa bersama, menandai musim yang disengaja fokus pada kehidupan Kristus, pelayanan, pengorbanan, dan kebangkitan-Nya.
Siapa yang Merayakan Rabu Abu?
Foto: aleteia.org
Pernahkah Moms memperhatikan bahwa setahun sekali, biasanya pada bulan Februari atau Maret, ada banyak orang berjalan-jalan dengan goresan abu berbentuk salib di dahi mereka?
Moms mungkin tahu bahwa itu ada hubungannya dengan Prapaskah, tetapi bingung mengapa salib abu itu penting.
Namun jika Moms dibesarkan di gereja Katolik atau yang menyelenggarakan kebaktian Rabu Abu setiap tahunnya, Moms pasti sudah terbiasa dengan kebaktian, tetapi mungkin masih bingung dengan sejarah Rabu Abu dan Masa Prapaskah.
Sering disebut Hari Abu, Rabu Abu merupakan tanda untuk memulai masa Prapaskah dengan memfokuskan hati orang Kristen pada pertobatan dan doa, biasanya melalui pengakuan dosa pribadi dan komunal, yang terjadi selama layanan Abu Rabu khusus.
Baca Juga: 10 Inspirasi Nama Bayi Laki-Laki Katolik dari Karakter dalam Alkitab
Arti dari Perayaan Rabu Abu
Foto: ncregister.com
Selama Misa (untuk umat Katolik), pastor atau pendeta biasanya akan membagikan khotbah yang bersifat pertobatan dan reflektif. Suasana khidmat dan biasanya disertai dengan hening yang lama dan para umat akan meninggalkan ibadah dalam hening.
Mengutip situs resmi Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), abu jadi tanda kerapuhan manusia yang mudah jatuh dalam kelemahan dosa sekaligus tanda pertobatan.
Sesuai dengan apa yang tertulis pada kitab Kejadian (Kej.2:7), umat Katolik diingatkan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan suatu hari ketika tiada akan kembali menjadi debu.
Dari mana Asal Abunya?
Foto: gcorr.org
Mengutip dari laman Christianity, abu yang digunakan berasal dari pembakaran ranting-ranting palma yang sudah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya.
Baca Juga: Serunya Family Fun Walk, Perayaan Ulang Tahun Orami yang ke-7
Pada hari Minggu Palma, gereja akan memberkati dan membagikan daun-daun palma kepada para umat. Daun palma ini sebagai lambang kisah masuknya Yesus ke kota Yerusalem dengan kemenangan, ketika orang-orang melihat-Nya, mereka meletakkan daun-daun palma di jalanan. Daun Palma ini melambangkan kemenangan dalam tradisi umat Katolik.
Abu liburan ini melambangkan dua hal utama: kematian dan pertobatan. Dengan fokus pada kefanaan dan dosa kita sendiri, umat-umat Kritiani dapat memasuki masa Prapaskah dengan bersungguh-sungguh, sambil menanti-nanti sukacita yang lebih besar dari Paskah dan kemenangan akhir Kristus atas dosa dan kematian.
Nah, jika Moms dan keluarga merayakan Hari Rabu Abu, tidak ada salahnya sedikit banyak bercerita tentang makna serta kisah di balik perayaan ini kepada Si Kecil. Dengan begitu, dia akan lebih memahami dan mencintai Kristus.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.