25 Februari 2020

Mengidap Lupus Saat Hamil? Ketahui Risikonya

Lupus merupakan kondisi kritis penyakit auto-imun, lalu bagaimana jika terjadi pada ibu hamil?
Mengidap Lupus Saat Hamil? Ketahui Risikonya

Penyakit auto-imun di mana imun tubuh (antibodi) menyerang jaringan tubuh kita sendiri itulah yang terjadi pada penderita lupus atau SLE (Systematic Lupus Erythematosus).

Kondisi ini tentunya sangat kronis karena kekeliruan pada fungsi sistem kekebalan tubuh. Bagaimana dengan wanita hamil yang menderita lupus?

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, wanita dengan lupus bisa hamil dengan aman dan kebanyakan dapat menjalani kehamilan normal dengan bayi yang sehat.

Namun, semua wanita dengan lupus yang sedang hamil dikategorikan sebagai kehamilan berisiko tinggi. Artinya, risiko dan masalah selama hamil lebih mungkin terjadi dibanding pada wanita yang tidak menderita lupus.

Risiko Mengidap Lupus Saat Hamil

Mari mengenali apa saja risiko yang bisa terjadi bila mengidap lupus saat hamil.

1. Flare

risiko mengidap lupus saat hamil.jpg
Foto: risiko mengidap lupus saat hamil.jpg (http://www.guardiansalud.cl/)

Beberapa wanita melaporkan peningkatan gejala lupus selama kehamilan atau masa autoimun sedang aktif atau disebut flare. Tetapi flare selama kehamilan terjadi pada 30% wanita.

Periode peningkatan aktivitas penyakit terjadi lebih sering selama beberapa bulan pertama setelah melahirkan.

Dilansir dari laman WebMD, sebuah penelitian menunjukkan bahwa menunggu untuk hamil sampai penyakit kita telah dikontrol selama setidaknya enam bulan mengurangi risiko marak selama kehamilan.

Kebanyakan flare ketika terjadi, ringan. Biasanya dokter akan mengobatinya dengan kortikosteroid dosis rendah.

Baca Juga: Ibu Hamil dengan Darah Tinggi, Mungkinkah Melahirkan Normal?

2. Komplikasi hipertensi

risiko mengidap lupus saat hamil 2.jpg
Foto: risiko mengidap lupus saat hamil 2.jpg (https://www.sehatq.com/)

Komplikasi yang melibatkan tekanan darah tinggi dapat mempengaruhi hingga 20% wanita hamil yang menderita lupus.

Tekanan darah tinggi juga bisa disebabkan oleh kehamilan yang mana bisa juga meningkatkan risiko preeklampsia Ini adalah kondisi serius di mana tiba-tiba terjadi peningkatan tekanan darah atau protein dalam urin atau keduanya. Preeklamsia membutuhkan perawatan sesegera mungkin.

3. Keguguran

risiko mengidap lupus saat hamil 3.jpg
Foto: risiko mengidap lupus saat hamil 3.jpg (https://klikdokter.com/)

Sekitar satu dari setiap lima penderita lupus saat hamil berakhir dengan keguguran.

Keguguran lebih sering terjadi pada wanita dengan tekanan darah tinggi, lupus aktif, dan penyakit ginjal aktif.

Keguguran juga bisa merupakan hasil dari antibodi antifosfolipid. Ini adalah jenis antibodi yang meningkatkan kecenderungan untuk membentuk bekuan darah di pembuluh darah dan arteri, termasuk yang ada di plasenta.

Dalam kondisi ini penting untuk menyaring antibodi. Dokter biasanya akan meresepkan pengencer darah. Minum obat secara signifikan agar bisa teratasi segera dan menghindari hal yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 9 Gejala Penyakit Lupus pada Perempuan

4. Bayi lahir prematur

risiko mengidap lupus saat hamil 4.jpg
Foto: risiko mengidap lupus saat hamil 4.jpg (https://idntimes.com/)

Tak sedikit Moms yang mengidap lupus saat hamil melahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu atau bayi lahir prematur.

Ini bisa jadi dikarenakan Moms mengalami preeklamsia, antibodi antifosfolipid, dan lupus aktif.

Penting untuk mengetahui gejala persalinan prematur, mulai dari sakit punggung, tekanan panggul, kebocoran darah atau cairan bening (ketuban) dari vagina, kram perut, kontraksi terjadi setiap 10 menit atau lebih. Segera beri tahu dokter jika mengalami gejala tersebut.

5. Kurang baiknya perkembangan janin

risiko mengidap lupus saat hamil 5.jpg
Foto: risiko mengidap lupus saat hamil 5.jpg (https://parenting.orami.co.id/)

Penderita lupus saat hamil memiliki antibodi yang meyerang jaringan di tubuhnya sendiri sehingga hal inilah yang menyebabkan adanya gumpalan darah di plasenta.

Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan janin yang kurang baik, sehingga jalur makanan untuk janin terganggu.

Sebanyak hampir 15% wanita hamil yang menderita lupus melahirkan bayi lebih kecil dari normal, kondisi ini disebut intrauterine growth restriction (IUGR).

Baca Juga: Bisakah Ibu Hamil Hb Rendah Melahirkan Normal?

6. Lupus neonatal

risiko mengidap lupus saat hamil 6.jpg
Foto: risiko mengidap lupus saat hamil 6.jpg (https://gebe.com/)

Para peneliti dari John Hopkins Center, untuk pertama kalinya melakukan penelitian terkait faktor penyebab penyakit lupus, dari adanya hubungan antara gen keluarga dengan penderita.

Hasilnya, dalam sebuah keluarga yang terdapat penderita lupus ternyata dapat meningkatkan kecenderungan penyakit lupus juga pada anggota keluarga lain.

Selain itu, salah satu anggota keluarga penderita lupus, setelah melakukan tes kesehatan menyatakan positif terkena lupus.

Maka memang tidak menutup kemungkinan, bayi yang lahir dari ibu penderita lupus biasanya akan mengidap lupus juga.

Namun, lupus neonatal atau lupus pada bayi tidak sama dengan lupus pada ibu. Sekitar 3% bayi yang lahir dari wanita dengan lupus akan mengalami kondisi tersebut.

Paling sering bersifat sementara, yang berarti akan berlalu atau akan menghilang dengan sendirinya. Perlu Moms ketahui, kondisi ini terdiri dari ruam dan jumlah darah abnormal.

Pada saat bayi menginjak usia 6 atau 8 bulan, kondisinya biasanya menghilang dengan sendirinya.

Biasanya beberapa bayi dengan lupus neonatal akan memiliki irama jantung abnormal yang permanen dan mungkin memerlukan alat pacu jantung.

Penderita lupus saat hamil mungkin memiliki risiko komplikasi kehamilan yang lebih besar.

Namun, mereka tidak memiliki peluang lebih besar untuk memiliki bayi dengan cacat lahir atau cacat intelektual dibandingkan dengan wanita tanpa lupus.

Baca Juga: Menderita TBC Saat Hamil dan Menyusui, Apa Dampak dan Risikonya?

Selain melakukan kontrol rutin dan mengikuti prosedur perawatan yang berlaku, ada banyak hal yang bisa lakukan agar kondisi tetap stabil, banyak beristirahat, buat perencanaan agar bisa mendapatkan tidur yang efektif pada malam hari, makan makanan sehat, hindari berat badan berlebih, dan mintalah dokter merujuk Moms ke ahli gizi bila diperlukan.

Jangan lupa untuk menghindari kebiasaan merokok dan minum alkohol. Jika memiliki gejala yang tidak biasa, segera hubungi dokter ya, Moms.

(PSF/ERW)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb