Ciri-ciri dan Contoh Hadits Shahih dari Rasulullah SAW
Hal-hal mengenai hadits shahih sebenarnya harus diketahui oleh umat Islam.
Sebab, hadis jenis ini benar-benar bersumber dari Rasulullah SAW.
Sebagai pedoman umat Islam selain Alquran, ini merupakan petunjuk dari beliau kepada manusia saat berada di dunia.
Segala perbuatan umat Islam yang jelas bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya akan menghasilkan pahala apabila dikerjakan.
Agar tidak salah mengamalkan hadis, kenali ciri-ciri hadits shahih berikut ini!
Baca Juga: 3+ Hadis tentang Niat dan Maknanya, Wajib Tahu!
Mengenal Jenis-Jenis Hadits
Melansir Arobiyah Institute, ditinjau dari segi kekuatannya, hadis terbagi menjadi 3, yakni hadits shahih, hadits hasan, dan hadits daif (dhaif).
Secara istilah, hadits shahih ini adalah hadis yang memiliki persyaratan terpercaya sebagai perkataan, perbuatan, atau persetujuan Rasulullah SAW.
Menurut Syeikh Utsaimin, hadits shahih merupakan hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi (orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits) yang adil, sempurna, dan dhabith, dengan sanad yang bersambung, serta selamat dari syadz dan illat yang merusak.
Mengetahui kebenaran sebuah informasi yang mengatasnamakan Rasulullah (hadits) sangatlah penting.
Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif.
1. Hadits Shahih
Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, serta di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan tentang pengertian hadits shahih, yakni:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Artinya: “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”
Baca Juga: 114 Daftar Surat Alquran dan Artinya serta Keutamaan Membaca Alquran yang Wajib Dipahami
2. Hadits Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, serta tidak terdapat syadz dan ‘illah.
Perbedaan dari kedua jenis hadits ini adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih.
Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefinisikan hadits hasan.
Menurut Mahmud Thahhan, definisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang dibuat Ibnu Hajar.
Menurut beliau, hadits hasan ialah:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Artinya: “Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah.”
3. Hadits Dhaif
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadits hasan.
Dalam Mandzumah Bayquni, disebutkan bahwa hadits hasan adalah:
وكل ما عن رتبة الحسن قصر # فهو الضعيف وهو اقسام كثر
Artinya: “Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.”
Dilihat dari definisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitasnya paling tinggi, kemudian di bawahnya adalah hadits hasan.
Para ulama juga sepakat bahwa hadits shahih dan hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum.
Sementara hadits dhaif ialah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum.
Baca Juga: 3+ Hadis tentang Niat dan Maknanya, Wajib Tahu!
Pengertian Hadits Shahih
Pengertian hadits shahih dibagi berdasarkan pendapat beberapa ulama, namun yang paling terkenal diberikan oleh Imam Ibnu Ash-Shalah:
هو الحديث المسند الذي يتصل إسناده بنقل العدل الضابط عن العدل الضابط إلى منتهاه، ولا يكون شاذا ولا معللا
Artinya: "Hadits yang bersambung sanadnya dengan dinukilkan oleh perawi yang adil lagi dhabith dari perawi yang adil dan dhabith juga, hingga ke akhir sanadnya, serta hadits tersebut tidak syadz, juga tidak memiliki ‘illah (cacat).” (Ulumul Hadits: 11-12)
Secara bahasa, yang dimaksud dengan dhabith adalah isim fa’il dari (ضَبَطَ – يَضْبطُ) dhabatha – yadhbithu, yang berarti menghafalnya dengan pasti.
Sedangkan menurut istilah, dhabith yang dimaksud adalah hafizh yang teliti dan benar. Artinya, riwayat-riwayat yang tepat sesuai ajarannya.
Baca Juga: Kelebihan Menanam di Polybag, Murah dan Fleksibel!
Ciri-ciri Hadits Shahih
Dari pengertian hadits tersebut, terdapat beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sebuah hadits.
Syarat-syarat suatu hadis dikatakan hadis yang shahih yaitu:
1. Sanad Bersambung
Syarat pertama untuk hadits shahih adalah setiap perawi menerima hadis secara langsung tanpa putus.
Artinya, hadits yang dibunyikan berawal dari sanad sampai akhir Nabi Muhammad SAW.
Hadits yang tidak bersambung sanadnya tidak dapat disebut shahih, seperti halnya hadits Munqathi’, Mu’dhal, Mu’allaq, Mudallas.
Sebaiknya, ketika A mendengar suatu kabar dari B, B mendengar dari C, C mendengar dari D, D mendengar dari E dan semuanya tersambung.
2. Perawinya Adil
Perawi adalah orang yang meriwayatkan hadits Nabi Muhammad SAW.
Hal ini dikenal juga sebagai orang yang bercerita tentang sebuah riwayat.
Rawi adil artinya orang yang mendengar hadits tersebut beragama islam, baligh, berakal, tidak fasiq, dan menjaga muru’ah (kehormatan).
Syarat hadits shahih ini juga berati yang menyebarkannya tidak melakukan perbuatan fasik dan tidak rusak muru'ahnya.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Aplikasi Alquran Terbaik, Ada Buatan Indonesia!
3. Rawi Dhabith
Rawi dhabith sendiri artinya perawi tersebut memiliki hafalan yang kuat, teliti, atau cermat dalam menulis.
Hal ini termasuk ketelitian dalam menerima hadits yang didengar, serta mampu menghafalnya sejak ia menerima hadits tersebut.
Perawinya dikenal juga sebagai sosok yang mampu memelihara hadis dari kekeliruan atau pengurangan dari segi manapun.
4. Selamat dari Syadz
Syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang shahih yaitu selamat dari syadz.
Artinya, perawi tidak menyelisihi rawi yang lebih kredibel darinya.
Ibnu Qayyim al-Jawzi menyatakan, syadz ialah orang-orang yang terpercaya berbeda pendapat mengenai hadits yang mereka riwayatkan.
Dengan kata lain, orang-orang ini tidak bersependapat dengan hadits yang dikenalnya.
5. Hadits Bebas Cacat
Selamat dari illat, artinya hadits tersebut selamat dari kecacatan yang dapat merusak kesahihan hadits.
Hadits tersebut juga dikatakan selamat atau bebas dari ‘illah yang merusak.
Illah dalam suatu hadis adalah kondisi yang sifatnya samar-samar atau tersembunyi yang dapat melemahkan makna.
Misalnya, hadits Mursal dan Munqathi’ (terputus sanadnya), dinyatakan sebagai hadis Maushul (bersambung sanadnya), atau hadits Mauquf dinyatakan sebagai hadits Marfu’.
Baca Juga: 5 Hadis tentang Etika dan Keutamaannya, Masya Allah!
Contoh Hadits Shahih
Hadits adalah sumber hukum dalam Islam yang kedudukannya berada di bawah Alquran, selain ijma dan qiyas secara berurutan.
Hadis sendiri jumlahnya sangat banyak. Berikut ini beberapa contoh hadits shahih yang sering ditemukan dan sarat makna:
1. Hadits Shahih Tentang Niat
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ
Artinya: “Sesungguhnya amal seseorang itu tergantung dengan niatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
2. Hadits Shahih Tentang Sabar
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
Artinya: “Sesungguhnya dikatakan sabar adalah ketika di awal musibah.” (HR Bukhari)
3. Hadits Shahih Tentang Akhlak
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
4. Hadits Shahih Tentang Senyum
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ
Artinya: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” (HR Tirmidzi)
5. Hadits Shahih Tentang Menuntut Ilmu
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR Ibnu Majah)
Baca Juga: Moms, Perhatikan 9 Aturan Menjaga Kebersihan Rumah yang Tepat!
6. Hadits Shahih Tentang Berbakti pada Orang Tua
أَطِعْ أَبَاكَ مَا دَامَ حَيًّا وَلاَ تَعْصِهِ
Artinya: “Taatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat.” (HR Ahmad)
7. Hadits Shahih Tentang Nikah
تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم
Artinya: “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya umatku.” (HR An Nasa’I dan Abu Dawud)
8. Hadits Shahih Tentang Wanita Shalihah
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah.” (HR Muslim)
9. Hadits Shahih Tentang Sedekah
اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى، فَاليَدُ العُلْيَا: هِيَ المُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى: هِيَ السَّائِلَةُ
Artinya: “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang di bawah adalah orang yang meminta.” (HR Bukhari dan Muslim)
10. Hadits Shahih Tentang Bekerja
مَنْ اَمْسَى كَالًّا مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ اَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ
Artinya: “Barang siapa yang di waktu sore merasa capek karena bekerja dengan kedua tangannya dalam mencari nafkah, maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR Thabrani)
Baca Juga: 10+ Hadis tentang Salat dan Keutamaanya dalam Islam
11. Hadits Shahih Tentang Larangan Malas
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
Artinya: “Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas.” (HR Muslim)
12. Hadits Shahih Tentang Nafkah
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
Artinya: “Seseorang cukup dikatakan berdosa jika ia melalaikan orang yang wajib ia nafkahi.” (HR Abu Daud)
13. Hadits Shahih Tentang Ibadah
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْلَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَغِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim)
14. Hadits Shahih Tentang Salat
قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
Artinya: “Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan salat.” (HR Abu Dawud)
15. Hadits Shahih Tentang Puasa
عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ فَإِنَّهُ لَا مِثْلَ لَهُ
Artinya: “Hendaklah kalian berpuasa karena puasa itu tidak ada tandingannya.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)
Baca Juga: 8 Nama Neraka dan Tingkatannya Beserta Calon Penghuninya, Semoga Kita Terhindar dari Siksa Neraka
16. Hadits Shahih Tentang Akhirat
اَللهُمَّ لَا عَيْشَ إِلَّا عَيْشَ الْآخِرَةِ
Artinya: “Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat.” (HR Bukhari Muslim)
17. Hadits Shahih Tentang Kematian
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
Artinya: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu mengingat kematian.” (HR Tirmidzi, Nasai, Ahmad dan Ibnu Majah)
18. Hadits Shahih Tentang Neraka
نَارُكم هذِه ما يُوقدُ بنُو آدمَ جُزْءٌ واحدٌ من سبعين جزءاً من نار جهنَّم
Artinya: “Api yang dinyalakan oleh Ibnu Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam.” (HR Bukhari dan Muslim)
19. Hadits Shahih Tentang Surga
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
Artinya: “Sesungguhnya di surga ada seratus tingkat yang dipersiapkan bagi para mujahidin di jalan-Nya. Jarak antar tingkat seperti jarak bumi dan langit.” (HR Bukhari)
Baca Juga: Mengenal Nama-nama Surga yang Disebutkan dalam Al-Qur'an, Masya Allah!
Itulah beberapa contoh hadits shahih dalam hal ibadah dan muamalah yang dapat menjadi pedoman dalam menjalankan hidup bagi umat Islam.
Sebagai muslim, pastikan untuk terus berpegang teguh pada ajaran Alquran dan hadits shahih, ya Moms!
- https://www.arobiyahinstitute.com/2021/03/pengertian-hadis-shahih-beserta-contohnya.html
- https://penaungu.com/kumpulan-hadis-shahih/
- https://dalamislam.com/dasar-islam/perbedaan-hadis-shahih-dhaif-dan-hasan
- https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/macam-macam-hadits-berdasarkan-kualitasnya/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.